When our flag falls, our nation will rise |
Sekali lagi, presiden Amerika Serikat (AS) menjadi target point para teroris. Setelah presiden James Marshall (Harrison Ford) di Air Force One, kini giliran presiden Benjamin Asher (Aaron Eckhart) yang menjadi sasaran.
Bukan hanya menyandera dan hendak membunuh presiden, para teroris juga meluluh lantakkan gedung putih (white house). Olympus adalah sandi dari Gedung Putih. Padahal sebelumnya gedung kepresidenan itu hanya pernah sekali ditembus musuh saat pasukan Inggris membakarnya pada perang 1812.
Para teroris juga membantai pasukan keamananan dan agent secret service yang bejibun jumlahnya. Para staf kepresidenan ditawan, dijadikan sandera untuk posisi tawar negosiasi. Dalam situasi seperti itu, Mike Banning (Gerald Buttler), mantan agent secret service berusaha membebaskan presiden dan para staf dengan caranya sendiri.
Karena pucuk pimpinan tertinggi kosong, juru bicara Gedung Putih, Allan Trumbull (Morgan Freeman), menjadi acting president. Dia lah yang bernegosiasi dengan pimpinan teroris, Kang (Rick Yune), dan mencoba mengambil setiap keputusan penting negara.
Memang bukan tema baru, tetapi tetap saja masih banyak yang mengangkat tema united dan national security sebagai premisnya. Dan orang Amerika sangat suka melabeli orang-orang yang mencoba mengganggu negeri mereka dengan sebutan teroris, tak peduli dari mana mereka berasal. Dan kebetulan kali ini yang kebagian jatah menjadi teroris bukanlah orang Arab tapi Korea Utara (spoiler).
Sedari awal, Antoine Fuqua (Training Day, King Arthur, Brooklyn's Finest), memang tak berniat memberikan soul kepada Olympus. Sutradara kulit hitam ini hanya memberikan gertakan saja berupa adegan aksi yang cukup spektakular. Karena yang ditonjolkan adalah action, maka penonton tak perlu berpikir keras untuk mengunyah dan mencerna Olympus.
When the flag is torn and down |
Memang tak mengecewakan. Adegan aksi nya yang dibalut efek CGI cukup mampu membuat penonton terperangah dan berteriak girang. Tapi seperti lazimnya ramuan film action, ada banyak plot yang hilang, tak lazim dan penuh holes di dalamnya. Kening penonton pasti mengernyit dan minimal benak mereka akan berkata berkata "Kok bisa begitu ".
Tapi pikiran semacam itu dalam sedetik bakal akan hilang seiring dentuman dahsyat RPG yang menghajar pintu depan Gedung Putih, roket yang menghantam pesawat teroris, gemeretak menara Washington yang patah dan hancur, rentetan mitraliur yang menewaskan pasukan pengamanan dan Hydra yang menjatuhkan 5 helikopter Black Hawk.
Karena genre nya yang action itu pula, maka akting para aktor aktris di dalamnya juga seadanya dan apa adanya. Padahal mereka adalah bintang hebat sekelas oscar macam Melissa Leo (Secretary of Defense Ruth McMillan), Radha Mitchell (Leah), Angela Bassett (Secret Service Director Lynn Jacobs) dan 3 aktor di atas sebelumnya.
Porsi Radha Mitchell paling sedikit dan seakan hanya menjadi tempelan saja sebagai istri Banning. Angela Bassett cukup banyak mendapat porsi meski terbatasi oleh peran. Begitu juga dengan Melissa Leo yang mendapat porsi sedikit tetapi tetap mampu berekspresi dengan mimiknya yang kesakitan dan sumpah serapahnya.
Bila Olympus adalah angin lalu bagi aktor aktris ini, tetapi tidak bagi Gerald Buttler. Bagi King Leonidas, peran ini menjadikannya kembali ke khittahnya sebagai bad ass, setelah sebelumnya mencoba dan gagal berperan dalam drama macam Bounty Hunter atau Coriolanus. Machine Gun Preacher memang menaikkan tensi Buttler, tetapi itu belum cukup.
Meski perannya tak seheroik 300, namun Buttler mampu memuaskan penggemarnya dengan aksi bak bik buk nya. Ditambah lagi dengan cara dia menewaskan the villain, crottt....darah pun bermuncratan. Sayangnya one joke liner nya kurang lucu, nampaknya Buttler musti belajar banyak dari Simon Pegg aka Benji Dun (Mission Impossible : The Ghost Protocol).
White House under attack |
Untuk adegan favorit, saya suka sewaktu The Stars and Stripes terkoyak dan jatuh dari Gedung Putih, sayangnya hanya dalam film :), he he. Mungkin itu inti dari Olympus, nationality. Suatu bangsa akan bersatu dan mungkin tak berpikir logis jika negaranya sudah dikoyak-koyak pihak luar.
Namun rasa kebangsaan itu justru tak terlihat dari warga sipil nya. Yang diperlihatkan hanyalah para petinggi keamanan negara yang sibuk dengan rencananya melenyapkan teroris. Dari situ diperlihatkan juga secara tersirat betapa besarnya hegemoni kekuatan Amerika dalam segi defense nya.
Namun Olympus secara jitu dan cukup jenius masuk saat situasi di semenanjung Korea sedang memanas. Korut yang muncul dengan program nuklirnya dan berhasil melakukan uji coba peluncuran roket dan rudal, telah berhasil memaksa Korea, Jepang dan Amerika berang. Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat ini akan ada perang nuklir atau minimal perang meski tak pakai nuklir.
Olympus Has Fallen, film aksi yang cukup mengena dan mudah dicerna, meski mungkin gampang pula untuk dilupakan. "May God bless you and may God bless the United States of America".