Killing Season (2013)

The purest form of war is one on one

Di eranya masing-masing, Robert De Niro dan John Travolta adalah bintang. Selain mendapat pemasukan besar, kritik terhadap film-film yang mereka bintangi selalu bernada positif. Mereka bisa dan mampu memilih dan memainkan peran mereka dengan maksimal. Untuk pertama kalinya, mereka dipertemukan lewat Killing Season.

Benjamin Ford (Robert De Niro) adalah seorang mantan pensiunan tentara. Untuk menghabiskan waktunya setelah pensiun, Ford memilih mengasingkan diri di tengah hutan. Berumah di sebuah kabin, Ford melakukan aktivitas yang merupakan kesenangannya seperti berburu rusa baik dengan kamera maupun senapan.

Suatu hari ia berjumpa dengan Emil Kovac (John Travolta). Tak tega membiarkan Emil kehujanan, Ford mengajaknya ke kabin. Ternyata dari situ lah masalah Ford berawal. Emil sebenarnya berniat jahat. Emil adalah seorang tentara Serbia yang berniat membalas dendam kepada tentara Amerika yang pernah mengalahkannya.

Cabin in the woods

Kebetulan Ford pernah bertugas dalam perang Serbia Bosnia. Dan Ford beserta pasukannya pernah mengeksekusi satu persatu pasukan Serbia dalam sebuah misi. Emil pun mengejar Ford hingga ke negerinya sendiri. Kucing dan anjing pun berkejaran di pegunungan Appalachia yang indah.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Killing Season......jika dirilis dua atau 3 dekade yang lalu. De Niro dan Travolta memang hebat pada masanya tetapi sekarang zaman sudah berbeda. Ini bukan era mereka lagi meski kemampuan akting mereka tak berkurang sedikit pun. Memasang mereka sebagai aktor utama tak menjamin sebuah film yang mereka bintangi bakal laku. Dan sudah terbukti, dua bintang besar dalam sebuah film tak membuat Killing Season dilirik banyak pecinta film.

Dan lagi-lagi mereka tak salah. Script yang ditulis Evan Daugherty lah yang membuat Killing Season menjadi sangat berantakan. Mark Steven Johnson pun kurang maksimal dan terasa dibatasi dalam menerjemahkan script. Sejak awal, kita sudah tahu hendak dibawa ke mana Killing Season. Kita juga sudah tahu bahwa misi Emil memang murni balas dendam.

Great star on their each era

Hanya sebuah twist yang diharapkan membawa Killing Season berbelok 180 derajat. Tetapi sia-sia saja menanti itu, karena endingnya saja bahkan kurang mengena. Yang terbaik dalam Killing Season mungkin hanya Peter Menzies Jr saja yang melalui mata kameranya mampu mengexplore keelokan alam liar Pegunungan Appalachia. Score Christopher Young juga tak mengecewakan.

De Niro dan Travolta seperti biasa bermain baik. Mereka lah salah dua yang menolong film ini masih layak ditonton. Catatan untuk Travolta, semuanya berjalan lancar kecuali logat Serbianya yang terlalu berlebihan. Saya pikir tak ada orang Serbia yang bahkan sangat fasih mengucapkan kata-kata sulit Bahasa Inggris berbalut logat asing. Kentara sekali jika Emil adalah orang Amerika berlogat Serbia.

Killing season sebenarnya ingin menampilkan idealisme tentang kehidupan akibat konflik peran yang terbalut dalam sebuah thriller. Alih-alih tercapai, Mark Steven Johnson justru kebingungan sendiri hendak dibawa kemana Killing Season. So, saat meninggalkan bioskop mungkin penonton berpikir jika mereka hanya melihat De Niro dan Travolta saja, bukan Killing Season. Sungguh sayang.