27 July 2015

The Age of Adaline (2015)

Love is timeless

Rekayasa cinta adalah sesuatu yang entah sengaja atau enggak, bisa dibikin Tuhan ataupun manusia untuk membumbui perjalanan romansa kita. Terkadang, rekayasa tersebut perlu, tetapi terkadang pula rekayasa itu bisa memutuskan suatu hubungan. Tetapi bagaimanapun, bila sudah menjadi kehendak dan bila sudah menjadi ketetapan Tuhan, nggak akan berpaling itu jodoh, bagaimapun hebatnya suatu rekayasa cinta. Di dunia nyata sih, nggak aneh-aneh kok perkara rekayasa cinta ini. Gimana kalo di dunia film?

Adaline Bowman (Blake Lively) adalah seorang perempuan yang lahir di awal abad 20. Tak berbeda dengan orang lain, Adaline pun juga menjalani kehidupan yang normal. Adaline tumbuh, beranjak dewasa dan akhirnya menikah dengan seorang insinyur. Kemalangan mulai datang menghampirinya saat suaminya meninggal karena kecelakaan kerja. Adaline ditinggal bersama seorang putrinya yang masih kecil.

Kehidupan Adaline menjadi berbeda saat ia mengalami kecelakaan yang bakal mengubah hidupnya. Hidup Adaline tak sama lagi setelah insiden tersebut. Adaline seakan terjebak dalam dirinya yang sekarang. Mungkin bagi sebagian wanita, dampak kejadian itu adalah anugerah. Tetapi tidak bagi Adaline. Adaline seakan bosan dengan kehidupannya. Dan tentu saja Adaline tak berdaya bila ia harus kembali menjalin cinta dengan kondisinya yang sekarang.


This thing which made the young Adaline

Sayangnya, ia harus bertemu dengan Ellis Jones (Michiel Huisman), seorang pria yang kesengsem padanya. Dan dunia memang sungguh sempit, William Jones (Harrison Ford), ayah Ellis, ternyata masih tersangkut dengan kehidupan Adaline yang dulu. Suatu kebetulan yang sengaja atau memang nasib lah yang mempertemukan mereka. Adaline pun saja bingung dan bimbang.

Menggunakan premis waktu untuk suatu rekayasa cinta memang sudah populer. Tetapi The Age of Adaline tak serumit Il Mare ataupun The Lake House. The Age of Adaline hanya menjelaskan bahwa waktu seakan berhenti pada diri Adaline. Memang kisahnya berkilas balik atau flashback, tetapi itu tak membuat narasinya menjadi membingungkan. Meski flashback, namun narasi yang ditulis J Mills Goodloe dan Salvador Paskowitz tersebut mengalir lancar seakan linear.

Young mother, old daughter

Saya pikir pace The Age of Adaline berjalan cukup lambat. Sedikit membosankan sih, tetapi bagi yang dimabuk cinta, hal itu tak menjadi masalah karena perlambatan waktu adalah sebuah usaha tambahan untuk menjadi lebih intim. Sang director, Lee Toland Krieger sepertinya tahu tentang hal itu.

Saya sendiri suka penampilan Blake Lively yang terasa lepas di sini. Penampilan pemilik tahi lalat di bawah mata kanan itu terlihat natural. Nyonya Ryan Reynold ini dengan meyakinkan bisa membawakan Adaline dalam kondisi rapuh, tegar, sedih, bahkan riang sekalipun. Penampilan pemeran pendukung lainnya juga tak mengecewakan. Mereka baik yang yunior maupun senior saling mendukung satu sama lain.

No comments:

Post a Comment