13 September 2016

The Shallows (2016)

What was once in the deep is now in the shallows

Tidak banyak film bertemakan hiu yang memorable. Jaws adalah salah satunya. Bahkan film besutan Steven Spielberg ini mungkin adalah pemegang podium tertinggi dari segi kualitas untuk semua film jenis hiu. Selebihnya adalah biasa saja, malahan banyak yang jatuh menjadi film kelas B dengan segala keabsurd an dan kekonyolannya. Saat The Shallows menawarkan tema serupa, pertanyaan yang ada adalah, apakah layak tonton?

Belum pulih sedihnya dari kehilangan ibu tercinta, Nancy Adams (Blake Lively), berniat melampiaskannya dengan mendatangi sebuah pantai yang pernah didatangi ibunya saat muda. Pantai di Mexico itu terpencil dan tak punya nama karena tak ada yang mau menyebutkan namanya. Semuanya berjalan biasa saja, ia berselancar dan mendapatkan kesenangan. Namun situasi berubah cepat saat seekor hiu mengicarnya. Tak bisa kembali ke pantai, ia pun

Apa yang menjadi enak ditonton dari film bertema seperti ini adalah alasan dan logika yang sesuai jalurnya. Meski tidak semua logika yang disuguhkan Jaume Collet-Serra bisa diterima, tetapi setidaknya alasan kenapa Nancy bisa berada di tempat dan kondisi yang salah masih bisa diterima. Karena itu kenapa Nancy diperlihatkan dengan kedukaannya kehilangan ibu, status Nancy yang seorang mahasiswa kedokteran, hingga pantai kecil tak bernama.

Delapan bulan setelah melahirkan
Penonton dari awal sudah paham jika Nancy bakal dipermainkan' si hiu. Mungkin itu yang menjadikan Collet-Serra terlalu lebay dengan kerap memberikan efek atau petunjuk menjebak yang menuju ke jump scare. Untunglah sutradara kelahiran 42 tahun lalu itu tidak lama-lama membiarkan kesenangan Nancy terus berlanjut. Tiba-tiba saja Nancy sudah menjadi penyintas, persis seperti yang dialami suaminya, Ryan Reynolds, dalam buried. Bedanya, kali ini Nancy dikelilingi air berisikan salah satu predator laut yang paling ditakuti.

Dari sinilah teror dimulai. Harap cemas dan harap takut menyelimuti tidak hanya Lively, tetapi juga yang nonton. Kali ini Collet-Serra berhasil memenuhi ekspektasinya. Collet-Serra berhasil memaksimalkan ruang sempit yang Lively punya. Ruang sempit itu seakan menjadi neraka bagi Lively. Hal itu makin menggigit dengan bumbu kondisi Lively yang terluka.

Apakah Lively terlalu diekspose? Saya pikir tidak. Selain memang berlokasi di pantai, kemolekan tubuh Lively adalah bonus bagi kaum Adam di sini. Namun untuk menyajikan bonus itu, perjuangan Lively sama beratnya seperti ia menghadapi hiu. Ia harus diet ketat. Dan hasilnya adalah The Shallows yang ia shooting di dalamnya hanya delapan bulan setelah melahirkan.

Penampilan perempuan kelahiran 1987 ini juga tak mengecewakan. Sepanjang penampilannya selama 95 % dari keseluruhan scene, Lively mampu menampilkan apa yang seorang penyintas alami. Mimik suka cita yang berakhir dengan ketakutan akan kengerian, cukup baik ia perlihatkan.

CGI
Dan salah satu pendukung terkuat di The Shallows adalah cinematografi serta CGI nya. Pergerakan kamera dari sorotan Flavio Martínez dan Labiano membuat The Shallows enak dinikmati. Perpindahan antara sudut pengambilan gambar di dalam dan di luar air begitu dinamis. Pun saat mata kamera menyorot lebar lanskap pantai yang aslinya ada di Lord Howe's Island, Australia tersebut. CGI tentu saja berperan besar menciptakan sesuatu yang dirasa terlalu sulit diciptakan secara real. Termasuk di antaranya adalah si hiu.

The Shallows, tak sedangkal judulnya tetapi juga tak terlalu dalam. Meski masih belum bisa dibandingkan dengan Jaws, The Shallows bisa jadi akan diingat sebagai salah satu film bertema hiu yang cukup memorable.

No comments:

Post a Comment