16 May 2015

Mad Max: Fury Road (2015)

What a lovely day

Jujur, meski saga Mad Max sangat terkenal dan banyak dibicarakan, namun saya belum pernah menonton satupun filmnya. So, ketika Mad Max: Fury Road tersaji di abad millenium ini, saya tak punya ekspektasi apapun meski pengharapan di luar sana begitu besarnya. Usai meninggalkan bioskop, saya baru bisa memahami kenapa Mad Max sampai diproduksi hingga tiga kali. Saya juga baru sadar kenapa Mad Max harus dibuat lagi. Dan akhirnya saya sadar jika fans setia saga ini memang sangat mengharapkannya.

Adalah Max Rockatansky (Tom Hardy), seorang pria dengan masa lalu tak jelas yang tertangkap war boys dari Citadel pimpinan Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne). Oleh War Boys, Max dijadikan bank darah dan terlibat kejar-kejaran dengan Imperator Furiosa (Charlize Theron). Furiosa menjadi target buruan Joe dan pasukannya, Bullet farm dan Gas Town, karena telah membawa lari 'harta karunnya' yang paling berharga. Dengan War Rig nya, Furiosa mencoba bertahan dan melawan sepanjang perjalanannya. Lawannya adalah puluhan kendaraan yang boleh kalian sebut keren atau norak dengan segala kegilaannya. 

Saya hanya memberi catatan saja buat sutradara atau penulis script Fast & Furious. Untuk serial selanjutnya dan juga ke depannya, jangan pernah membuat car chase scene dengan latar belakang gurun jika tak ingin dibandingkan dengan film ini. Percayalah, car chase serial FF tak lebih hanyalah setangkup debu dalam luasnya butiran pasir gurun Mad Max: Fury Road. Saya baru sadar itu saat mencengkeram erat sandaran kursi bioskop.
Harta karun itu
Saya tak melakukan itu saat nonton FF.Car chase FF adalah real to be fantasy, tetapi car chase Mad Max: Fury Road adalah real yang tetap real hingga ke ujungnya. Lihat saja pertarungan antara war rig (truk tangki trailer) vs truk monster yang menegangkan itu. Lihat pula bagaimana adegan kayu panjang melenting dengan orang di ujungnya dibuat sedinamis mungkin dan sangat nampak nyata dan berlogika. Asyiknya lagi, semua mobil yang ada di sini adalah nyata dan benar-benar bisa dikendarai.

Berterima kasihlah kepada John Seale yang menyorot car chase scene itu dengan angle sangat meyakinkan. Seale juga menyajikan sorotan padang pasir tandus post-apocalyptic dengan sangat panas dan kering. Lanskap itu seakan membuat semuanya tertekan dengan kegilaan. Jika itu belum cukup, dentuman cadas Junkie XL membuat semuanya menjadi ironi. Tetapi ironi itu justru menyenangkan bagai cipratan air dari war rig Furiosa.

Naskah dinamis yang ditulis keroyokan oleh George Miller, Brendan McCarthy, dan Nick Lathouris melengkapi itu semua. Apakah naskah ini merupakan prequel, sekuel, atau lepas dari itu, tidak ada yang mempedulikannya karena visual lah yang membuktikannya. Kredit khusus layak disematkan untuk Geoge Miller. Siapa lagi yang mampu menyajikan kegilaan Mad Max jika bukan si empunya cerita sendiri yang menghandle nya. Masa selama 30 tahun tak membuat Miller bertambah lembut. Di usianya yang menginjak 70 tahun, Miller tak mengendurkan semangat gilanya di film Mad Max keempatnya ini.

What a car chase
Bicara departemen akting, Miller sepertinya memberi ruang yang lebih kepada Theron. Nampak seperti heroine ya ketimbang hero? Sah-sah saja jika kalian berpikir demikian. Seperti biasa, Theron menampilkan sekali lagi penampilan terbaiknya. No doubt about it. Meski hanya sebagai supporting actor, penampilan Nicholas Hoult sangat meyakinkan dan sangat menghibur sebagai war boys koplak bernama Nux. Kredit juga layak diberikan untuk Hugh Keays-Byrne (Immortan Joe) yang tampil sebagai villain (Toecutter) di Mad Max (1979). 

Satu-satunya 'kesalahan' mungkin adalah penampilan Tom Hardy. Memang sangat sulit menggeder kharisma Mel Gibson. Bahkan Gibson sempat hendak dipakai lagi dalam film ini sebelum akhirnya dibatalkan. Penampilan Hardy memang tidak jelek. Tetapi ia kurang melengkapi dirinya dengan mimik yang seharusnya bisa dibuat lebih berkharisma. OK lah hal itu masih bisa ditoleransi di film-film dia sebelumnya. Tetapi di sini ia seharusnya melakukannya. Saya pribadi akan melupakan Hardy dan lebih mengingat Theron. Oh ya, jangan lupakan lima cewek cantik yang hadir di sini, termasuk pacar Jason Statham, Rosie Huntington-Whiteley. Mereka adalah oase di keringnya gurun pasir. Mereka adalah bidadari di antara setan-setan yang bergentayangan.

Setelah Whiplash, Mad Max; Fury Road masuk dalam list kedua saya untuk gelaran film terbaik tahun ini. Dan dengan melihat kegilaan pendapatan film ini, sekuelnya yang direncanakan dengan judul Mad Max: Furiosa pastinya akan kita nikmati setelah ini. Last but not least, kalian pikir bunga dan ciuman adalah cara teromantis untuk menghidupkan cinta, transfusi darah saya pikir jauh lebih romantis.

2 comments:

  1. Setujuuu.. Btw, mad max yg jadul apa punya benang merah dengan mad max yg skr?

    ReplyDelete
  2. Setujuuu.. Btw, mad max yg jadul apa punya benang merah dengan mad max yg skr?

    ReplyDelete