02 December 2013

Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)


Meski tak bisa dikatakan bagus, namun Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief termasuk istimewa dalam menggaet dollar. Setidaknya USD 226 juta berhasil masuk kantong hanya dari budget USD 95 juta. Dengan melihat filmnya yang mendapat kritik buruk, saya tak yakin film tentang anak dewa ini akan dibuat sekuelnya. Tetapi uang memang sakti, sekuel adalah wajib bagi film ajaib (baca banyak untung). Jadilah Percy Jackson: Sea of Monsters dibuat.

Percy Jackson (Lorgan Lerman) masih berada di camp half blood bersama 2 Teman setianya, Grover Underwood si satyr (Brandon T Jackson) serta Annabeth Chase (Alexandra Daddario) yang merupakan keturunan Dewi Athena. Pelindung camp half blood tiba-tiba pecah, sebuah banteng besi menerobos masuk dan memporak porandakan isinya. Akhirnya diketahui jika perisai camp half blood yakni pohon pinus yang merupakan jelmaan dari Thalia (Paloma Kwiatkowski) telah diracuni. Untuk bisa menyelamatkan Thalia sekaligus melindungi camp half blood, diperlukan golden fleece yang berada di sea of monsters atau manusia menyebutnya Segitiga Bermuda. Golden fleec itu dijaga oleh seorang cyclops.

Sayangnya pihak camp mengutus Clarisse La Rue (Leven rambin) yang merupakan keturunan dewa perang, Ares. Berdasarkan ramalan tentang golden fleece, Percy ditemani dua sahabatnya kabur dari camp dan ikut mencari golden fleece. Oh ya, seorang cyclops yang mengaku keturunan Poseidon juga ikut dalam rombongan itu. Dia adalah Tyson (Douglas Smith) yang otomatis menjadi adik Percy. 

Banteng Colchis
3 Tahun diperlukan untuk membuat sekuel film ini. Dan 3 Tahun adalah waktu yang cukup lama untuk film yang tak begitu istimewa. Gaung Percy Jackson: Sea of Monsters sendiri sangat besar dan menjanjikkan saat akan dirilis. Namun faktanya, sekuel ini sangat mengecewakan. Terlebih sutradara yang membesutnya telah berganti dari Chris Columbus ke Thor Freudenthal. Saya pikir prekuelnya sedikit lebih baik dari sekuelnya, pilihan terbaik dari yang terburuk.

Sama-sama lemah dalam penceritaan, namun prekuel Percy Jackson masih mempunyai logika untuk dinalar. Tidak seperti sekuelnya ini yang bikin saya ternganga heran tak percaya akan ketololan penceritaannya. Selain screenplay nya yang buruk, Thor juga enggan bereksperimen terhadap para pelakonnya. Thor membuat semua aktor dan aktris di sini berakting sangat datar, nggak ada gregetnya.

Dari dulu wujud Kronos memang begitu ya
Satu hal yang sia-sia, tak perlu dimunculkan dan tidak mempengaruhi jalan cerita adalah kemunculan Tyson. Tanpa dia pun, Percy Jackson: Sea of Monsters tetap bisa berjalan. Apakah Tyson adalah key person untuk film selanjutnya (kalau ada), saya juga nggak tahu. Namun niatan itu mungkin bisa dibaca pada akhir cerita film ini. Itu pun dengan catatan jika Percy Jackson: Sea of Monsters dapat mengeruk lagi pundi-pundi dollar.

Percy Jackson: Sea of Monsters, sebuah sajian yang sangat-sangat hambar, tak berlogika, dan menisbikan akting setiap pemerannya. Jika bukan karena spesia efek nya yang terbilang lumayan, mungkin film ini akan saya jatuhkan ke dasar ranking yang pealing rendah. Dan jikalau tetap seperti ini, saya tak berharap ada jilid ke tiga nya.

No comments:

Post a Comment