There Was Never Just One |
Tak ada maksud dari
Toni Gilroy untuk mencoba menandingi kehebatan trilogy Bourne yang
menawan itu. Sutradara anyar ini sepertinya tahu diri dan mencoba
memposisikan diri sejajar dan seimbang dengan 3 serial Bourne
sebelumnya. Saya pikir itu adalah jalan terbaik, membuat sekuel,
ketimbang membuat reboot yang mungkin hasilnya malah akan sia-sia.
Sekuel yang sungguh berat dengan kharisma Matt Damon sebagai Jason
Bourne.
Sekarang ngomongin soal filmnya. Karena masih ber
embel-embel Bourne, otomatis The Bourne Legacy (TBL) harus menampilkan
scene-scene seri Bourne sebelumnya. Dalam hal ini yang ditampilkan
adalah Bourne Supremacy. Sepak terjang Bourne rupanya memaksa petinggi
United States Air Force (USAF), Eric Byer (Edward Norton), turun tangan.
Dengan cepat pensiunan kolonel itu mengakhiri proyek Treadstone,
Blackbriar dan juga Outcome. Proyek terakhir ini lah yang menjadi jalan
cerita TBL. Satu persatu agen dan orang diseputar Outcome dihabisi agar
proyek rahasia itu tak bocor.
Tanpa disadari Bryer, proyek itu menyisakan seorang Aaron Cross (Jeremy Renner). Cross ini lah yang menjadi Bourne baru. Petualangan Cross menyelamatkan diri melibatkan dr. Martha Shearing (Rachel Weisz) yang juga menjadi target pembunuhan. Akankah mereka berhasil lolos dari kejaran agen-agen CIA dan USAF ? Formulanya sama dengan film Bourne yang pertama, Bourne Identity. Sama-sama melibatkan perempuan (Franka Potente/Rachel Weisz) dan suatu kelemahan (amnesia/ketergantungan obat).
Bagi yang tak setia pada Bourne, TBL hanya menyisakan kebingungan di tiga perempat filmnya. Ya, TBL lebih banyak didominasi dialog-dialog yang cepat, teknis dan detil dan hanya menyisakan aksi laga di sekitar 30 menit terakhir film. Apakah Gilroy tak mampu membuat yang lebih baik ? Saya pikir bukan itu maksud Gilroy. Saya berpikir Gilroy sengaja membuat TBL sebagai pintu masuk dari seri Bourne selanjutnya. TBL merupakan penjelas kasus dan mengenalkan siapa Aaron sebenarnya yang dengan kata lain bakal mengikis ketergantungan penonton terhadap kata Bourne. Meski begitu saya kurang puas dengan aksi laganya yang kurang full contact body meski adegan balap di atas motor tetap keren.
Sejak terjun menjadi aktor, Renner tak pernah mendapat peran utama (kebanyakan antagonis). Meski hanya menjadi peran pelapis, tetapi aktingnya selalu prima. Baru kali inilah Renner dipercaya menjadi peran utama. Sungguh tugas yang maha berat di bawah bayang-bayang Matt Damon yang sudah distereotipkan as Jason Bourne. Hasilnya, Renner tidak mengecewakan. Tetapi di film Bourne berikutnya dia harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapat pengakuan lebih dari para penonton. What about Rachel Weisz, ya, dia tetap cantik dan aktingnya tetap menawan. Di usianya yang sudah 42 tahun, istri James Bond ini looks like ABG. Akuilah, tubuhnya masih singset, man. Tetapi sedikit kerut saat kamera mengarah dekat ke wajahnya tidak bisa membohongi jika ia mulai menua. Karena endingnya tidak bersih alias masih meninggalkan jejak, maka saya akan bersabar menanti sekuel selanjutnya.
Tanpa disadari Bryer, proyek itu menyisakan seorang Aaron Cross (Jeremy Renner). Cross ini lah yang menjadi Bourne baru. Petualangan Cross menyelamatkan diri melibatkan dr. Martha Shearing (Rachel Weisz) yang juga menjadi target pembunuhan. Akankah mereka berhasil lolos dari kejaran agen-agen CIA dan USAF ? Formulanya sama dengan film Bourne yang pertama, Bourne Identity. Sama-sama melibatkan perempuan (Franka Potente/Rachel Weisz) dan suatu kelemahan (amnesia/ketergantungan obat).
Bagi yang tak setia pada Bourne, TBL hanya menyisakan kebingungan di tiga perempat filmnya. Ya, TBL lebih banyak didominasi dialog-dialog yang cepat, teknis dan detil dan hanya menyisakan aksi laga di sekitar 30 menit terakhir film. Apakah Gilroy tak mampu membuat yang lebih baik ? Saya pikir bukan itu maksud Gilroy. Saya berpikir Gilroy sengaja membuat TBL sebagai pintu masuk dari seri Bourne selanjutnya. TBL merupakan penjelas kasus dan mengenalkan siapa Aaron sebenarnya yang dengan kata lain bakal mengikis ketergantungan penonton terhadap kata Bourne. Meski begitu saya kurang puas dengan aksi laganya yang kurang full contact body meski adegan balap di atas motor tetap keren.
Sejak terjun menjadi aktor, Renner tak pernah mendapat peran utama (kebanyakan antagonis). Meski hanya menjadi peran pelapis, tetapi aktingnya selalu prima. Baru kali inilah Renner dipercaya menjadi peran utama. Sungguh tugas yang maha berat di bawah bayang-bayang Matt Damon yang sudah distereotipkan as Jason Bourne. Hasilnya, Renner tidak mengecewakan. Tetapi di film Bourne berikutnya dia harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapat pengakuan lebih dari para penonton. What about Rachel Weisz, ya, dia tetap cantik dan aktingnya tetap menawan. Di usianya yang sudah 42 tahun, istri James Bond ini looks like ABG. Akuilah, tubuhnya masih singset, man. Tetapi sedikit kerut saat kamera mengarah dekat ke wajahnya tidak bisa membohongi jika ia mulai menua. Karena endingnya tidak bersih alias masih meninggalkan jejak, maka saya akan bersabar menanti sekuel selanjutnya.
No comments:
Post a Comment