The only easy day was yesterday |
Kisah
kepahlawanan dan keberanian anggota Navy Seal, pasukan elit Amerika.
Menggunakan aktor-aktor asli dari pasukan gabungan 3 matra itu (SEa Air
Land), membuat saya tahu diri dan maklum jika dialog yang mereka ucapkan
sangatlah kaku. Bisa dibandingkan bagaimana lancar dan hidup dialog
Lisa Morales (Roselyn Sanchez) atau Walter Ross (Nestor Serrano)jika
dibandingkan dengan kata-kata yang
diucapkan Liutenant Rorke Engel dan Sergeant Dave. Tetapi ini adalah
film aksi, so, bukan dialog dan script yang berbicara tetapi aksi yang
menjawab. Di sini, ditampilkan berbagai macam alat militer dan gadget
yang asli plus ketangguhan personelnya yang kemana-mana harus membawa
tas ransel dan peralatan yang beratnya puluhan kilo. Pergerakannya
sangat taktis dan terukur sesuai koordinat, benar-benar seorang tentara
sungguhan. Saya suka saat salah satu anggota Navy Seal menyembul keluar
dari air tanpa menyeka mukanya untuk kemudian menangkap tubuh the
villain yang ditembak sniper. Aksi lainnya yang menurut saya spektakuler
adalah saat hujan peluru dicurahkan dari gatling gun elektrik GAU-17-A
yang terpasang (mounted) di Special Warfare Combatant Craft (SWCC). Film
ini disajikan dengan angle like a First Person Shooter (FPS) game.
Layaknya Counter Strike, adegan tembak-menembak kadangkala dishoot hanya
menghadirkan gagang senapan saja, sebuah tampilan film (bukan game)
yang berbeda dan asyik. Otherwise, saya bersyukur saja karena pembom
bunuh diri (jihadis) dikatakan bukan dari Indonesia tapi Filipina.
Tetapi tetap saja dikatakan bahwa Abu Shabal adalah seorang teroris yang
sudah berpindah-pindah kamp pelatihan teroris, dan salah satunya adalah
kamp Indonesia. Sebuah film pencitraan pasukan Navy Seal yang berhasil.
No comments:
Post a Comment