30 September 2013

On The Road (2012)

The best teacher is experience

Sebelumnya saya tak pernah melihat, membaca, bahkan mendengar novel berjudul 'On the Road'. Padahal sejak diterbitkan tahun 1957, novel karangan Jack Kerouac itu menjadi best seller. Jack lah yang mengenalkan apa itu beat generation, suatu paham kebebasan menentang kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat saat itu. Penganutnya akrab dengan jazz, drug, dan juga seks bebas. Kesuksesan novel legendaris itu coba difilmkan dengan judul yang sama.

Sebagai seorang pengarang, kehidupan Sal Paradise (Sam Riley) hampa hingga ia bertemu dengan Dean Moriarty (Garrett Hedlund). Begitu terobsesinya Sal dengan kehidupan Dean, hingga ia selalu ingin bertemu dengannya meski harus menempuh jarak cukup jauh dari tempat tinggalnya di New York ke rumah Dean di Denver. Dean juga lah yang mengobati kesedihannya setelah kematian ayahnya. Sifat bengal Dean justru menjadi inspirasi bagi Sal untuk lebih melihat dunia luar.

Petualangannya bersama Dean dituangkan Sal ke dalam sebuah catatan kecil yang kelak nantinya akan dibukukan menjadi novel On the Road. Petualangan itu melibatkan istri pertama Dean yang masih berusia 16 tahun, Marylou (Kristen Stewart), istri kedua Dean, Camille (Kirsten Dunst), Terry (Alice Braga), Carlo Marx (Tom Sturridge), Ed Dunkle (Danny Morgan), dan Old Bull Lee (Viggo Mortensen).

Dari Dean, Sal mendapat banyak pelajaran tentang yang dia sebut sebagai beat generation, mulai dari perjalanan panjang, bertahan hidup, drugs, seks bebas, seks sesama jenis, dan lain sebagainya. Itu semua merupakan hal yang tak biasa dilakukan dan tabu di tahun 40-50 an.

Naked of K-Stew
Film ini awalnya membetot perhatian yang luar biasa. Bukan karena sutradara atau cast nya, melainkan karena didapatasi dari novel inspiratif yang dikatakan sulit untuk dibuat menjadi nyata. Hak adaptasi novel ini sebenarnya sudah dibeli Francis Ford Coppola pada tahun 1979. Namun Coppola baru memilih sutradara untuk On the Road pada tahun 2008. Pilihan jatuh pada Walter Salles. Salles mungkin dipilih karena sebelumnya ia sudah menceritakan perjalanan Che Guevara dalam The Motorcycle Diaries (2004). On the Road sendiri mempunyai persamaan dengan The Motorcyle Diaries yakni perjalanan panjang. Namun produksi On the Road baru dilakukan pada tahun 2010, dan kelar pada 2012.

Seperti pada novelnya, On the Road juga tidak menggunakan nama asli karakternya. Jack Kerouac mengganti namanya menjadi Sal Pradise, Neal Cassady (Dean Moriarty) LuAnne Henderson (Marylou), Joan Valmer (Jane), Alln Ginsberg (Carlo Marx), Bea Franco (Terry), Al Hinkle (Ed Dunkel), dan William S Burroughs (Old Bull Lee).

Karakter paling terkenal di sini mungkin adalah Kristen Stewart. Viggo Mortensen juga terkenal tetapi peran dia di sini kecil. Ups, Kirsten Dunst juga punya nama, namun perannya juga nggak banyak. Sam Riley sebagai aktor utama lumayan terkenal meski masih kalah tenar dibanding mereka di atas. Dan saya tidak mempunyai referensi tentang Garrett Hedlund.

Justru Hedlund lah yang paling mencuri perhatian di film ini. Tanpa Hedlund, On the Road bisa lebih parah lagi. Akting Hedlund bisa menggambarkan betapa macho dan liarnya seorang Dean Moriarty. Saya pikir Hedlund lah bintang utama On the Road. Meski masih di bawah Hedlund, Sam Riley tidak lah bermain jelek. Dia berusaha dengan susah payah untuk menunjukkan siapa Sal Paradise sebenarnya, meski pada akhirnya usahanya terasa sia-sia. Oh ya, suara berat Sal sama sekali tidak cocok untuk ditampilkan sebagai narator. Suaranya laksana suara orang tua yang berat, padahal ia masih muda. Saya hanya suka Sam Riley di 13.

On The Road is made Spontaneously
Dan inilah penampilan Kristen Stewart yang paling bagus sejauh ini. Dia berhasil meninggalkan imejnya sebagai perempuan manis dan cantik seperti di Twilight yang menyedihkan itu. K-Stew juga sudah membuang ekspresi gigi kelincinya. Sebagai gantinya, dia menanggalkan bajunya untuk kita (baca kaum lelaki). Meski bukan akting yang terbaik, tapi it's OK lah untuk kelasnya K-Stew. Ada yang beranggapan jika peran Marylou mungkin akan lebih WOW jika diberikan kepada Kirsten Dunst. Ok lah, secara akting mungkin iya, tetapi saya ragu jika Dunst mau berakting sevulgar K-Stew.

Huffttt.....saya tak banyak mendapat impresi dari film yang awalnya dikatakan menarik ini. Saya justru mendapat kebosanan yang luar biasa. Ibarat minum es cendol, pertama kali diminum tentu saja sangat segar dan memuaskan. gelas kedua, masih segar. Gelas ketiga, lumayan segar. Gelas keempat, udah nggak segar lagi. Gelas ketujuh, muntah. Gelas kedelapan, udah gak disentuh lagi.

Apa yang disajikan Salles adalah hal-hal yang menarik saja dari novelnya. Alurnya kurang digarap secara maksimal. Kalau hanya ada inti saja namun tidak ada alur, ibarat main course tanpa appetizer dan dessert, minumnya juga cuma gelas kecil. Dan Salles sudah melakukannya. Salles dengan suksesnya membuat penonton kehausan di tengah durasi film yang lebih dari 2 jam ini. Namun kekhilafan Salles masih bisa diredam oleh sinematografi dari Eric Gautier. Lanskap Amerika bisa ditangkap dengan indah oleh mata Gautier sepanjang perjalanan anak-anak bengal ini. Film ini juga terselamatkan oleh score yang digarap Gustavo Santaolalla.

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. i felt the same...
    jujur aja yg bagus dari film ini ya cuma sinematografinya---gambar2nya,,,
    selebihnya, i can't relate with anyone ...karakter mereka maungkin menarik, tapi saya ga mrasa ada yg bener2 dieksplor, kaya cuma numpang lewat (dgn nama terkenal aja)

    Tokoh utamanya pun ya....ga bis abener2 memunculkan motifnya, jadi susah ditangkep ni film mau kemana and mau nyeritain apa

    ReplyDelete