27 December 2013

Cloverfield (2008)

Some thing has found us

Sebelum ada Cloverfield, genre mockumentary didominasi oleh tema horor. So, sebelum rencana Cloverfield keluar, banyak yang berharap lebih pada found footage ini. Eh, tapi gak banyak yang tahu juga ding jika Cloverfield bakal dibikin menjadi mockumentary. Cloverfield menjadi beda saat itu karena diproduseri oleh JJ Abrams. Jika Abrams yang disebut, maka tema yang diusung pun bakalan tak jauh dari Scifi. Nah, Cloverfield mengusung tema itu, sebuah tema yang sangat baru dan menyegarkan saat itu.

Sebuah pesta kejutan diperuntukkan bagi Robert 'Rob' Hawkins (Michael Stahl-David) sebelum dia ditugaskan ke Jepang. Pesta itu digagas adik Rob, Jason Hawkins (Mike Vogel) dan kekasihnya, Lily Ford (Jessica Lucas). Hudson 'Hud' Platt (TJ Miller) kebagian tugas mendokumentasikan ucapan selamat tinggal bagi Rob. Jadilah dia berkeliling meminta ucapan selamat tinggal dan sukses dari teman-temannya. Hud mau ditugaskan seperti itu karena perempuan yang ditaksirnya, Marlena Diamond (Lizzy Caplan) hadir di pesta itu.

Pesta menyenangkan itu langsung berhenti saat dentuman kuat tiba-tiba terjadi. Rasanya seperti gempa bumi. Sedetik kemudian ledakan hebat terdengar. Semuanya ketakutan dan keluar. Dari luar dapat dilihat sebuah makhluk besar entah itu monster atau Alien yang membuat kerusakan di kota Manhattan. Kelima orang itu pun berusaha melarikan diri. Di tengah jalan, Rob ingat jika perempuan yang dicintainya, Beth McIntyre (Odette Annable) terjebak di atas apartemennya dan membutuhkan pertolongan. Jadilah mereka berlima kembali demi Beth.

Tentara nembaki the thing

Dari awal kita bakal merasa pusing dengan shake kamera yang terasa sangat shake. Kamera yang dipegang Hud terasa banget goyangnya. Tetapi itulah nikmatnya mockumentary, kita seakan-akan menjadi orang pertama. Atau kalau dalam buku, kita akan menjadi tokoh aku. Siap-siap saja kepala ini pening. Tetapi kita bakalan terbiasa kok dengan shaking handheld ini.

Secara komersial, cloverfield sangat menguntungkan. Dibuat hanya dengan USD 25 juta dan meraup sedikitnya USD 170 juta untuk peredarannya di seluruh dunia. Marketing yang dilakukan Paramount Pictures juga menjadi faktor keberhasilan Cloverfield. Viral marketing menjadi kampanye ampuh untuk mengeruk dolar, termasuk tie in viral yang mirip dengan alternate game reality dengan judul Lost Experience.

Tak ada tokoh yang paling hebat dalam Cloverfield. Semuanya berakting wajar dan secara bersama membentuk suatu kesatuan Cloverfield. Kredit tersendiri mungkin bisa diberikan ke Hud yang terkadang dengan one liner joke nya bisa memberikan sedikit ruang geli di tengah ketegangan yang terjadi. Dengan genre mockumentary, jangan berharap menemukan penjelasan yang detil dan utuh. Untuk yang penasaran dengan makhluk apa itu dan kenapa bisa sampai ke Kota Manhattan, bisa dicari lewat google dan forum.

In the subway

Jika saja Troll Hunter dibuat sebelum Cloverfield, mungkin saja Cloverfield tidak ada apa-apanya. Matt Reeves boleh saya bilang sangat amatir saat mempersembahkan monsternya. Dibanding Troll yang dihadirkan Andre Ovredal, monster milik Matt Reeves masih kalah kelas. Saya tak bisa mengerti bentuk monster yang tidak jelas semacam itu. Terlihat unyu dan tak berbahaya namun bisa menghancurkan seisi kota. Sayang sekali grafik yang digunakan kurang mendukung untuk menciptakan makhluk yang sedikit saja terlihat lebih angker.

Dan saya berpikir jika Cloverfield tidak pada tempatnya untuk bermockumentary. Situasi pada Cloverfield bukanlah situasi yang mendukung untuk seseorang mengambil gambar melalui handycam di belakang profesi seseorang tersebut. OK lah, situasi pesta memanglah sudah benar bagi Hud untuk membawa handycam dan merekam gambar situasi dan orang di sekitarnya. Tetapi untuk situasi chaos setelah pesta, kebanyakan orang pastilah bakal membuang kamera di tangannya dan berusaha menyelamatkan diri. Kecuali jika orang tersebut adalah seorang reporter, peneliti atau seorang penyelidik. Sedangkan Hud, siapa itu Hud. Untuk memegang kamera pun dia sangat canggung. Di mockumentary lain, sang penulis naskah sudah mempunyai pilihan siapa yang bakal memegang kamera di balik identitasnya yang kuat. Cloverfield sepertinya melupakan itu.

Cloverfield, mockumentary yang bagi kebanyakan orang memorable dan termasuk salah satu yang terbaik. Tapi bagi saya tidak. Cloverfield hanyalah mockumentary medioker yang lewat saja di depan mata. Film ini dibuat di tahun 2008 dan baru saya tonton di tahun 2013. Apakah itu yang membuat saya berkata demikian? mungkin saja.

1 comment:

  1. one of the best mockumenter....
    masih inget adegan malena kerobek, padahal cuma bayangannya doang, tapi memorable,.. *puk2 Lizzy Caplan*

    *izin pasang di blogroll

    ReplyDelete