28 March 2014

Don Jon (2013)

Everyone loves a happy ending

Posisi sebagai aktor dirasa masih kurang bagi Joseph Gordon-Levitt. Pria kelahiran 1981 itu rupanya juga tertarik mengembangkan bakatnya sebagai sutradara. Jalan ke arah situ rupanya sudah cukup lama dia bangun. Usahanya terbangun sejak tahun 2008 dengan menulis naskah Don Jon. Levitt rupanya sadar diri dan tak muluk-muluk dengan memilih genre romcom sebagai debut filmnya sendiri. Dibanding thriller, romcom memang relatif lebih enteng dalam gaya bertutur dan bercerita. Dibantu masukan dari para sutradara seperti Rian Johnson dan Chris Nolan, Levitt dengan mantap meluncurkan Don Jon yang juga dibintanginya sendiri.

Jon Martello (Joseph Gordon-Levitt) adalah pria yang lurus dengan prinsipnya sendiri yakni tubuh, karpet apartemennya, mobil, keluarga, gereja, teman, dan cewek. Jon selalu menyeimbangkan dan memberi porsi sama untuk semua prinsipnya itu. Di mata teman-temannya, Jon adalah seorang Don Juan. Dia hampir selalu sukses meniduri cewek yang dia incar.

Namun, sebanyak apapun cewek yang dia tiduri, Jon selalu kembali ke layar PC nya. Apa yang dia lakukan, masturbasi. Rupanya Jon adalah seorang porn addict. Baginya, cewek nyata terbatasi oleh sesuatu yang menjadikannya hanyalah pemuas sesaat. Berbeda dengan tontonan porno yang menurut Jon bisa memberikan kepuasan seksual tersendiri.

Channing Tatum and Anna Hathaway
Selama berhubungan dengan cewek, Jon tak pernah merasa jatuh cinta hingga ia berjumpa dengan Barbara Sugarman (Scarlett Johansson). Jon sebisa mungkin menuruti apa yang dikehendaki Barbara yang mengisi akal pikirannya dengan kesempurnaan fantasi film. Jon juga bertemu Esther(Julianne Moore), perempuan paruh baya yang merupakan teman kuliahnya.

Awalnya, film ini saya anggap remeh. Saya pikir Don Jon hanya akan mengisi list film saya saja tanpa meninggalkan kesan yang mendalam. Nyatanya saya salah besar. Nyatanya saya hanya judge the book by its cover. Dari meremehkan, saya jadi sangat suka dengan cara Levitt menghandle film dengan tema yang sebetulnya jorok ini. Di tangan sutradara lain, mungkin saja tema semacam ini bakal menjadi ancur-ancuran, contohnya American Pie yang joroknya setengah mati.

Namun di tangan Levitt, kejorokan itu diletakkan pada tempatnya, dibuat sehalus dan senyaman mungkin. So, yang menikmati pun bisa menyimak tanpa ada kesan jijik dan kotor. Apa yang saya suka dari Don Jon adalah pesan tersirat yang disampaikan, mengena tapi tidak vulgar. Coba saja cari pesan-pesan yang tersirat pada Jon dengan masturbasinya, Barbara dengan kesempurnaan dan pola pikir kesempurnaan sebuah film, adik Jon yang HP mania namun mempunyai pola pikir dewasa, dan Esther yang matang.

Just like mother and son, Ouch
Meski cukup sempurna dalam scriptnya, namun saya kurang sreg dengan cast yang ada. Ada dua cast yang saya pikir miscast yakni Jon dan Esther. Levitt memang tampan, tapi untuk menjadi seorang playboy, Uh, tunggu dulu. Dia tak punya kharisma untuk itu. Justru aktor semacam Channing Tatum (di sini jadi cameo) bisa menjadi pilihan tepat. Ashton Kutcher juga bisa.  Trus siapa lagi ya ????

Satu lagi yang saya pikir miscast adalah Esther. Ok lah Julianne Moore berperan sebagai perempuan dewasa dan matang yang akhirnya mempunyai hubungan dengan Jon (spoiler). Tapi untuk hubungan seintim itu, Oh, saya pikir kurang pantas. Dengan melihat usia mereka, Moore bahkan lebih pantas menjadi ibu Levitt. Saya kurang bisa menerima itu meski chemistry yang mereka bangun cukup kuat.

But overall, Don Jon sangat saya nikmati.  





1 comment:

  1. Wah header nya gambar berandal tuh..uda nyobain mas? Bnyk positif reviewnya.

    ReplyDelete