29 May 2013

Zero Dark Thirty (2012)

The greatest manhunt in history


Setelah The Hurt Locker yang kecil tapi fenomenal itu, Kathryn Bigelow kembali membuat film bertemakan perang. Zero Dark Thirty mengisahkan tentang perburuan America number one wanted, Osama Bin Laden. Zero Dark Thirty mengacu kepada pukul 00.30 WIB saat perburuan terhadap pimpinan Al Qaeda itu dimulai.

Maya (Jessica Chastain), seorang CIA agent ditugaskan di Pakistan. Maya yang sebelumnya tak pernah bertugas di daerah konflik mempunyai job untuk mencari tahu keberadaan Osama (di sini diucapkan Usama dan diisngkat UBL) melalui para teroris (nggak pake terduga) yang telah tertawan. Interogasi pun dilakukan. Namun tak semudah itu, perlu adanya penyiksaan agar para tawanan tersebut mau berbicara. Dan tugas penyiksaan itu salah satunya dilakukan oleh Dan (Jason Clarke).


Adegan awal dimulai dengan diperdengarkannya rekaman korban pesawat yang hendak menabrak gedung kembar WTC. Adegan lanjut ke penyiksaan terhadap Ammar (Reda Kateb) oleh Dan disaksikan Maya. Selain menginterogasi tahanan secara langsung, Maya juga mengamati pengakuan tahanan lain yang diinterogasi dan disiksa bukan oleh pihaknya bertugas.

Camp Sharman tragedy

Bukannya tanpa halangan, salah satu rekan Maya yakni Jessica (Jennifer Ehle) justru menjadi korban ledakan bom di Camp Sharman akibat tertipu informan palsu. Dengan kejadian itu, Maya makin bernafsu mengejar keberadaan UBL yang diyakininya mempunyai kurir bernama Abu Ahmed. Abu Ahmed lah yang diyakini Maya menjadi kunci menuju ke UBL. Dan Abu Ahmed telah 'membawa' Maya ke tempat persembunyian UBL di Abbottabad, Pakistan.

Namun insting Maya mendapat cemoohan di sana sini termasuk oleh atasannya sendiri, Joseph Bradley (Kyle Chandler). Pada akhirnya temuan Maya diapresiasi tetapi waktu ekseskusi yang lebih dari satu setengah bulan membuat Maya frustasi. Di hadapan direktur CIA, Maya menyatakan yakin 100 % jika rumah besar itu adalah tempat persembunyian UBL. Dan Maya lah yang pertama kali diberitahu jika waktu tengah malam tersebut merupakan puncak prestasinya.

Sangat luar biasa bagi Bigelow dalam waktu secepat itu untuk mengangkat tema perburuan UBL. Tentu diperlukan usaha yang ekstra menembus dinding keamanan CIA dalam hal data. Pemerintah Amerika sendiri baru saja meralat dan merilis fakta-fakta tentang perburuan Bin Laden di awal Mei 2013 ini. Tetapi film yang ternyata sesuai dengan fakta yang diumumkan Mei itu sudah beredar jauh pada bulan Desember tahun lalu.

Dalam film, tentu saja ada faktor dramatisasi. Namun Mark Boal selaku penulis script membuatnya nampak nyata. Keunggulan dan keburukan Amerika ditunjukkan secara bebas di film ini. Bigelow bahkan mempertunjukkan adegan penyiksaan yang tensi nya sangat sensitif di dunia perpolitikan tingkat dunia. Penyiksaan semacam diikat masing-masing tangan sambil berdiri, water boarding, penelanjangan, diseret menggunakan kalung anjing, maupun memasukkan ke kotak sempit ditunjukkan secara jelas di film ini. Keunggulannya tentu saja operasi pasukan Navy SEAL yang berhasil membunuh orang yang diklaim sebagai UBL.
UBL claimed

Bila The Hurt Locker tak diisi pelakon yang sudah mempunyai nama, maka Zero Dark Thirty tertumpu pada nama besar Jessica Chastain yang sedang naik daun. Dan Jessica membuktikannya. Sebagai agen cerdas dan mempunyai ambisi kuat, Jessica berperan baik di balik kelemahannya sebagai wanita dan agen baru. Pelakon-pelakon lainnya tak kalah ciamik dalam berakting. Mereka sudah total mengisi peran bagian masing-masing.

Bukannya tanpa kontroversi, saat awal film ini beredar, banyak protes dari para keluarga korban WTC yang menyayangkan adanya rekaman suara keluarga mereka yang turut diperdengarkan. Rekaman suara itu dianggap membuka kembali kenangan lama yang melukai hati. Entah apakah protes itu berlanjut, Bigelow dalam pernyataannya justru menyatakan bahwa rekaman suara itu merupakan bentuk penghormatan kepada keluarga korban dan sama sekali tidak ada maksud melukai hati.

Bagi sebagian umat muslim, barangkali film ini melukai hati mereka. Bagi saya, ini bukan soal hati yang sakit atau tidak. Tapi bagaimana dengan pintarnya Amerika menggunakan cara-cara nya yang lama untuk melakukan suatu pembenaran yang mereka tidak sadar akan apa yang telah mereka lakukan.