To fight Monster we created monsters |
Monster vs robot. Secara tersirat itu adalah tontonan Jepang punya. Sejak tahun '80 an hingga sekarang, tontonan tersebut sudah merakyat di negeri matahari terbit sana. Sebut saja Voltus V, Gundam, Voltron, Patlabor, Evangelion, dan masih banyak lainnya dengan monster seperti Gamera, Mothra, Godzilla, dan lain-lain. Amerika lantas mengadopsinya dengan mini seri anak-anak Mighty Morphin Power Rangers. Dan Hollywood akhirnya menjawabnya dengan Pacific Rim.
Alien selalu digambarkan datang dari langit. Itulah sebabnya kita selalu memandang ke atas. Namun yang tidak disadari, gerombolan alien dalam bentuk monster super besar yang dinamakan Kaiju justru datang dari bawah kerak bumi melalui rekahan portal. Satu dua kaiju berhasil diatasi melalui operasi militer. Namun, para kaiju terus berdatangan dan terus menyerang seluruh penjuru bagian bumi. Rakyat dunia bersatu. Dan melalui Pan Pacific Defense Corps, dunia menciptakan robot besar yang dinamakan jaeger, sebuah kata dalam bahasa Jerman yang berarti pemburu. Jaeger ini dikendalikan oleh dua pilot (ranger) yang pikirannya disatukan (neural bridge) agar mempunyai mobility yang sama dan seimbang saat mengendalikan jaeger. Jaeger seukuran kaiju inilah yang bertugas membasmi monster yang datang dari laut itu.
Dalam satu pertempuran, jaeger asal USA Gipsy Danger diserang habis-habisan oleh seekor kaiju jenis knifehead. Meski akhirnya menang, namun satu dari dua pilotnya tewas. Satu pilot tersisa, Raleigh Becket (Charlie Hunnam), berhasil membawa Gipsy Danger ke tepi pantai. Kejadian itu menyisakan trauma pada diri Raleigh karena yang tewas adalah kakaknya sendiri, Yancy Becket (Diego Klattenhoff). Kejadian itu juga mengancam keberadaan program jaeger. Pemerintah lebih memilih progran tembok pertahanan untuk menahan laju kaiju.
Namun program tembok pertahanan ditentang habis-habisan oleh rakyat dan membuat pimpinan tertinggi program jaeger, Stacker Pentecost (Idris Elba), ingin langsung menutup rekahan tempat masuknya kaiju. Sang marshal sadar jika itu adalah kesempatan terakhirnya meski jaeger yang dipunyainya hanya tinggal 4, Crimson Typhoon (Cina), Cherno Alpha (Rusia), Striker Eureka (Australia), dan Gypsy Danger (USA). Untuk keperluan itu, Raleigh kembali direkrut setelah 5 tahun banting stir jadi pekerja konstruksi. Di tempat yang baru, Raleigh berpartner dengan Mako Mori (Rinko Kikuchi), seorang peserta pelatihan yang paling berbakat. Mampukah mereka menuntaskan misi tersebut?
Guillermo Del Toro rela meninggalkan the Hobbit hanya ingin membesut film ini. Apa yang spesial dari Pacific Rim? Impian. Semasa kecil Del Toro di Guadalajara, hiburan berupa manga dan anime termasuk film-film robot dan monster ala Jepang menyeruak dan tumbuh besar di kehidupan remajanya. Mecha dan Kaiju bukanlah hal yang baru buat dia. Travis Beacham kemudiam memicunya dengan menyodorkan script yang menggugah impian masa kecilnya tersebut. Script itu oleh Del Toro dipadupadankan dengan buah pikirannya. Ya, script itu digarap ramai-ramai. Voila, jadilah Pacific Rim diproduksi
Daripada membeli hak cipta mecha macam Voltron, Gundam, dan semacamnya, Hollywood lebih memilih mencomot idenya saja. Jadinya Pacific Rim lebih kepada perpaduan antara robot Transformer dan mencampurnya dengan Godzilla. Bukan ide orisinil memang, tetapi belum ada yang melakukannya. Dan hasilnya memang dahsyat. Secara cerita, Pacific Rim sangatlah standard, semua film Del Toro memang mempunyai cerita yang standard. Tetapi memang bukan cerita yang disuguhkan. Yang disuguhkan Del Toro adalah pertarungan bombastis berskala sangat besar. Seperti yang diucapkan Raleigh "Di dalam jaeger, badai pun bukan sebuah penghalang". Karena itu, ukuran di sini adalah segalanya. Everything is big, bigger and biggest. Del Toro menepati janji dan membuktikannya dengan porsi pertarungan jaeger vs kaiju yang intens dan memakan lebih dari separuh film.
