How Much Do You want to Believe ? |
Apakah anda percaya hal-hal supra natural ? Jika ragu, tanyakan kepada
Margaret Matheson (Sigourney Weaver) dan Tom Buckley (Cillian Murphy).
Bila perlu, kedua ilmuwan itu akan membongkar kepalsuan yang ada dalam
praktik supra natural tersebut. Ya, Margaret dan Tom adalah tipikal 2
orang yang sama sekali tak percaya dengan kekuatan di luar kemampuan
manusia. Dengan segala cara, mereka berusaha membongkar penipuan
berkedok supra natural. Mereka mencari Red Lights, orang atau
informasi-informasi yang berdiri di balik penipuan berujung duit
tersebut.
Matheson mengingkari adanya dunia di luar manusia karena faktor
anaknya, David Matheson (Jan Cornet), yang koma sejak kecil. Matheson
tak ingin mencabut penopang hidup David karena dirinya yakin tak ada
afterlife setelah manusia mati. Sementara Tom trauma terhadap ibunya
yang ternyata menderita kanker stadium lanjut setelah percaya kepada
paranormal yang menjamin jika ibunya sudah sembuh. Jadilah mereka
bertualang melawan paranormal-paranormal palsu. Aksi mereka berhasil
hingga ada kabar jika Simon Silver (Robert DeNiro), paranormal kondang
datang ke kota mereka setelah 30 tahun menghilang.
Tom berkeras mengajak Matheson membongkar kepalsuan Simon. Tetapi
Matheson enggan karena trauma masmudanya saat ia dan Simon bertemu. Saat
itu Simon mengatakan jika ia melihat ada seorang anak kecil di samping
Matheson. Anak kecil yang ditanyakan Simon apakah itu anak atau adik
Matheson menginginkan agar ia direlakan kepergiannya. Matheson marah
sekaligus takut terhadap Simon.
Namun Tom tetap bersikeras dan berjalan sendiri menghadapi Simon.
Kekasihnya, Sally Owen (Elizabeth Olsen), yang berusaha membantu tidak
diizinkannya. Entah akibat kenekatan Tom atau apa, Matheson meninggal
saat Tom meninggalkannya menghadapi Simon di 'konser' nya. Meski sudah
diingatkan dengan kematian Matheson, Tom tetap terobsesi kepada Silver.
Padahal ia terus mengalami teror. Bahkan salah seorang pengawal Simon
menghajarnya habis-habisan. Akhirnya Tom tahu siapa dirinya dan juga
siapa Matheson. Sesuatu yang dia dan Matheson tidak menyadarinya.
Dua tahun lalu, Rodrigo Cortes menyutradarai Buried, film thriller
cerdas yang hanya berkutat di sebuah peti mati dengan hanya satu aktor
tunggal, Ryan Reynolds. Sepertinya Cortes selalu suka menyajikan adegan
ketegangan kepada penonton. Red Lights juga tak luput dari itu meski
tensinya tidak setajam buried. Dan seperti Buried, Cortes juga selalu
suka memberikan twist kepada penontonnya. Pada Buried, twist yang
diberikan bisa dipahami. Tetapi pada Red Lights, twistnya masih
menyisakan banyak tanda tanya.
Hanya separuh yang saya bisa mengerti (entah kalau orang lain).
Twist itu juga bisa berbeda-beda bagi tiap orang. Saya pikir, Cortes
sengaja mengambangkan twistnya untuk membuatnya agar fim nya tetap
berkelas. Tetapi saya punya pandangan lain. Lebih baik twist itu
dijelaskan hingga sejelas-jelasnya. Secara Red Lights bukanlah tipikal
film sekuel. Kenapa juga membuatnya masih nampak tidak jelas. Okelah,
adegan di awal dan tengah masih bisa dimenerti karena itu bagian dari
twist. Adegan akhir juga masih bisa dimengerti. Tetapi jembatan-jembatan
yang merangkai antar bagian itu yang hilang sebagian. Cortes
menyusunnya tidak utuh sehingga meninggalakan pertanyaan dimana-mana.
Secara kualitas, Red Lights tidak jelek. Naskahnya kuat plus
didukung aktor aktris di dalamnya. Tidak usah disangsikan kualitas
akting Signoury Weaver dan Robert DeNiro. Mereka mendapat porsi
seimbang, di awal Red Lights didominasi Weaver dan di pertengahan
hingga akhir giliran DeNiro yang mendominasi. Tetapi DeNiro sepertinya
dipasang hanya untuk membuat penonton melirik film ini. Karena meski
banyak muncul tetapi karakternya dibuat terbatas. Tetapi yang
mendominasi overall justru Cillian. Akting Scarecrow di Batman Dark
Knight itu tak mengecewakan. Elizabeth Olsen memang masuk hanya sebagai
pemanis. Dan Elizabeth memang benar-benar manis. Dia caem, dan makin
caem.
No comments:
Post a Comment