12 September 2016

Don't Breathe (2016)

This house looked like an easy target. Until they found what was inside

Di tangan sutradara yang mempunyai visi ke depan, tema lama dan seragam bakal disulap menjadi sebuah hasil yang berbeda. Perbedaan hasil akhir pastinya akan berjalan lurus dalam sebuah proses yang berbeda pula, dan tentu saja lebih menarik. Tema home invasion bernarasi teror ruang sempit bukanlah tema baru. Fede Alvarez mengaplikasikan itu dalam 'Don't Breathe', tentu saja dengan cara dan gayanya sendiri.

Money (Daniel Zovatto), Rocky (Jane Levy), dan Alex (Dylan Minnette) adalah kawanan pembobol rumah amatir. Mereka tak mencuri uang, hanya mengambil barang-barang yang jumlahnya senilai tak lebih dari USD 10 ribu, yang kemudian mereka jual. Suatu hari, mereka memutuskan akan melakukan aksi terahirnya. Sasarannya adalah sebuah rumah di pinggiran kota yang sepi yang hanya terdapat orang tua di dalamnya. Tugas mereka sepertinya bakalan mudah karena orang tua itu buta. Seperti mengambil permen dari anak kecil bukan?

Di sini Alvarez ingin bermain-main dengan posisi seseorang. Alvarez ingin menunjukkan bahwa yang antagonis bisa jadi adalah seorang protagonis. Dan sebaliknya yang terlihat baik bisa juga berbuat jahat. Alvarez ingin penonton menilai sendiri apakah karakter yang ia ciptakan adalah protagonis ataukah antagonis. Ataukah juga kedua-duanya, meski alasan yang mendasari itu terasa masuk akal dan berlogika.

Permufakatan jahat
Yang pasti, ketegangan mewarnai hampir seluruh karya Alvarez ini setelah Evil Dead. Pria kelahiran 38 tahun silam ini tak berhenti membuat napas dan degup jantung penonton berhenti, bahkan sejenak. Rumah sempit tersebut menjadi media Alvarez melampiaskan semua keinginan 'hitam' nya. Berburu ataukah diburu, membunuh ataukah dibunuh demi bertahan hidup menjadi switch yang bisa diputar balikkan Alvarez demi menjaga tensi ketegangan yang ia bangun dengan seksama.

Keberhasilan Alvarez menjaga ritme thriller nya berbanding lurus dengan sorotan dinamis kamera yang digerakkan oleh Pedro Luque. DoP itu membuat penonton serasa ikut menelusuri setiap sudut rumah dengan pergerakannya yang detil. Terang gelapnya cahaya berhasil menembus visualisasi mata penonton seakan ikut merasakan setiap scene yang ada. Scoring yang dibangun oleh pun membuat suasana semakin hidup.

Pupilnya membesar
Untuk pelakon, di sini tak ada yang benar-benar kesohor. Namun mereka telah melakukan tugasnya dengan baik. Meski muncul belakangan, namun tak bisa dipungkiri jika pahlawan di sini adalah si orang tua buta (Stephen Lang). Lang mampu menjadi semua hal yang diinginkan penonton, baik itu saat ia terlihat lemah dan rapuh, atau saat ia terlihat kuat dan tegar. Lang mampu juga memberikan simpati sekaligus amarah dari kekuatan karater yang ia bangun dengan solid.

Don' Breathe, sebuah thriller yang dengan kesederhanaannya mampu menembus ekspektasi yang ada. Perpaduan naskah yang ciamik, eksekusi yang hebat, sorotan kamera yang membias sempurna, dan scoring yang detil memaksa penonton menahan napasnya menikmati semua tensi ketegangan yang terjaga rapi.


No comments:

Post a Comment