First they took his daughter. Now they're coming for him |
Hanya dengan bujet USD 25 juta, Taken untung besar dengan USD 145 juta di US dan USD 226 juta di seluruh dunia. karena pundi-pundi dollar sudah bicara, sekuel pun wajib dibuat. Taken 2 meluncur Oktober 2012.
Para mafia trafficking Albania yang satu persatu tewas di tangan Bryan Mills (Liam Neeson) di Taken, menuntut balas. Kali ini mereka yang dipimpin Murad Krasnigi (Rade Serbedzija) mengincar Bryan dan mantan istrinya, Lenore (Famke Janssen) serta Kim (Maggie Grace) yang sedang berlibur di Turki. Murad sendiri begitu dendam kepada Bryan karena salah satu anaknya tewas di tangan Bryan.
Saya sendiri mengernyitkan dahi ketika Taken 2 muncul. Apa pula ini. Pierre Morel sudah menutup Taken dengan manis dan hampir tak ada celah untuk membuat sekuel. Namun sedikit celah itu dirusak oleh yang namanya dollar.
Sengaja Taken 2 tak saya tonton di bioskop karena memang tak yakin. Dan benar saja, kekhawatiran itu terbukti. Pierre Morel tak membesut lagi. Dia digantikan Olivier Megaton (Transporter 3, Colombiana). Dari sutradaranya saja kita bisa melihat seperti apa film yang pernah dibesut Megaton.
Maggie Grace tampil lebih berani di sekuel ini |
Parahnya, itu dibawa ke Taken 2. Taken sukses dan disukai karena sisi humanisnya. Di tangan Megaton, sisi humanis itu dihilangkan begitu saja. Memang sih, Megaton berusaha menciptakan itu, tapi gagal. Chemistry yang terbangun antara Bryan dan Kim di Taken sudah tak didapat lagi di Taken 2.
Saya sampai sekarang masih heran, ide siapa tes mendapatkan SIM dijadikan appetizer pembangkit chemistry. That's your fault, dude. Saya juga tak terkesima dengan gadis yang belum mendapat SIM tapi mampu ngebut dikejar mafia. Dan ketololan itu masih dibawa hingga akhir cerita.
Akting Liam Neeson tetaplah prima meski ia kadang kebingungan dengan plot yang ada. Itu juga yang dialami Maggie Grace. Sementara Famke Janssen lebih berperan sebagai tempelan saja, Rade Serbedzija bahkan mendapat porsi lebih darinya. Dan juaranya adalah para begundal mafia. Mereka terlihat sangat sangat bodoh sehingga saya sempat bepikir apakah mereka memang the villain. Seorang badut saja tak bisa menyamai kelucuan mereka.
Megaton kerap menutupi kekurangannya dengan aksi-aksi laga. Namun yang diperagakan Liam Neeson bagi saya justru merupakan suatu gurauan. Dia seperti menepuk-nepuk saja wajah lawannya tanpa pernah benar-benar memukulnya. Namun teknik tracking dan adegan kejar-kejaran mobil di jalanan sempit Turki boleh diapresiasi.
Satu scene yang juga saya sesali adalah adegan awal film. Kenapa pula Megaton mesti menampilkan simbol Islam yang seharusnya sangat bisa dihindari. Dia seharusnya bisa membuat orang Albania meninggalkan pemakaman begitu saja tanpa ada sholat dan semacamnya. Bukan apa-apa sih, scene tersebut saya pikir sangat kurang cerdas.
Meski begitu, Taken 2 masih boleh berbangga karena dengan bujet USD 45 juta, film ini mendapatkan USD 139 juta di AS dan USD 365 di seluruh dunia. Saya pikir, orang datang ke bioskop nonton Taken 2 karena mengharapkan lebih berkaca dari film pertamanya. Nyatanya, itu tak bisa dibandingkan.
Taken 2 adalah sekuel yang tidak hanya dipaksakan, tetapi terlalu dipaksakan. Jikapun ada Taken 3, orang pasti akan berpikir seribu kali menontonnya. Mereka tak rela dibohongi lagi. Apakah saya telah menyebut Taken 3, oh tidak. Sudah cukup, saya mau muntah.