09 May 2014

The Monkey King (2014)



Setelah mendapat kritik pedas di Special ID, Donnie Yen kembali mencari peruntungannya. Kali ini ia berubah menjadi seekor kera sakti yang terkenal itu. Ya, dengan kemampuan bela dirinya, Donnie dipercaya menjadi Sun Wu Kong/Sun Go Kong yang bengal itu. Dengan ketenaran novel perjalanan ke barat ini, seharusnya The Monkey King mampu menjelma menjadi sebuah film yang sangat dinantikan. Jadwal premiere nya pun diplot pada tahun baru imlek kemarin, sebuah strategi yang cerdas.

Ini belum menjadi perjalanan ke barat. The Monkey King menceritakan kisah sebelum perjalanan itu dimulai. Once upon a time, hiduplah 3 bangsa di dunia ini yakni dewa, siluman, dan manusia. Kecuali manusia, dewa dan siluman merupakan musuh bebuyutan. Masing-masing mengklaim berhak atas tahta langit yang merupakan puncak kekuasaan tertinggi. Siluman Kerbau (Aaron Kwok) sangat berambisi menjadi raja kahyangan yang diduduki oleh Kaisar Giok (Chow Yun Fat).

Bersama pasukannya, Siluman Kerbau menyerbu kahyangan yang memaksa Kaisar Giok turun tangan. Mereka bertarung. Pada akhirnya Siluman Kerbau kalah dan telah ditetapkan bahwa seluruh bangsa siluman diharuskan tinggal di kawah gunung berapi. Namun dendam Siluman Kerbau tak pernah padam. Dari sebuah batu kristal penjelmaan Dewi Nuwa (Zhang Zilin) yang mengorbankan diri demi memperbaiki Kahyangan, lahirlah Sun Go Kong.

Dia begitu liar. Meski sudah dididik oleh Master Puti (Yitian Hai), sifat liarnya tak juga hilang. Go Kong sangatlah cakap, dengan sekejap ia bisa menguasai 72 jurus perubahan. Dia semakin sakti saat menelan pil keabadian di tungku api panas kahyangan. Dengan tipu muslihatnya, Siluman Kerbau mengadu domba Go Kong dan Kaisar Giok yang menjadi sebab Go Kong yang ditunggangi Siluman Kerbau menyerbu kahyangan.

Gak sangar blas

Pengharapan yang besar itu langsung runtuh saat melihat penampilan karakter-karakter yang ada. Penampakan Siluman Kerbau jauh dari harapan. Yang saya bayangkan, siluman kerbau berpenampilan sangar, angker, kejam, dan berwibawa. Namun apa yang terjadi. Kita disuguhi seorang Aaron Kwok yang rupawan, bersih, kalem, dan tentu saja sangat jauh dari berwibawa. Cara berbicara dan mimik salah satu dari empat raja langit ini juga datar-datar saja. what a fucking demon.

Kaisar Giok juga jauh dari panggang api. Meski Chow Yun Fat mempunyai kharisma tinggi. Namun saya melihatnya ia kurang sempurna menjadi seorang kaisar kahyangan. Ia lebih baik menggunakan janggut dan cambang untuk membuatnya lebih berkharisma. Wibawanya benar-benar telah luntur di film ini. 

Dari tiga tokoh utama yang ada, penampilan Donnie Yen adalah yang paling lumayan. Dengan make up yang maksimal, kita sudah tak bisa mengenali wajah Donnie lagi. Meski ada di balik kostum keranya, guru Ip Man ini masih mampu tampil cukup baik dengan gerakan-gerakan dan mimik ala kera. Ia juga tampil baik saat bertarung dengan koreografi yang sayangnya lebih banyak menggunakan CGI. Sayangnya, neski tampil cukup baik, Donnie terlanjur tenggelam di dalam semua keburukan film ini.

Selain karakter, banyak yang mengeluhkan penggunaan CGI yang jauh dari harapan. Niatnya sih ingin menampilkan CGI yang WOW, namun jatuhnya adalah LOL. Banyak yang beranggapan menonton CGI The Monkey King ini adalah sama dengan nonton sinetron Indosiar yang CGI nya acak adut itu (lihat CGI kuda langit). Memang tak arif jika membandingkan CGI sineas perfilman Hongkong dengan CGI ala Hollywoowd.

Bad CGI
Tapi setidaknya jika dikemas dengan baik, CGI KW di Monkey King harusnya bisa lebih baik lagi. Contohlah penggunaan CGI di Journey To The West: Conquering The Demons yang gak bagus-bagus amat, tetapi terlihat bagus dan pas. Bahkan CGI di The Monkey King justru terlihat lebih bagus dan padat dibanding Journey To The West, tetapi CGI itu terkesan meluber kemana-mana sehingga tidak fokus yang jatuhnya malah patah-patah.

Script yang ditulis keroyokan oleh Kam Yuen Szeto dan Edmond Wong pun kurang kuat di jalan ceritanya. Ada scene-scene yang tak penting yang terus saja ditampilkan yang tak mempengaruhi isi jalan cerita. Saya juga yakin banyak yang kecewa dengan pembelokan alur cerita yang dilakukan mereka. Pembelokan alur cerita sebenarnya sah-sah saja, namun eksekusi Pou Soi Cheang sungguh mengecewakan.

The Monkey King, secara kualitas sungguh mengecewakan. Dengan masa penggarapan selama 3 tahun dan bujet setara film Hollywood, Kera Sakti ini tak mampu mewujudkan imajinasi berlebih dari para penggemarnya. Pu Soi Cheang sebenarnya ingin memberikan sesuatu yang lebih, tetapi jatuhnya malah lebay. The Monkey King lebay dimana-mana terutama CGI, penokohan dan scoringnya yang tak sesuai dengan situasi dan kondisi. Ini belumlah berjalan ke barat, tapi saya ingin berbalik arah saja andai sekuel dengan kualitas seperti ini ditampilkan kembali.











 

No comments:

Post a Comment