Dalam segi cerita, Del Toro memang lebih banyak missed nya, namun tidak untuk sisi teknis. Untuk bagian ini, Del Toro adalah jagonya termasuk untuk urusan 'makhluk', sesuatu yang tak diragukan bila kita sudah melihat Mimic, Pan's Labirynth dan Hell Boy. Untuk jaeger, Del Toro tidak membuatnya serumit, sedetil dan sekompleks robot Transformer. Jaeger digambarkan lebih manusiawi. Alih-alih mulus, jaeger lebih manusiawi dengan banyaknya goresan, karat dan bocel di sana-sini. Untuk urusan kaiju pun, Del Toro membuatnya lebih dari satu macam, wilder and still big.
Dan seperti ciri khas Del Toro, semua pertempuran jaeger vs kaiju diperlihatkan dalam background gelap. Semua pertempuran dilakukan malam hari atau di lokasi yang minim cahaya. Sayangnya, ciri khas itu sedikit banyak mengurangi tampilan keren jaeger dan sangar nya kaiju. Memang lekuk-lekuk bagian tubuh jaeger dan kaiju tetap diperlihatkan, namun dalam porsi pencahayaan yang rendah. Bayangkan bila jaeger vs kaiju ditarungkan pada siang hari, bakalan lebih keren tuh.
Pacific Rim diproduksi dengan bujet sekitar USD 200 juta. Biaya lebih banyak dihabiskan untuk efek visual yang digarap Industrial Light & Magic (ILM). Karena itu, Pacific Rim tak menggunakan aktor aktris terkenal untuk menekan bujetnya. Di sini, aktor yang mempunyai nama hanyalah Idris Elba dan Ron Perlman. Elba pun hanya kebagian peran sebagai supporting actor. Perlman malahan kebagian peran hiburan saja sebagai Hannibal Chow, seorang pedagang gelap organ tubuh Kaiju. Nama lain praktis tak terlalu terkenal. Soal akting, semuanya standard saja, kecuali Elba yang menunjukkan wibawa dan kharismanya sebagai seorang marshal.
Stealer justru ditunjukkan oleh dua ilmuwan nyentrik dan nyeleneh, dr. Newton Geiszler (Charlie Day) dan Gottleb (Burn Gorman). Mereka berdua seakan menjadi punakawan diantara hiruk pikuk para pekerja dan pilot jaeger. Tidak slapstick, mereka menunjukkan kekonyolannya dengan mimik, tingkah laku, dan one liner joke. Cukup pas dan tidak berlebihan. Del Toro juga tak berlebihan memberikan porsi power ke Amerika. Semua negara kebagian (modus marketing???). Dan penunjukan Mako Mori sebagai pilot jaeger sudha tepat sebagai penghormatan Del Toro pada Jepang.
Sejak awal menuju tengah, tensi cerita dan ketegangan Pacific Rim tetap terjaga dan masih enak dinikmati. Sayang, endingnya yang ditampilkan justru anti klimaks. Kayaknya kurang cocok aja dengan hingar bingar dan ketegangan yang sudah terbangun. But overall, Pacific Rim adalah tontonan yang memorable, meski waktu tayangnya hingga 130 menit lamanya. It;s a great pop corn film. Di tangan Del Toro, adegan pertarungan yang disuguhkan sungguh berbeda. Kita tunggu saja, jika pundi-pundi Warner Bros terisi penuh oleh pendapatan Pacific Rim, maka kita dapat berharap akan kelanjutan film megah ini. We'll hope so.
No comments:
Post a Comment