15 May 2014

The Amazing Spider-Man: Rise of Electro (2014)

His greatest battle begins

Setelah dua tahun berlalu, Spidey is back. Dan Peter Parker (Andrew Garfield) masihlah seorang anak SMA yang mempunyai kekuatan super. Selain sibuk sekolah, Peter yang bertanggungjawab atas kekuatannya juga sibuk menjadi pahlawan bagi New York. Namun kematian George Stacy (David Leary) saat kejadian dua tahun lalu masihlah belum pulih dari ingatan Peter. Ia selalu dibayangi imaji ayah kekasihnya tersebut. Bukan apa-apa, Peter sudah berjanji kepada George untuk tidak melibatkan Gwen Stacy (Emma Stone) ke dalam aksi-aksinya. Padahal bagi Peter, sangatlah sulit menolak pesona Gwen. Antara iya dan tidak. Begitulah Peter yang sedang galau berat.

Seorang teknisi listrik, Max Dillon (Jamie Foxx), ditolong Spider-Man saat ia hendak ditabrak mobil. Sejak itu Max yang bekerja untuk Oscorp mengidolakan manusia laba-laba itu. Saat sedang memperbaiki instalasi listrik, Max mengalami kecelakaan. Ia yang disangka mati justru berubah menjadi manusia listrik. Max dengan kekuatannya menjadi tak terkendali. Ia menyebut dirinya Eletro.

Harry Osborn (Dane DeHaan) tiba-tiba kembali dari perantauan. Ia kembali karena ayahnya, Norman Osborn (Chris Cooper) sekarat. Harry akhirnya mewarisi semua kekayaan setelah Norman mati. Tidak hanya harta, ternyata Harry juga mewarisi penyakit ayahnya yang dikatakan Norman tak bisa disembuhkan. Harry pun menempuh cara apa saja agar ia bisa sembuh. Namun usahanya justru membuatnya berubah menjadi Green Goblin.

Ya, pada akhirnya Peter tak menepati janji. Ia tak bisa berpaling dari Gwen. Bahkan ia melibatkan Gwen ke dalam aksinya.

Dengan bujet USD 200 juta, Marc Webb langsung mengisi The Amazing Spider-Man: Rise of Electro dengan semua formula sukses sebuah sekuel. Complicated script, more romance, more villain, more CGI, more angle,  more and more again. Formula itu memang merupakan jalan singkat bagi sebuah sekuel untuk lebih sukses dibanding prekuelnya. Tapi Webb tidak sadar jika seluruh formula itu dijejalkan tanpa script yang bagus, maka akan amburadul jadinya. Apakah TASM 2 seperti itu?

Spidey vs Electro

Well, script TASM 2 memang cukup complicated. Tetapi kerumitan itu tidak selalu lanjut alias selalu terputus di tengah jalan. Script yang ditulis keroyokan oleh Alex Kurtzman, Roberto Orci, Jeff Pinker, dan James Vanderbilt ini memang beragam, tetapi sifatnya pendek dan dangkal. Setiap script memang berhubungan, tapi kebanyakan dari script itu hanyalah sekelebatan jalan untuk script berikutnya yang membuatnya tidak fokus.

Kenapa Spider-Man 2 dianggap sebagai yang terbaik dari Sam Raimi? karena mempunyai script yang fokus meski hanya mengandalkan Dr. Octopus sebagai villainnya. Bandingkan dengan Spider-Man 3 yang overrated dengan melihat scriptnya yang kedodoran dengan penggambaran style Peter yang berlebihan dan dirasa tak perlu. Tiga villain (Venom, Sand Man, Green Goblin) juga dikatakan terlalu berjubel dengan mengacaukan porsinya masing-masing.

Sebenarnya, Webb hanya mengambil Electro saja sebagai the main villain yang bisa dilihat dengan pemberian jatah waktu tampil dan sorotan yang banyak. Tapi Webb terlalu takut dengan ekpektasi tinggi para fans manusia laba-laba ini yang menginginkan more villain. Jadinya Webb harus memasang Green Goblin dengan predikat hanya seperlunya saja. Rhino (Paul Giammati) bahkan tidak layak disebut villain. Kedua villain tersebut hanyalah tempelan yang sengaja dipasang Webb untuk memuluskan jalannya menuju TASM 3. Saya kok yakin jika pertarungan antara Spidey vs Rhino akan dijadikan adegan pembuka di TASM 3 nanti.

Namun semua kekurangan script mampu ditutupi web dengan penampilan memukau Spidey secara grafis. Lihatlah cara melayang manusia laba-laba itu yang fantastis dengan angle yang dinamis. Kita seakan-akan dipaksa ikut melayang di dalamnya. Sudut-sudut Kota New York pun mampu dishoot dengan sangat baik oleh sang cinematographer Daniel Mindel. Efek CGI pertarungan Spidey vs Electro pun bisa terbilang megah dan memanjakan mata.

Satu lagi kelebihan Webb adalah mempluskan TASM 2 sebagai film cinta. Webb sangat berhasil dalam mengeksekusi momen dramanya (baca romance). Ingat, Webb adalah pembesut 500 Days of Summer yang sangat broken hearted itu. So, romansa antara Peter dan Gwen pun terasa banget. Chemistry mereka benar-benar terbangun, secara in real life mereka juga pacaran betulan. Selain chemistry cinta, drama antara Peter dan Bibi May juga sungguh mengharukan, isn't it? Oh ya, One liner joke ala Spidey dan guyonan segar lainnya pun menjadikan TASM 2 tak garing.

Spidey vs Rhino

Untuk departemen akting, semuanya tampil baik terutama Dane DeHaan. Saya masih tetap bersikukuh bahwa Tobey adalah the real Spider-Man. Ini bukan soal akting, tetapi ini adalah soal penampilan. Akting Garfield tidak jelek, begitupun dengan Tobey. Tetapi Tobey jauh lebih culun dan nerd daripada Garfield yang tampan, tinggi, ceria, dan menyenangkan. Nerd, that is Spider-Man. Dan sosok 'Tobey' saya lihat dalam diri Dane DeHaan. Dan saya berpikir jika Dane DeHaan seharusnya lebih cocok menjadi Spider-Man, dan Garfield seharusnya menjadi Harry. Sejak dari edisi pertama, Webb lebih setia kepada komiknya. Gwen Stacy dan web shooter adalah buktinya. Tetapi ia justru menyangkal sosok Peter Parker dengan mengejewantahkannya dalam sosok Garfield. That's what I think.

Well, TASM 2 dari segi skala dan lain-lainnya lebih besar dari TASM. Harus diakui, TASM 2 lebih menarik dan lebih menyenangkan dari prekuelnya. Saya yakin, saat ini Webb sedang pusing menyiapkan TASM 3 yang jelas akan dibuat lebih besar lagi dan lebih komplek dari TASM 2. Jalan untuk itu sudah diperlihatkannya di sini. So, bye bye Gwen, welcome Mary Jane Watson. 

1 comment:

  1. yaya, peran harry ama peternya mnurut saya juga ketuker. haha
    rhino nya juga cuma cameo.

    ReplyDelete