The movie was fake. The mission was real |
Sekali lagi kedigdayaan Amerika ditunjukkan lewat Argo. Operasi penyelamatan 6 diplomat Amerika saat jatuhnya rezim syah Iran (Reza Pahlevi) dijadikan plot oleh Ben Affleck sebagai comeback nya baik sebagai aktor dan sutradara selepas vakum dari dunia film selama 2 tahun.
Tahun 1979, Iran mengalami revolusi. Pahlevi yang sudah 38 tahun berkuasa terpaksa mencari suaka ke Amerika agar tak mendapat hukuman mati. Rakyat Iran yang benci kepada Amerika yang mereka anggap berdiri di belakang Pahlevi menyerbu kantor kedutaan negara adidaya tersebut.
Demo yang awalnya hanya terjadi di luar keduataan berlangsung ricuh saat sejumlah demonstran mulai masuk. Masuknya sejumlah demonstran diikuti dengan jebolnya pagar kedutaan. Para diplomat, warga sipil dan security di dalamnya mulai ketakutan. Mereka segera memusnahkan arsip dan dokumen penting keduataan.
Saat semuanya tertawan, 6 diplomat berhasil melarikan diri lewat jalan belakang. Mereka akhirnya ditampung di kedutaan Kanada. Dubes Kanada, Ken Taylor (Victor Garber), dengan senang hati menjaga mereka dari incaran revolusioner Iran.
Kabar 6 diplomat yang selamat terdengar oleh pemerintah Amerika. Tony Mendez, seorang agen khusus escapologist diutus mengevakuasi mereka. Tony pun harus berpacu dengan waktu karena pemerintah revolusioner Iran juga sudah mendengar kabar tersebut.
Demonstran membakar bendera AS di dekat Kedubes AS |
Dibantu dua pekerja film, Lester Siegel (Alan Arkin) dan John Chambers (John Goodman), Tony melaksanakan misinya dengan kedok pembuatan film. Mereka berenam dipaksa menjadi kru film agar bisa keluar dari negara mullah tersebut.
Film yang luar biasa. Ben dengan gemilang tampil kembali, bahkan lebih baik, sebagai sutradara yang mencuri perhatian. Setelah Gone Baby Gone dan The Town, kali ini Ben melesat jauh dengan film yang terbilang cukup sulit dibuat.
Bersetting Iran di tahun 1979, Ben membuatnya semaksimal mungkin dengan setting, busana, suasana dan kondisi saat itu. Entah kenapa dia memilih dirinya sendiri menjadi aktor utama, tapi yang pasti peran dia cukup signifikan (meski terus muram dan tak jarang senyum sepanjang film). Peran lain juga cukup mumpuni dan mewarnai thriller drama ini.
Yang patut diapresiasi adalah, Ben mampu menjaga ketegangan tensi ini serapat mungkin. Coba saja lihat adegan saat mobil yang membawa rombongan harus melewati massa demontran. Kita seakan-akan ikut merasakan ketegangan di dalamnya. Begitu juga saat pesawat yang membawa mereka dikejar mobil revolusioner Iran.
And they flew away |
Film ini diangkat dari kisah nyata yang diadaptasi dari artikel 'The Great Escape' dari majalah Wired serta 'The Master in Disguise' karya Tony Mendez sendiri selepas pensiun sebagai agen, yang naskahnya ditulis Chris Terrio. George Clooney, Grant Heslov dan David Klawans duduk sebagai produser.
Namanya juga film propaganda, tentu saja Iran tak bakal menayangkan film ini di negaranya. Iran menuduh Argo telah menyimpang dari cerita sebenarnya. Bahkan Iran akan membuat film tandingan dengan judul Setada Moshtarak (The General Staff) yang disutradarai Ataollah Salmanian.
Wajar saja Iran berang dengan Argo karena hubungan AS - Iran memang tengah panas menyusul program nuklir yang dijalankan Iran mendapat tentangan AS dan sekutunya.
Untuk meyakinkan jika peristiwa itu benar-benar ada, Ben menampilkan slide demi slide kejadian sebenarnya dan kejadian yang ada di scene di akhir film. Kita pun seakan-akan diajak dan dibuat percaya dengan scene Argo dengan adanya slide peristiwa asli tersebut. Argo fuck yourself.