18 October 2012

Red Lights (2012)

How Much Do You want to Believe ?
Apakah anda percaya hal-hal supra natural ? Jika ragu, tanyakan kepada Margaret Matheson (Sigourney Weaver) dan Tom Buckley (Cillian Murphy). Bila perlu, kedua ilmuwan itu akan membongkar kepalsuan yang ada dalam praktik supra natural tersebut. Ya, Margaret dan Tom adalah tipikal 2 orang yang sama sekali tak percaya dengan kekuatan di luar kemampuan manusia. Dengan segala cara, mereka berusaha membongkar penipuan berkedok supra natural. Mereka mencari Red Lights, orang atau informasi-informasi yang berdiri di balik penipuan berujung duit tersebut.

Matheson mengingkari adanya dunia di luar manusia karena faktor anaknya, David Matheson (Jan Cornet), yang koma sejak kecil. Matheson tak ingin mencabut penopang hidup David karena dirinya yakin tak ada afterlife setelah manusia mati. Sementara Tom trauma terhadap ibunya yang ternyata menderita kanker stadium lanjut setelah percaya kepada paranormal yang menjamin jika ibunya sudah sembuh. Jadilah mereka bertualang melawan paranormal-paranormal palsu. Aksi mereka berhasil hingga ada kabar jika Simon Silver (Robert DeNiro), paranormal kondang datang ke kota mereka setelah 30 tahun menghilang.

Tom berkeras mengajak Matheson membongkar kepalsuan Simon. Tetapi Matheson enggan karena trauma masmudanya saat ia dan Simon bertemu. Saat itu Simon mengatakan jika ia melihat ada seorang anak kecil di samping Matheson. Anak kecil yang ditanyakan Simon apakah itu anak atau adik Matheson menginginkan agar ia direlakan kepergiannya. Matheson marah sekaligus takut terhadap Simon.

Namun Tom tetap bersikeras dan berjalan sendiri menghadapi Simon. Kekasihnya, Sally Owen (Elizabeth Olsen), yang berusaha membantu tidak diizinkannya. Entah akibat kenekatan Tom atau apa, Matheson meninggal saat Tom meninggalkannya menghadapi Simon di 'konser' nya. Meski sudah diingatkan dengan kematian Matheson, Tom tetap terobsesi kepada Silver. Padahal ia terus mengalami teror. Bahkan salah seorang pengawal Simon menghajarnya habis-habisan. Akhirnya Tom tahu siapa dirinya dan juga siapa Matheson. Sesuatu yang dia dan Matheson tidak menyadarinya.

Dua tahun lalu, Rodrigo Cortes menyutradarai Buried, film thriller cerdas yang hanya berkutat di sebuah peti mati dengan hanya satu aktor tunggal, Ryan Reynolds. Sepertinya Cortes selalu suka menyajikan adegan ketegangan kepada penonton. Red Lights juga tak luput dari itu meski tensinya tidak setajam buried. Dan seperti Buried, Cortes juga selalu suka memberikan twist kepada penontonnya. Pada Buried, twist yang diberikan bisa dipahami. Tetapi pada Red Lights, twistnya masih menyisakan banyak tanda tanya.

Hanya separuh yang saya bisa mengerti (entah kalau orang lain). Twist itu juga bisa berbeda-beda bagi tiap orang. Saya pikir, Cortes sengaja mengambangkan twistnya untuk membuatnya agar fim nya tetap berkelas. Tetapi saya punya pandangan lain. Lebih baik twist itu dijelaskan hingga sejelas-jelasnya. Secara Red Lights bukanlah tipikal film sekuel. Kenapa juga membuatnya masih nampak tidak jelas. Okelah, adegan di awal dan tengah masih bisa dimenerti karena itu bagian dari twist. Adegan akhir juga masih bisa dimengerti. Tetapi jembatan-jembatan yang merangkai antar bagian itu yang hilang sebagian. Cortes menyusunnya tidak utuh sehingga meninggalakan pertanyaan dimana-mana.

Secara kualitas, Red Lights tidak jelek. Naskahnya kuat plus didukung aktor aktris di dalamnya. Tidak usah disangsikan kualitas akting Signoury Weaver dan Robert DeNiro. Mereka mendapat porsi seimbang,  di awal Red Lights didominasi Weaver dan di pertengahan hingga akhir giliran DeNiro yang mendominasi. Tetapi DeNiro sepertinya dipasang hanya untuk membuat penonton melirik film ini. Karena meski banyak muncul tetapi karakternya dibuat terbatas. Tetapi yang mendominasi overall justru Cillian. Akting Scarecrow di Batman Dark Knight itu tak mengecewakan. Elizabeth Olsen memang masuk hanya sebagai pemanis. Dan Elizabeth memang benar-benar manis. Dia caem, dan makin caem.

No comments:

Post a Comment