23 March 2013

Lincoln (2012)



Abraham Lincoln adalah nama besar di dunia khususnya di Amerika Serikat (AS). Dialah presiden pertama AS yang memerdekakan kaum kulit hitam di AS dengan amandemen ke 13 nya. Dia pula presiden AS yang pertama kali dibunuh saat masih aktif menjabat.

Perjuangannnya dalam menggolkan amandemen ke 13 itu lah yang menjadi inti pokok Lincoln. Film arahan Steven Spielberg ini memang tidak menyorot kehidupan Lincoln tetapi mengambil setting AS pada tahun 1865 atau tahun saat AS masih mengalami perang saudara antara utara (union) vs konfederasi (selatan). Saat Lincoln baru saja terpilih kembali dan perang 4 tahun hampir usai dengan perdamaian, presiden AS ke 16 itu dibunuh oleh John Wilkes Booth, aktor sekaligus simpatisan konfederasi.

Hufftt....perlu perjuangan untuk menonton Lincoln. Dengan durasi 150 menit, mata ini dipaksa memincing melihat scene demi scene hasil sorotan Janusz Kaminski. Secara visual Lincoln tidak mengecewakan dengan detil setting dan angle menawan.

Namun secara narasi, film ini berjalan lambat terutama di awal. Bagi yang kurang paham sejarah, dahi bakalan berkerut menyimak dialog-dialog yang bagi sebagian orang sangat membosankan dan tak tahu maknanya.

DPR Amerika Abad 19
Namun Spielberg tak bakal membiarkan penontonnya tertidur lemas di kursinya. Secara perlahan, tensi film mulai meninggi dan penonton dianggap sudah paham alur dan sejarah AS setelah di awal sudah dicekoki sejarah singkatnya. Lincoln mencapai puncaknya saat amandemen ke 13 memenangkan vote di DPR nya AS. Sayangnya, kabar pembunuhan Lincoln hanya menjadi tempelan di akhir cerita.

Meski pada intinya berbicara tentang kenegarawanan presiden kharismatik ini, namun Lincoln tetap lah manusia. Sisi humanis presiden bercambang ini diperlihatkan melalui interaksi dengan anak dan istrinya. Bahkan seorang Lincoln pun diperlihatkan cekcok dengan istrinya,  Mary Todd, yang diperankan dengan sangat baik oleh Sally Field.

Dan seperti lazimnya seorang politisi, Lincoln juga tidak bersih. Ada saja trik-trik khusus yang bisa dibilang kotor yang dilakukan untuk memuluskan suatu rencana politik. Dan itu diperlihatkan tanpa takut pengagum Lincoln akan kecewa.

Mr. and Mrs. Lincoln
Satu-satunya alasan mata dan telinga saya tetap terpincing dan tegak berdiri adalah Daniel Day-Lewis. Setiap peran yang ia mainkan, score nya selalu perfect. Tak terkecuali dengan sosok Lincoln yang sempurna ia imitasikan. Make up atau pun tata busana sudah lazim merepresentasikan suatu sosok. Namun Day-Lewis melengkapinya dengan suara.

Suara Lincoln yang memang berat dan serak berhasil disulihkan Day-Lewis dengan meyakinkan. Sepertinya berat, tetapi ia berhasil menggumam, marah dan tertawa lega dengan suara ala Lincoln. What a perfect.

Meski Day-Lewis menjadi point of interest, namun permainan aktor aktris lain tak kalah menawan. Taddeus Stevens (Tommy Lee Jones), Robert Lincoln (Joseph Gordon-Levitt), William Seward (David Strathairn), WN Bilbo (James Spader), General Ulysses S Grant (Jared Harris) memberi warna berarti bagi Licoln.

Lincoln memang cukup berat tetapi sangat meyakinkan.Dan bukan Spielberg jika ia tak menunjukkan ke Yahudi annya. 'Jerusalem. Where David and Solomon walked. I dream of walking in that ancient city'.