23 May 2014

X-Men: Days of Future Past (2014)

His past. Our future

Masa kini sudah, masa lalu juga sudah. Sekarang gabungan antara masa kini dan masa lalu pun dibenturkan. Bryan Singer membungkusnya dalam X-Men: Days of Future Past (DoFP). Setelah absen di dua (dari empat) edisi X-Men, X-Men: The Last Stand (2006) dan X-Men: First Class (2011), pria kelahiran New York City ini dipercaya kembali ke khittahnya. Sejak kemunculannya pertama kali di tahun 2000 (X-Men), Singer telah menanamkan benak di imaji setiap fans X-Men bagaimana seharusnya para mutan itu diperlakukan. Hal yang sama ia teruskan di sekuelnya, X2 (2003). 14 tahun sudah masa itu terentang, dan tangan dingin Singer kini kembali memperlakukan para mutan kesayangannya.

Di masa depan, bangsa mutan hampir musnah. Mereka diburu dan dibunuh oleh Sentinel yang teknologinya semakin canggih. Bangsa mutan hanya bisa lari menghindar tanpa bisa melawan. Keadaan itu memaksa Professor Charles Xavier aka Professor X (Patrick Stewart) dan Eric Lehnserr aka Magneto (Ian McKellen) yang sebelumnya berseteru untuk bersatu. Namun usaha itu tak membawa hasil. Selain Sentinel yang sudah Mark X yang semakin canggih, usia mereka pun sudah uzur. Untuk mencegah kepunahan para mutan, seseorang harus kembali ke masa lalu tepatnya di tahun 1973 untuk mencegah dibunuhnya Bolivar Trask (Peter Dinklage), si pembuat Sentinel. Dengan kemampuan regenerasi mutasinya, Logan aka Wolverine (Hugh Jackman) ditugaskan menemui Charles dan Eric muda. Satu lagi, Logan juga disuruh menemui Raven Darkholme aka Mystique.

Kitty Pryde aka Shadowcat (Ellen Page) bertugas membawa Logan menuju masa lalu melalui alam bawah sadarnya. Logan harus berpacu dengan waktu Sebelum sentinel benar-benar memusnahkan seluruh mutan yang tersisa. Dalam tugasnya, Logan benar-benar bertemu Charles (James McAvoy) dan Eric (Michael Fassbender) muda, dan juga Hank McCoy aka Beast (Nicholas Hoult). Dia juga bertemu Raven (Jennifer Lawrence). Meski sudah bertemu mereka bertiga, namun tugas menyelamatkan masa depan penuh dengan hambatan, termasuk emosi Logan yang meluap saat ia bertemu dengan orang yang dianggap telah menghancurkan hidupnya.

Wolverine back to 1973

Di edisi kelima ini, Singer membawa lebih banyak mutan plus porsi yang lebih seimbang diantara mereka. Selain nama yang disebut di atas, juga terdapat Ororo Munroe aka Storm (Halle Berry), James Proudstar aka Warpath (Booboo Stewart), Lucas Bishop (Omar Sy), Piotr Nikolaievitch Rasputin aka Colossus (Daniel Cudmore), Clarice Ferguson aka Blink (Fan Bingbing), Bobby aka Iceman (Shawan Ashmore), Sunspot (Adan Canto), dan mutan yang mungkin kalian tunggu, Peter (Pietro) Maximoff aka Quicksilver (Evan Peters). Masih ada juga sedikit penampakan dari Jean Grey aka Phoenix (Famke Janssen), Scott Summer aka Cyclops (James Marsden), dan Marie D'acanto aka Rogue (Anna Paquin). Itu belum termasuk mutan-mutan yang uncredited semacam Toad (Evan Jonigkeit) maupun Havok (Lucas Till). 

Dengan amunisi sebanyak itu, Singer pun memaksimalkannya dengan senjata script yang mumpuni dari naskah keroyokan Simon Kinberg, Jane Goldman, dan Matthew Vaughn. script tersebut mampu menjembatani eksekusi yang dilakukan Singer. Hasilnya memang cukup njelimet bagi yang bukan fans X-Men dan kurang paham dengan prekuelnya, tetapi kompleksnya cerita itu merupakan berkah yang dinanti-nanti fans beratnya. Berkali-kali Singer memaksa penonton memflash back dan mengkait-kaitkan apa yang telah mereka rekam dari prekuelnya. Dan sejatinya past dari DoFP merupakan kelanjutan dari X-men: First Class. Singer seakan membuat X-Men: Second Class saja yang dicampurkan dengan dunia masa depan (future).

Meski Hugh Jackman menjadi sosok yang paling banyak disorot di sini, namun tokoh sentral dari DoFP sebenarnya ada pada James McAvoy, Jennifer Lawrence, dan Michael Fassbender. Mereka lah main course yang didahului appetizer yang disajikan dengan baik oleh Jackman, dan diteruskan dengan dessert yang disajikan tak kalah baiknya oleh para pelakon lainnya. Singer sengaja tak memberi Logan jatah terlalu banyak di sini termasuk fight scene yang biasa dia lakukan. Harap maklum saja karena Logan sudah berbuat sesuka hatinya di dua spin-off miliknya. Satu sosok yang mencuri perhatian di sini adalah Peter Maximoff. Si Quicksilver baru kali ini ditampilkan di sebuah film. Dan Singer tahu betul bagaimana newbie ini harus mendapat perhatian penonton. Meskipun penampilannya terbatas, tetapi slowmo yang diperagakan anak Magneto ini bisa jadi akan memorable.

Young and old
Tema time travel yang dibenturkan ini memang terkadang kurang masuk akal. Tetapi nikmati sajalah karena terkadang logika tak perlu digunakan untuk menikmati sebuah film fiksi. Dengan time travel ini pula Singer menghadirkan romantisme masa depan dan masa lalu. Spoiler ya, selain Logan yang bisa merasakan langsung, lihatlah bagaimana Charles muda menikmati komunikasi dengan Charles tua melalui alam pikiran bawah sadar Logan. Dan dengan time travel pula, fans X-Men ke depan akan bisa melihat kemunculan kembali Jean Grey dan Cyclops. Time travel menjadikan kebangkitan mereka terasa halus dan lembut, tanpa ada pemaksaan berlebih. Time travel juga menciptakan scene yang paling saya suka di DoFP, ending scene saat Logan terbangun dari alam bawah sadarnya. Dia kembali ke masa-masa saat semuanya masih sempurna. 

Meski semuanya terasa sempurna, namun tetap saja ada yang kurang sreg di hati ini. Singer memang menggarap fight scene DoFP cukup baik. Tetapi dia tidak menghadirkan satu pun epic battle di sini. Bukan suatu kekurangan sih, tetapi ada keinginan pribadi ke arah situ. Well, DoFP yang didasarkan pada komik X-Men Uncanny medio 1981 an ini merupakan arena bermain bagi Singer selama 131 menit. Dengan leluasa, Singer memainkan karakter mutannya sesuka hatinya namun tetap berkualitas. Sebelas dua belas dengan X-Men: First Class namun lebih menghibur. Satu trilogy, dua spin-off, dan dua reboot, kemunculan reboot X-Men selanjutnya akan tetap dinantikan penggemarnya. Jawabannya ada di end credit yang merujuk pada X-Men Apocalypse.

No comments:

Post a Comment