30 May 2014

Chloe (2009)

If the one you love was lying to you, how far would you go to find out the truth?

Perselingkuhan adalah sesuatu yang meminjam ucapan khas Sutan Bhatoeghana, ngeri-ngeri sedap. Sedap saat membayangkannya, namun ngeri saat melakukannya. Ngeri satunya adalah saat ketahuan. Tema perselingkuhan banyak dan populer diaplikasikan film-film medio 80-90 an. Bahkan awal tahun 2000 an, masih banyak film bertema tersebut karena masih banyak juga yang suka dengan tema yang sebagian orang dianggap tabu ini. Nggak banyak yang saya ingat tentang film bertema ini. Tetapi satu yang masih melekat di benak ini adalah Unfaithful (2012), salah satu master piece Adrian Lyne, sang spesialis film erotic. Richard Gere dan Diane Lane mampu menyuguhkan sebuah affair yang dikemas secara halus dengan bumbu sedikit thriller.

David Stewart (Liam Neeson) dan Catherine (Julianne Moore) adalah pasutri yang sudah hidup bersama selama 17 tahun, bersama dengan anak tunggalnya, Michael (Max Theriot). David yang seorang profesor dan Catherine yang seorang dokter hidup sangat mapan dan terlihat bahagia. Namun peristiwa gagalnya perayaan ulang tahun yang telah dipersiapkan Catherine untuk David telah membuat Catherine curiga. Catherine curiga David tidak menghadiri pesta ulang tahunnya karena faktor wanita lain.

Untuk membuktikan itu, Catherine menyewa jasa cabai-cabaian bernama Chloe Sweeny (Amanda Seyfried). Chloe diperintahkan menggoda David, bahkan kalau perlu mengajaknya berhubungan badan. Catherine ingin membuktikan apakah David memanglah seperti yang dipikirkannya . Perkenalan Catherine dengan Chloe ternyata merupakan awal dari sesuatu yang mengguncang rumah tangganya. Catherine juga tak berpikir jika Chloe juga mampu mempengaruhi hubungan Catherine dengan anaknya, Michael.

Jush her imagination
Chloe bukanlah sebuah karya asli dari Atom Egoyan. Chloe adalah remake dari film Prancis berjudul Nathalie ..... (2003) besutan Anne Fontaine. Untuk sedikit merombak naskah Chloe, script dipercayakan kepada Erin Cressida Wilson. Dan hasilnya, Chloe berjalan cukup lambat, cukup intimate, kurang explore, kurang kuat dalam bertutur, dan berakhir dengan ending yang buruk. Ada twist di pertengahan cerita, tetapi twist itu tak menolong Chloe secara keseluruhan. Egoyan mungkin ingin membuyarkan prediksi penonton, dan ia berhasil melakukannya. Namun Egoyan meletakkannya tidak pada tempatnya. Bukannya simpatik, ending itu seakan melunturkan jalinan cerita yang cukup kuat yang terbangun sejak awal.

Untunglah Chloe terselamatkan oleh akting para pemainnya yang sudah tak diragukan lagi. Liam Neeson dan Julianne Moore tampil maksimal menjadi sebuah pasutri yang chemistry nya cukup kuat. Di tahun ini, Amanda Seyfried memanglah masih terbilang aktris baru. Namun dia total dalam penampilannya. Seyfried bisa mengimbangi akting para seniornya, meski masih kalah kelas dengan Julianne Moore. Namun totalitas Seyfried patut dipuji dan bisa dilihat saat ia melolosi pakaiannya dan nude bersama Julianne Moore.

Unmemorable
Oh ya, Chloe juga terselamatkan oleh sinematografinya yang cukup menawan. Saya suka dengan cara Paul Sarossy mengambil angle di tengah musim salju yang melanda Toronto. Interior Ravie House yang penuh dengan lika liku juga diambil dengan baik oleh Paul dalam setiap angle yang menarik.   

Well, Chloe adalah sebuah film erotic yang sudah jarang ditemui di era ini. Meski tidak terlalu dalam, namun Chloe juga tidak kampungan. Ergoyan tidak mengisi Chloe dengan mengumbar scene-scene erotic yang murahan. Justru Ergoyan membuat sisi erotic itu menjadi sebuah bagian bagian film yang berkelas. Karena itu, tidak dipungkiri orang akan lebih mengingat Julianne Moore dan Amanda Seyfried nude di atas ranjang daripada film Chloe sendiri.   

No comments:

Post a Comment