29 September 2012

Warrior (2011)

Fight for Family. Fight for Country. Family is worth fighting for

Awalnya sempat pesimis dg film yang mengusung tema sport ini, biasalah tema sport paling gitu-gitu aja. Tetapi, oh film ini menyajikan detil-detilnya yg sangat disukai kritikus. Sport yg ditampilkan pun tak biasa, pertarungan gaya bebas. Keluarga, sport dan persaudaraan digarap dg apik oleh Gavin O Connor. Andai saja film ini dirilis sebelum the fighter, film ini layak dapat Oscar

Hugo (2011)

One of the most legendary directors of our time takes you on an extraordinary adventure


Suka dengan kecerahan gambar berbalut animasi CGI di dalam film ini. Warna-warna kontras dan gradasinya menjadikan image CGI tak jauh beda dengan benda real lain di sekelilingnya. Meski terkesan lambat pada awalnya, tetapi Hugo memuaskan dengan cerita hal ihwal salah satu pioneer dunia perfilman, Georges Melies. Saya jadi tahu jika bulan tertembak peluru pada klip Queen 'Heaven for Everyone' adalah ciptaan Papa Georges. Secara gambar, film ini bagus tetapi secara cerita, ada banyak bagian yang bertele-tele yang membuat durasi film ini semakin panjang. Anyway, Grace Moretz tetap cantik.

J Edgar (2011)

The Most Powerful Man in the World

Salut dengan penampilan Leonardo Di Caprio yang secara total mengaplikasikan sosok John Edgar Hoover, pendiri FBI. Leo pasti dengan sangat keras berlatih untuk itu. Sebelum menjadi FBI, adalah Bureau of Investigation (BOI) yang bertugas mengamankan Amerika. Tetapi tanpa embel-embel Federal, sulit bagi BOI untuk masuk melakukan penyelidikan di tiap negara bagian. Edgar Hoover pula yang bertanggungjawab atas pengumpulan sidik jari dan laboratorium FBI, standar penyelidikan masa kini. Dengan segala kontroversialnya, Edgar Hoover selangkah lebih maju dari orang lain di jamannya. Saya jadi tahu kenapa ia memecat Melvin Purvis, seorang federal agent yang berhasil membunuh public enemy, John Dillinger. Edgar Hoover tak ingin kepopuleran Purvis membayangi namanya. Edgar Hoover pandai berkata-kata dan strict dalam keyakinannya (bahkan ia memecat dan menggeser teman-temannya sendiri). Dan dengan berani, J Edgar memperlihatkan bahwa Edgar Hoover adalah seorang gay, dengan pasangan hidupnya Clyde Tolson yang juga adalah asistennya. Sang sutradara, Clint Eastwood, sepertinya tahu benar bagaimana sosok Edgar Hoover, karena ia sudah berumur 42 tahun saat Edgar Hoover meningggal. Sayangnya, film ini mempunyai rangkaian cerita yang tidak berurutan, melompat ke sana kemari. Yang awam mungkin bingung bila tidak mengenal Edgar Hoover.

Sherlock Holmes : A game of Shadows (2011)



Sekuel yang dari segi cerita memang kurang greget tetapi dari segi sinematografi dan efeknya saya pikirlebih bagus. Lihat saja adegam slowmo di hutan saat Holmes - Watson - Simza dikejar-kejar sepasukan tentara Jerman. Adegan prediksi visualisasi Holmes sebelum suatu kejadian terjadi juga tetap bagus meski itu bukan hal yang baru. Permainan setiap karakter di dalamnya semua bagus terlebih Jared Harris yang memerankan Prof. James Moriarty, musuh besar Holmes. Sayangnya porsi dia saya pikir kurang banyak dan kurang detil, padahal titik berat film ini ada di dia. Sebaliknya kemunculan wajah Robert Downey Jr sangat dominan di sini seakan semua karakter hanya menjadi tempelan saja. Saya yakin akan ada sekuel dari cerita detektif karangan Sir Arthur Conan Doyle ini. Moriarty yang belum tentu tewas ditambah lagi '?' pada 'The End' semakin mempertegas adanya kelanjutan cerita detektif paling terkenal di dunia ini. Tontonan yang menghibur.

Contraband (2012)

What would you hide to protect your family?

