13 August 2013

The Conjuring (2013)



Masih segar di ingatan betapa eksotisnya (baca seram) insidous di tahun 2010 lalu. Bukan pada makhluk seram di dalamnya, namun lebih kepada sisi psikologis saya yang dicampur aduk di dalam balutan pekatnya kegelapan dunia arwah. Saking seramnya, Insidous bahkan dibuat sebagai perbandingan untuk film horor lain. Jika sebuah film horor terbaru keluar di bioskop, maka yang terucap pertama kali adalah "sereman mana ama Insidous?". Begitulah James Wan secara luar biasa menjadikan Insidious sebagai sebuah standar perbandingan tak resmi bagi film horor. Namun sutradara kelahiran Malaysia itu tak berhenti di Insidious. Dia mencoba membesut genre horor lagi melalui The Conjuring. Sereman mana The Conjuring ama Insidous?

Keluarga Perron pindah ke sebuah rumah tua dengan halaman luas di Harrisville, Rhode Island. Roger (Ron Livingston) dan Carolyn (Lili Taylor) Perron optimis rumah itu akan membawa kebahagiaan. Kelima anak perempuan mereka juga berpikir demikian. Andrea (Shanley Caswell), Nancy (Hayley McFarland), Christine (Joey King), Cindy (Mackenzie Foy), dan April (Kyla Deaver) sangat menikmati tinggal di rumah tersebut. Namun harapan mereka sirna saat berbagai gangguan yang tak jelas asalnya mendera, terutama di malam hari.

Carolyn kemudian meminta bantuan Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine (Vera Farmiga) Warren, pasutri paranormal yang dikenal sebagai pemburu hantu. Setelah melakukan penyelidikan. Ed dan Lorraine sepakat akan membantu keluarga itu memecahkan misteri rumah tersebut. Dan memang benar, rumah itu memiliki misteri tersendiri yang membayangi pikiran Ed dan Lorraine, bahkan hingga saat ini.

Scary hide and clap

Wan membuka The Conjuring bukan dengan langsung menampilkan keluarga Perron. Sutradara beretnis Taiwan itu berusaha memperkenalkan Ed dan Lorraine lebih dahulu dengan kasus boneka Annabelle yang cukup menyita perhatian. Boneka Annabelle mungkin sudah cukup membuat bergidik, tetapi itu baru pemanasan karena selanjutnya Wan langsung menggiring mata dan telinga ke rumah di tepi danau tersebut.

Di rumah itulah Wan menyajikan spesialisasinya secara halus, berkesinambungan dan tetap menjaga ritmenya. Di awali dengan hide and clap hingga kerasukan. Dalam The Conjuring, sutradara Fast and Furious 7 itu memasukkan elemen horor milik Friday The 13th, Poltergeist, dan The Exorcist. Namun itu tak membuat The Conjuring kedodoran dan terkesan murahan. Pasalnya, Wan tidak membabi buta menyuguhkan apa-apa yang berpotensi membuat kaget dan takut yang menonton.   

Situasinya seperti ini, ketika kita berpikir dan bersiap diri akan ketakutan, Wan malah tidak menyuguhkannya. Namun saat kita sedang rileks, secara refleks Wan akan menghadiahi kita dengan adegan seram yang akan membuat kita menjerit kaget dan ketakutan. Wan sangat serius membuat The Conjuring. Aroma tahun '70 an sudah dibuatnya sedetil mungkin melalui fashion, properti, dan mobil. Belum cukup itu, Wan mengeditnya dengan menambahkan vintage pada setiap scene nya sehingga terlihat seperti film kuno.

Poltergeist

Soal akting, Vera Farmiga dan Lily Taylor lah yang mendominasi. Point of interest di The Conjuring memang tertuju pada mereka berdua. Patrick Wilson sepertinya agak kaku meski ia mempunyai peran lebih. Aktor kesayangan Wan tersebut sepertinya kurang luwes dengan perannya kali ini. Yang lain juga bagus dan bisa berperan sesuai kapasitasnya.

The Conjuring adalah horor klasik tradisional yang menampilkan hal-hal klise namun mampu diramu lebih baik sehingga klise tersebut menjadi moderat. The Conjuring lebih seram dalam menakuti hati dan pikiran daripada hanya berfokus pada mata dan telinga. Saya pikir, The Conjuring sejauh ini merupakan film horor terbaik tahun ini, mungkin karena embel-embel based on true story nya. Entah jika Insidious 2 nanti akan rilis. Kita tunggu dan bandingkan saja nanti.


1 comment:

  1. horornya nggak meledak-ledak. Horornya halus, takut tapi gimana gitu

    ReplyDelete