13 February 2013

Killing Them Softly (2012)

In America you're on your own

All men are created equal. Semua manusia diciptakan sama. Kedudukannya di dalam satu negara juga sama sehingga ada idiom 'We are One' (kami adalah satu). Tetapi tidak bagi Jackie (Brad Pitt). Bagi pembunuh bayaran itu, negara adalah bisnis.

"Now fucking pay me," geram Jackie pada Driver (Richard Jenkins) yang membayar kurang padanya.

Sebelum itu, Jackie mendapat order membunuh 3 orang amatir yang telah merampok sekelompok mafia penjudi di arena judi milik Markie Trattman (Ray Liotta). Frankie (Scoot McNairy), Russell (Ben Mendelsohn) adalah pelakunya. Mereka melakukannya atas suruhan Johny Amato (Vincent Curatola). 

Johny berani melakukannya dengan memfitnah Markie yang sebelumnya juga telah merampok arena judinya sendiri. Johny berharap Markie lah yang akan disalahkan bila perampokan itu terjadi. Nyatanya tidak, semua terlacak dan satu persatu dihabisi, termasuk Markie.



Sebenarnya Jackie telah menyuruh Mickey (James Gandolfini) untuk menyelesaikan itu semua. Tetapi kelakuan Mickey yang seenaknya sendiri, mabuk dan main perempuan memaksa Jackie harus melakukannya sendiri.

Seperti judulnya, Killing Them Softly berjalan sangat lambat (softly). 90 % adegan di dalamnya diisi dengan dialog-dialog yang panjang, rumit dan bagi sebagian orang terasa menjemukan. Makin  bertambah rumit dengan cara penyajiannya yang flash back tak teratur. Di awal film mungkin kita akan mengernyitkan dahi dengan ketidakteraturan flash backnya. Selanjutnya secara perlahan-lahan kita akan mulai terbiasa baik dengan flash back dan dialog panjangnya.

Di sini, saya pikir Brad Pitt sudah melampaui kemampuannya. Ia tidak harus bekerja keras. Ia hanya harus 'bicara' saja, sesuatu yang mungkin mudah ia lakukan. Penampilannya juga tak aneh-aneh, ia hanya harus menumbuhkan kumis, janggut, dan menyisir rambut ber gel nya ke belakang. Bandingkan saat ia menjadi seorang perwira nyentrik di Inglorius Basterd atau saat ia menjadi seorang Achilles yang perkasa. Ia harus bekerja keras untuk itu.

Cast lainnya sangat tidak mengecewakan dan bermain sesuai porsinya. Terutama Ben Mendelsohn yang saya pikir so total dengan tatanan rambutnya yang aneh dan kumal. And I like the most when he flies, almost like a real junkies. And Ray Liotta, everywhere, you are damn bastard villain, your face shows that.



Seperti alurnya yang lambat, adegan lain di dalamnya setali tiga uang. Lihatlah bagaimana sebuah peluru yang menembus kepala Markie disajikan secara lambat. Mulai dari picu ditarik, peluru keluar dari laras, proyektil terpisah dari selongsong hingga proyektil menembus kepala Markie. Itu pun masih diulang beberapa kali. Sungguh lembut slow motionnya 

Killing Them Softly dibuat berdasarkan novel karangan George V Higgins berjudul Cogan's Trade. Novel ini dibuat pada tahun 1974. Namun Killing Them Softly mengubahnya dalam background tahun 2008 saat Barrack Obama nyapres presiden. Obama saat itu maju dari partai demokrat dengan background Amerika yang sedang mengalami krisis global

Dalam kampanyenya, Obama menjanjikan suatu perubahan. Dan dia berusaha mengikat hati rakyat Amerika dengan mengatakan bahwa We are One. Denga bersatu maka krisis pun akan teratasi. Tetapi orang-orang bawah dan di balik layar tidak menganggapnya demikian. Bagi mereka negara adalah bisnis dan harus selalu seperti itu.

Killing Them Softly, film yang mungkin terasa menjemukan dengan dialog-dialognya yang panjang, berbelit dan rumit. Penonton kebanyakan akan menganggapnya demikian. Tapi movie freak kelihatanya akan menikmatinya. Killing Them Softly bakal selalu diingat dengan keanehannya tersebut.