04 November 2015

Crimson Peak (2015)

Beware

Bicara tentang karakter makhluk aneh dan unik, sudah semestinya kita berbicara juga tentang Guillermo del Toro. Del Toro adalah salah satu master pencipta makhlus tidak jelas itu. Del Toro selalu mempunyai keunikan yang tercermin dalam setiap karyanya, entah itu aneh, unik, jelek, menjijikan, bahkan megah. Pun untuk setiap proyek dengan subjek makhluk yang jelas, del Toro melakukannya jauh lebih baik. Pengalaman detil karakter yang aneh pada makhluk tidak jelasnya ia aplikasikan lebih teliti sehingga subjek yang sudah jelas itu terlihat lebih hidup dan mendetail. Hell Boy dan robot Pacific Rim adalah contohnya.

Praktis hanya Pan's Labyrinth, film terakhir yang mutlak ia kendalikan untuk tema makhluk aneh. Di film yang diberi judul El Laberinto del Fauno itu, del Toro dengan leluasa memasukkan semua fantasi makhluk anehnya. Selebihnya ia mengendalikan film dengan subjek jelas (Blade II, Hell Boy, dan Pacific Rim). Dan selebihnya lagi, ia hanya duduk di kursi produser, yang meski tak mutlak mempunyai hak mencampuri dapur sutradara, tetapi rasa del Toro masih terasa dan bisa dinikmati (Don't be Afraid of the Dark, Mama, dan The Book of Life). Di Crimson Peak, kita akan disuguhi sajian rasa aneh del Toro.

Edith Cushing (Mia Wasikowska) adalah seorang novelis. Novel yang ia tulis berkisar tentang misteri, khususnya hantu, suatu tema yang tidak umum di mana saat itu di abad 19, tema yang umum disajikan dalam novel adalah romansa. Edith sudah tak percaya hantu lagi sejak ibunya meninggal. Edith bertemu dan harus memilih dua orang yang bersimpati kepadanya. Pertama adalah Alan McMichael (Charlie Hunnam), seorang dokter mata yang juga teman kecil Edith. Kedua adalah Thomas Sharpe, seorang bangsawan sekaligus insinyur yang berharap bantuan keuangan kepada ayah Edith, Carter Cushing (Jim Beaver).

Allerdale Hall
Thomas lah yang terpilih. Edith diboyong ke kastil tua Thomas di Allerdale Hall, London. Selain mereka, tinggal di situ juga Lucille Sharpe (Jessica Chastain), kakak perempuan Thomas. Namun keanehan terus terjadi terhadap Edith di kastil kuno itu. Dia melihat penampakan-penampakan aneh dan menakutkan yang ia tidak tahu datangnya dari mana, hingga suatu misteri besar terungkap.

Awal film digunakan del Toro untuk membangun karakter masing-masing tokoh. Selanjutnya Crimson Peak berjalan cukup dinamis sesuai dengan alurnya. Memang ada kejutan-kejutan menarik yang terjadi di penghujung film yang berakhir dengan twist yang sudah diduga sebelumnya. Dari segi narasi, Crimson Peak tidaklah istimewa benar. Sebuah kastil tua dengan misteri di dalamnya bukanlah tema dan setting yang baru. Namun del Toro mengisinya dengan semua fantasinya.

Pertama, del Toro mengisinya dengan sapuan warna yang tidak biasanya. Kesan kastil tua yang gelap, kumuh, reyot, dan rapuh tetap ada. Tetapi itu semua ia padu padankan dengan warna-warni yang cerah, namun tidak menghapus kegelapan di dalamnya. Perpaduan warna biru, kuning, merah, dan putih ia injeksikan di dalamnya. Perpaduan warna kontras merah dan putih ia sajikan sebagai gambaran antara baik dan buruk, alami dan perbuatan manusia, serta benar dan salah.

Kedua, makhluk aneh tetap ada. Gambaran hantu yang meneror Edith ia tampilkan cukup provokatif meski tak terlalu seram. Sayangnya, hantu yang ia tampilkan tervisualisasi dalam bentuk CGI. Berbeda saat ia menampilkan si mata satu dan penampakan hantu mama di Pan's Labyrinth dan Mama. Hantu di sini adalah bentuk metafora seperti yang dikatakan Edith di awal film. Hantu itu tidak nyata dan hanyalah metafora yang berkaitan dengan masa lalu seseorang. Del Toro sebenarnya tidak berniat menakut-nakuti di sini, saya hanya ingat ada satu jump scare saja di sini.

Weirdest thing
Del Toro memang tidak meniatkan menjadikan Crimson Peak sebagai sajian horor. Film berbujet USD 55 juta ini saya pikir adalah thriller misteri yang menjadikan hantu sebagai sampiran saja, sebagai bumbu pemanis menuju ke arah teka-teki yang tersaji.

Siapa yang pantas menjadi perhatian di sini? Of course, Jessica Chastain. Peran antagonis berhasil ia hidupkan dengan sangat meyakinkan dengan mimik dan pembawaan karakter yang baik berselimut buruk serta sesuatu yang getir yang ia simpan dan bakal meledak di penghujung. Penampilan Mia Wasikowska memang tidak istimewa, tetapi ia cukup mewakili karakternya yang polos, sepolos karakter Tom Hiddleston yang selalu disetir oleh kakaknya. Penampilan Tom sebelas dua belas dengan Mia. Yang kurang mendapat ruang lebih di sini adalah Charlie Hunnam. Ia terbatas waktu yang membuatnya tak bisa menunjukkan sisi lebih dari dirinya.

Crimson Peak, sajian thiriller gothic berpadu dengan sisi artistik yang mewah dari Guillermo del Toro. Kemewahan di sini didapat dari keberanian permainan warna serta kedetilan dalam segala sesuatunya, termasuk setting. Itu semua menutupi narasinya yang terbilang biasa saja. Last but not least, Saya suka cara del Toro berfilosofi melalui kupu-kupu dan ngengat.

No comments:

Post a Comment