29 January 2016

The Revenant (2015)


 One who has returned, as if from the dead

Pada gelaran Oscar tahun lalu, Alejandro Gonzales Inarritu sukses melabeli dirinya sebagai best director. Bird man melambungkan namanya sebagai sutradara Mexico kedua, pertama Alfonso Cuaron, yang mendapatkan piala paling bergengsi insan perfilman Hollywood. Ketika menggarap The Revenant, ada begitu besar harapan terhadap karya teranyarnya ini. Apalagi ia tetap membawa salah satu formula kemenangannya yakni Emmanuel Lubezki sebagai DoP nya.

Saat sedang berburu, sekelompok pemburu bulu binatang diserang kaum Indian. Sebagian besar mati dan hanya menyisakan sekelompok kecil orang. Mereka melanjutkan perjalanan pulang dipimpin Kapten Andrew Henry (Domhnall Gleeson). Mereka melewati medan asing tanpa arah yang untuk keperluan itu mereka mengandalkan Hugh Glass (Leonardo DiCaprio) sebagai guide. Namun seekor beruang Grizzly mencabik-cabik Glass. Glass yang sekarat pada akhirnya ditinggal karena kerasnya medan. John Fitzgerald (Tom Hardy) dan Bridger (Will Poulter) yang awalnya ditunjuk untuk menjaga Glass akhirnya juga meninggalkannya.

Saya mulai menyukai Inarritu lewat Biutiful yang memang cantik. Kemudian Birdman yang lewat dan meninggalkan kesan tersendiri itu pun juga tak kalah hebatnya. Tetapi The Revenant bukanlah bersandar pada kehidupan kota nan modern. Adaptasi salah satu bagian dari novel nyata milik Michael Punke 'The Revenant a Novel of Revenge' ini berbackground alam liar Amerika tahun 1820-an nan luas. Namun Inarritu menjawabnya dengan bukti. Alam liar itu dihadirkan secara nyata lengkap dengan lanskap, bukit, jeram yang mengeksplorasi bentang Kanada, Amerika, Meksiko, dan Argentina. Salju itu pun serasa begitu dingin menusuk tulang.


Raped by the Grizzly
Tone-tone warna bentang alam dengan fasih bisa diterjemahkan secara sempurna oleh  Lubezki. Penggunaan lensa lebar 65mm pun bisa dimaksimalkan dengan pengambilan sudut gambar yang wide. Dan salah satu kelebihan The Revenant adalah pengambilan gambar yang hanya menggunakan cahaya alami. Tidak menjadi masalah, justru akhirnya visual yang dihadirkan menjadi lebih hidup.

Visual yang ciamik tersebut mendapat sokongan dari para cast nya yang luar biasa. Mereka yang berlakon ini menjadi alur-alur yang ke sana kemari mengikuti perputaran cerita yang ditulis Inarritu sendiri bersama Mark L Smith. Narasi yang ada memang tidak njelimet. Tetapi jika melihat Inarritu memperlakukan Biutiful begitu indah, maka The Revenant dimaksudkan menjadi filosofi. Inarritu melihat ada hubungan dekat dan sinambung antara alam, manusia, dan hewan, yang pada intinya Tuhan menciptakan segala sesuatunya saling bersinggungan dan bergesekan. Tergantung pada diri individunya apakah itu mau dibawa ke dalam kerangka baik atau buruk.

DiCaprio adalah puncak dari pengejewantahan semua narasi itu. Pria kelahiran 1974 ini mampu menjadi yang diinginkan Inarritu, termasuk hanya memberi sedikit porsi dialog. Selebihnya, DiCaprio meluapkannya dengan gestur, mimik, dan gerak yang semuanya mengandung arti yang bermakna. Penampilan DiCaprio sungguh hidup dan berwarna di tengah putihnya lembar luas salju yang ada. Jika DiCaprio lebih banyak diam, maka urusan dialog diserahkan kepada Tom Hardy sebagai antagonis.
Survival of The Fittest
Dengan kefasihan dialog berat yang diucapkan Hardy, maka anda akan dibuat sangat sebal berikut penampilannya juga yang sangat jahat. Fitzgerald yang dimainkannya adalah kulminasi dari semua sifat buruk dari diri manusia. Ia jahat, oportunis, dengki, iri, dan egois. Bahkan ia tak segan-segan mengorbankan orang terdekatnya untuk ambisi pribadi. Ia lebih jahat dari Bane sekalipun. Hardy layak diacungi jempol di sini untuk ketidaknyamanan yang telah ia buat sepanjang scene yang ada.

Meski tak mendapat porsi lebih, namun penampilan Domhnall Gleeson dan Will Poulter tak jelek. Mereka adalah ceruk-ceruk kecil yang memberi gelombang tersendiri pada derasnya alur cerita yang terbangun. Mereka adalah penghubung antara tokoh utama dan tokoh pendukung. Mereka adalah pembangun konflik dan ketegangan, dan mereka menjaga itu dengan penampilan gemilang sesuai kapasitasnya.

The Revenant, ini bukan kebangkitan Inarritu dari kematian. Namun ini adalah pengingat bahwa Inarritu masih berjalan pada jalurnya. Karya yang tak boleh dibilang remeh dengan segala pencapaian yang maksimal pada kelasnya. DiCaprio boleh berharap dari ini, ataukah ia akan tetap menjadi penyintas dari apa yang sudah diperoleh Inarritu?

4 comments:

  1. Sejujurnya gw sbg fans Dicaprio agak bosen liat dia dgn peran grim...depress mulu (well, Wolf of Wall Street tempo hari lumayan beda),, tapi semoga akting 'grim' dia disini bisa menang Oscar ! (uda pasti sih kayaknya)

    *Hey, boleh tukar link bro?

    ReplyDelete
  2. Yup, dengan banyak omong di Wolf of Wall Street, keseluruhan karakter yang dia mainkan bisa terasa maksimal. Tapi itu tak cukup menolong dia menggaet Oscar. Kali aja dg banyak diam di The Revenant, Leo malah justru beruntung, he he he

    Boleh aja bro, link nya udah saya tautin di blog

    ReplyDelete
  3. Yeah...masalah Dicaprio sebenernya selalu ada yg lebih baik saat dia dinominasikan sebelumnya (atau lebih tepatnya 'lebih punya momentum')
    Dan taun inilah baru momentum dia!

    *oke,link saya added juga bro,

    ReplyDelete