08 August 2016

Suicide Squad (2016)

In Squad We Trust

DC terus melajukan extended universe nya mencoba mengimbangi ketertinggalannya dari Marvel. Berawal dari satu karakter, kemudian dua karakter, kali ini DC langsung patas dengan menampilkan banyak karakter. Asyiknya, yang tampil kali ini bukanlah karakter pembasmi kejahatan, namun kebalikannya. Tanpa basa basi, DC langsung menyuguhkan mereka si pembuat kejahatan a.k.a the villain yang diassemble ke dalam Suicide Squad. Apakah Suicide Squad akan dicerca habis-habisan seperti dua pahlawan super itu? Ataukah sekumpulan penjahat ini justru menjadi super hero yang akan menyelamatkan DC?

Mengambil setting setelah kematian Superman, pemerintah berusaha mencari potensi lain untuk membendung makhluk asing yang mungkin akan menyerang bumi. Salah satu pejabat pemerintah, Amanda Waller (Viola Davis), mengajukan usulan pembentukan kekuatan yang berisikan para sampah masyarakat. Setelah ditunjukkan bukti keseriusannya, pemerintah akhirnya setuju setelah sempat menolak usulan itu. Jadilah satu persatu para penjahat itu dijemput di penjara super maksimum nya.

Yang pertama adalah Floyd Lawton a.k.a Deadshot (Will Smith), seorang ahli senjata. Berturut-turut kemudian adalah Harleen Quinzel a.k.a Harley Quinn (Margot Robbie), Waylon Jones a.k.a Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje), Chato Santana a.k.a El Diablo (Jay Hernandez), dan George Harness a.k.a Captain Boomerang (Jay Courtney). Turut pula 'peliharaan' Waller, June Moone a.k.a Enchantress, Christopher Weiss a.k.a Slipknot (Adam Beach), dan Tatsu Yamashiro a.k.a Katana (Karen Fukuhara).

Harley Quinn
Mereka dipimpin dan dikendalikan oleh orang kepercayaan Waller, Kolonel Rick Flag (Joel Kinnaman). Mereka ternyata harus berhadapan dengan musuh yang tak mereka bayangkan sebelumnya di Midway City. Pemerintah yang sudah kerepotan, masih harus repot lagi dengan kehadiran Joker (Jared Leto).

Bukan Zack Snyder lagi yang mengendalikan film ketiga DC (dalam versi extended universe tentunya) ini. Adalah David Ayer yang melakukannya. Tone nya tetap sama, gelap. Namun jelas ada perbedaan di antara Snyder dan Ayer. Jika Snyder cenderung serius dan merumitkan masalah, maka Ayer sebaliknya. Pria kelahiran tahun 1968 ini cukup santai dan easy going dalam menata Suicide Squad. Ibarat tali, Ayer menariknya tidak telalu kencang sehingga masih ada keluwesan dan kesantaian di dalam setiap ketegangannya. Cara mendirect Ayer pun tetap terasa elegan meski dalam rasa yang berbeda bila dibandingkan dengan Snyder.

Dari posternya saja, kita sebenarnya bisa tahu bahwa Suicide Squad tak seserius dua saudaranya. So, hippie yang ada seharusnya bisa menempatkan pasukan bunuh diri ini sebagai tontonan yang menghibur. Salah satu hiburan itu disajikan Ayer dengan lagu-lagu pengisi ruang di dalam scene yang kerasa menyenangkan. Belum lagi warna-warni neon cerah yang menyembul dan memercik di antara kegelapan yang menyelimuti.

Sebagai assemble, setiap karakter sudah diperkenalkan secara maksimal. Kekurangan pengenalan sebagian tokoh memang sangat disayangkan, tetapi itu adalah konsekuensi dari waktu mengingat mereka baru sekali ini tampil di layar lebar, terlebih mereka juga tak mempunyai frame untuk karakter mereka sendiri. Sebelum nonton Suicide Squad, memang ada baiknya membaca literatur yang ada tentang mereka.

Assemble
Setiap karakter yang ada sudah dimainkan maksimal oleh masing-masing pemerannya. Permainan mereka tidak buruk. Dalam setiap penampilannya, Will Smith selalu memberikan drama dan aura kuat di setiap karakternya. Itu berlaku juga pada diri Deadshot. Dan Will Smith adalah salah satu yang mendapat banyak ruang di sini. Margot Robbie juga tak kalah bagusnya sebagai psikiater yang menjadi gila dan berbelok ke sisi jahat pada dirinya. Viola Davis sudah menunjukkan kekejamannya meski ia dicap sebagai orang baik-baik, pas sesuai karaternya.

Melepaskan image Joker dari seorang Heath Ledger memang tidak mudah. Namun Jared Leto telah melakukannya dengan baik yang tentu saja sesuai caranya sendiri. Meski kurang menonjol, namun Jay Hernandez memberikan kejutan tersendiri pada final showdown. Kritik khusus bisa dialamatkan ke si cantik Cara Delevingne yang karena terkekang oleh naskah, hanya bisa pasrah dengan penampilannya yang biasa saja.

Suicide Squad, DC yang berasa Marvel. Begitu renyah, cukup enteng, namun masih berbobot. Ayer sudah berusaha mengaplikasikan komik ke dalam layar lebar sehumanis mungkin. Dan Ayer tak lupa memasukkan satu dua manusia super untuk melebarkan jalan DC menuju ke Justice League. Untuk sekuel? Why not.

1 comment: