G.I. Joe : Retaliation adalah salah satu sekuel film yang paling ditunggu sejak film pertamanya, GI Joe : The Rise of Cobra, beredar 4 tahun lalu. Apakah film adaptasi kartun ini bisa sebagus dan sesukses prekuelnya baik dalam hal kualitas maupun pendapatan ?
Sekali lagi Korea Utara dijadikan olok-olok Amerika di adegan awal, dengan mudahnya pasukan elit negara paman Sam ini membebaskan sandera dengan memasuki markas militer negara komunis ini. Masih di bawah pimpinan Conrad S Hauser aka Duke (Channing Tatum), keberhasilan para Joe diteruskan dengan merebut hulu nuklir di Pakistan.
Tanpa tahu siapa yang melakukan, puluhan anggota Joe dibantai di markas mereka di padang pasir. Hanya 3 yang selamat, Marvin F Hinton aka Roadblock (Dwayne Johnson), Alison R Hart-Burnett aka Lady Jaye (Adrianne Palicki), dan Flint (DJ Cotrona). Kemana Snake Eyes (Ray Park), tak ada yang tahu karena ninja itu punya misi sendiri.
Belakangan mereka tahu jika pelakunya adalah pemerintah di bawah komando presiden (Jonathan Pryce). Dan mereka tak kaget saat menyadari siapa pelaku sebenarnya. Cobra (Luke Bracey) berhasil dibebaskan dan mulai menyusun kekuatan. Dibantu para pengikut setianya, Zartan (Arnold Vosloo), Storm Shadow (Lee Byung Hun), dan Firefly (Ray Stevenson), Cobra sekali lagi berniat menguasai dunia.
Para Joe yang berada di bawah tekanan terpaksa meminta bantuan Joe Colton (Bruce Willis), seorang pensiunan Joe dengan pangkat Jenderal. Ninja cantik, Kimi Arashikage aka Jinx (Elodie Yung) juga turut serta dalam pertarungan prajurit-prajurit pilihan tersebut. Retaliation (pembalasan) pun dimulai.
Tidak, adalah jawaban pertama dari pertanyaan di alinea pertama. Prekuel prajurit Ground Infantry ini bahkan lebih bagus dari sekuelnya. Saya tak ingat banyak film yang pertama. Tetapi yang pasti, film pertama masih mempunyai soul, meski sangat sedikit. Film kedua ? Saya sudah berusaha menemukannya, tapi soul itu tetap tak ketemu.
Nampaknya Jon M Chu (Step Up 3D) hanya mementingkan kemegahan film ini dari segi aksi saja. Padahal jika mau, G.I. Joe jilid kedua ini bisa dipotensialkan segi dramanya. Namun, Chu hanya menganggapnya angin lalu dan lebih memilih menambahkan spesial efek di setiap adegan aksi. Up to Chu.
Untuk adegan aksi, ini adalah one team show, tanpa lawan tanpa perlawanan. Memang ada the villain tetapi mereka hanya berfungsi sebagai tempelan alias anak bawang. Lihat saja betapa mudahnya Joe bisa masuk ke markas militer Korea Utara tanpa terdeteksi. Atau adegan yang lebih bodoh lagi saat mereka menyerang fasilitas nuklir Pakistan. Saya sampai tak bisa berpikir, apa dan siapa yang mereka tembaki.
Kemudian adegan pembebasan presiden, cari sendiri di mana letak kebodohannya, juga adegan pencarian DNA Zartan. Dan yang terakhir adalah saat tank Roadblock dengan ganasnya (baca bodohnya) menghancurkan 6 tank Cobra. Sejak awal kita sudah paham jika para Joe harus menang, tapi bukan begitu caranya. Pengandaian tersebut ibarat seperti prajurit marinir yang merampas permen anak kecil. Ibunya tahu tetapi takut. Namun marinir mana yang tega merebut permen dari anak kecil.
Scene-scene konyol itu persis dengan film kartun G.I Joe. Sewaktu lihat film ini saat kecil, saya selalu bertanya-tanya, ini film perang tapi kok nggak jelas siapa yang ditembaki karena setiap tembakan tidak ada yang kena. Tapi banyak prajurit yang roboh. Bodohnya.
Best of the worst scene di sini adalah milik Snake Eyes. Di ketinggian Himalaya, ninja 'bisu' itu berkejar-kejaran dan menghabisi lawannya. Seingat saya, belum pernah ada adegan pertarungan seperti itu di film lain. Scene itu nampak lebih riil dan masih bisa diterima logika.
Dan logika lain yang masih bisa diterima adalah Adrianne Palicki. Saat berjalan menyusuri padang pasir, entah sengaja atau tidak, dada perempuan 30 tahun itu dibiarkan terbuka berbalut kaos tipis. Itu merupakan petunjuk awal jika dalam adegan selanjutnya dia bakal lebih seksi. Dan itu terbukti dengan klimaksnya saat ia berganti pakaian. Hope she's sexier on the next scene, he he he.
Untuk urusan akting, semuanya berakting apa adanya. Bukan karena mereka tak mampu, tapi skenario yang membelenggu. Sekali lagi Bruce Willis bagaikan cameo di sini, muncul mulai pertengahan. Saya heran, di tahun 2012 om ini suka sekali cari duit dengan nongol hanya sebentar (The Cold Light of Day, Looper, The Expendables 2). Mungkin hanya di A Good Day to Die Hard, dia bermain penuh.
Dwayne Johnson, saya tak pernah melihat aktor berotot ini berakting. Dia hanya beraksi. Padahal The Rock sudah diberi kesempatan berakting sendirian di Faster, tetapi dia menyia-nyiakannya dengan tetap beraksi. Mulai dari awal hingga akhir, mimik nya ya itu-itu saja.
Channing Tatum, hanya para gadis dan penggemarnya yang bisa berkomentar setelah melihat film ini (takut spoiler). Poor Tatum.
G.I. Joe : Retaliation sukses membuat duduk saya tak tenang. Berusaha menyukainya, tetapi semakin saya mencoba, semakin saya gelisah. Mungkin penggemar setianya kecewa, tetapi yang awam bakal menyukainya. Cukup apik dalam aksinya namun mengecewakan dalam cerita.
Secara komersial, G.I. Joe : Retaliation bakal menguntungkan seperti predesesornya yang menguasai box office 2009 lalu. Kemungkinan besar memang bakal ada sekuelnya. And it will be. Hope the sekuel will be better than before.