Memaksakan harus nonton film ini karena Mark Wahlberg adalah salah satu aktor kesukaan saya. Terlebih setelah tahu jika si cakep, Kate Beckinsale, juga berpartisipasi di film remake asal Islandia ini 'Reykjavík-Rotterdam (2008)'. Sayangnya, Kate tidak dapat porsi banyak di film dengan tema penyelundupan ini. Contraband bukanlah film buruk, juga bukan film bagus, yah film yang biasa-biasa saja tetapi tetap bisa dinikmati. Menikmatinya lebih enak di rumah daripada di bioskop. Soal cerita biasa saja dengan banyak karakter yang kalau kita tidak mengingatnya bisa membingungkan. Tensi ketegangannya naik turun dan cenderung kurang tegang, tidak ada aksi tembak menambaknya kali ye. Untunglah permainan aktor dan aktris di dalamnya mampu menjaga Contraband tetap bermutu. Saya masih suka akting Mark kecuali mungkin di 'The Happening'

21 Jump Street (2012)

The only thing getting blown tonight is their cover. They're too old for this shift.
They thought the streets were mean. Then they went back to high school

Film komedi adalah film yang menoleransi keberisikan di gedung bioskop. So, saya enjoy-enjoy aja meski di sebelah kanan kiri saya berisiknya setengah mati. Film ini menawarkan banyolan yang naif, konyol dan slasptick. Jonah Hill tampil memikat di remake film serial remaja awal tahun 90 an ini, dan kelucuan Ice Cube tetap aja seperti itu (nggak berubah). Tapi ini bukan remake sebenarnya karena memang jauh berbeda dengan film aslinya. Tapi nikmati aja, toh saya yakin ini film gak bakal sukses kalau dibuat secara serius. Wow, ada twist di adegan sebelum akhir film. Kapten Jack Sparrow muncul berbalut rupa Johny Depp dan dia berkata kalau dia pernah bermain di film yang judulnya sama ini. Saya aja sampai kaget, gak nyangka kalo pria Harley Davidson itu adalah JD. What a surprise. Nggak hanya JD, temannya, Peter DeLuise, salah satu pemeran 21 Jump Street yang asli juga muncul bareng dia. Ya, JD dan Peter DeLuise jadi cameo. Oh ya, ada yang kurang dari film ini. Film ini kurang......konyol. Andai saja bukan Channing Tatum yang dipasang, mungkin film ini bakalan dua kali lebih konyol. C'mon, lihat saja kekakuan mimiknya. saya sudah lihat dia di Dear John, GI Joe dan Step Up. Dia tidak selucu itu.

Act of Valor (2012)

The only easy day was yesterday
Kisah kepahlawanan dan keberanian anggota Navy Seal, pasukan elit Amerika. Menggunakan aktor-aktor asli dari pasukan gabungan 3 matra itu (SEa Air Land), membuat saya tahu diri dan maklum jika dialog yang mereka ucapkan sangatlah kaku. Bisa dibandingkan bagaimana lancar dan hidup dialog Lisa Morales (Roselyn Sanchez) atau Walter Ross (Nestor Serrano)jika dibandingkan dengan kata-kata yang diucapkan Liutenant Rorke Engel dan Sergeant Dave. Tetapi ini adalah film aksi, so, bukan dialog dan script yang berbicara tetapi aksi yang menjawab. Di sini, ditampilkan berbagai macam alat militer dan gadget yang asli plus ketangguhan personelnya yang kemana-mana harus membawa tas ransel dan peralatan yang beratnya puluhan kilo. Pergerakannya sangat taktis dan terukur sesuai koordinat, benar-benar seorang tentara sungguhan. Saya suka saat salah satu anggota Navy Seal menyembul keluar dari air tanpa menyeka mukanya untuk kemudian menangkap tubuh the villain yang ditembak sniper. Aksi lainnya yang menurut saya spektakuler adalah saat hujan peluru dicurahkan dari gatling gun elektrik GAU-17-A yang terpasang (mounted) di Special Warfare Combatant Craft (SWCC). Film ini disajikan dengan angle like a First Person Shooter (FPS) game. Layaknya Counter Strike, adegan tembak-menembak kadangkala dishoot hanya menghadirkan gagang senapan saja, sebuah tampilan film (bukan game) yang berbeda dan asyik. Otherwise, saya bersyukur saja karena pembom bunuh diri (jihadis) dikatakan bukan dari Indonesia tapi Filipina. Tetapi tetap saja dikatakan bahwa Abu Shabal adalah seorang teroris yang sudah berpindah-pindah kamp pelatihan teroris, dan salah satunya adalah kamp Indonesia. Sebuah film pencitraan pasukan Navy Seal yang berhasil.