All roads lead to this |
Ibarat sebuah persneling, franchise Fast and Furious sudah terlalu kencang dengan munculnya edisi ke enam nya ini. Apapun mobil yang digunakan, yang pasti kestabilan kecepatan pendapatan dari setiap edisinya membawa serial balap mobil ini terus merangsek maju ke level yang mungkin tak terbayangkan lajunya.
Dari awal, mata kita sudah disuguhi adegan kebut-kebutan di jalanan sempit berliku pegunungan Spanyol. Dua orang di balik kemudi adalah Dominic Toretto (Vin Diesel) dan Brian O'Connor (Paul Walker). Perpaduan kecepatan dan ketrampilan tangan serta kaki memainkan tuas kopling, rem, gas, persneling membuat dua mobil itu melaju dengan mulus dan enak dalam kecepatan tinggi.
Sejak peristiwa Rio, masing-masing personel bad ass tersebut hidup dengan tenangnya. Dominic nyaman bersama Elena (Elsa Pataky); Brian hidup tenang bersama Mia (Jordana Brewster) dan anaknya, Jack; Roman (Tyrese Gibson) berfoya-foya bersama para gadisnya; Tej (Ludacris) tetap setia bersama mobil dan peralatan IT nya serta Han (Sung Kang) yang tetap beromansa bersama Gisele (Gal Gadot).
Namun, sebuah panggilan telepon dari Dominic mengakhiri zona aman mereka. Sebelumnya, Dominic didatangi Hobbs (Dwayne Johnson), agen Diplomatic Security Service (DSS) yang sempat memburu mereka di Rio. Namun kali ini misi Hobbs berbeda. Pria berotot kekar itu justru hendak meminta bantuan Dominic cs memburu Owen Shaw (Luke Evans), mantan pasukan khusus yang berubah menjadi penjahat internasional.
Dominic tentu saja menolak mentah-mentah permintaan itu. Namun dia tak berkutik saat Hobbs menunjukkan foto Letty Ortiz (Michelle Rodriguz) yang diklaim masih hidup dan telah menjadi anak buah Shaw. Jadilah para bad ass tersebut berkumpul lagi dan bersama Hobbs yang kali ini ditemani Riley (Gina Carano) memburu Shaw.
The Gank |
Shaw pun tak sendiri. Dia ditemani para pengikutnya yang tak bisa diremehkan seperti Jah (Joe Taslim), Vegh (Clara Paget), Klaus (Kim Kold), Ivory (David Ajala), Adolfson (Benjamin Davies). Setelah Rio diporak-porandakan, kini giliran London yang 'dihancurkan' mereka yang terlibat pertarungan sengit jalanan.
Justin Lin sudah membuat 4 dari 6 franchise ini. Dan pada setiap serinya, sutradara kelahiran Taiwan ini sama sekali tak mengendurkan tensi aksinya. Setelah Tokyo Drift dan Fast and Furious yang kurang menggigit, Justin membalasnya dengan aksi seret menyeret brankas gede di jalanan Rio di Fast Five. Di installment keenamnya ini, Justin menyuguhkan tank di jalan raya dan pesawat di landasan 'tak berujung'.
Apakah seri ke 6 ini lebih baik dari predesornya, saya pikir Fast Five lebih padat dan berisi dari segi cerita dibanding F&F 6. Di Fast Five, Justin meramunya sedemikian rupa sehingga hasilnya bisa terlihat lebih fresh. Sedangkan di F&F 6, hasil produksi itu sudah jadi, hanya tinggal dihias dan dipermanis saja.
Tetapi usaha lebih mudah itu mampu dimaksimalkan Justin sehingga hasilnya tak mengecewakan. Script juga mampu dimaksimalkan Chris Morgan dan Gary Scott Thompson dengan pengembangan karakter. Di Fast Five praktis hanya ada karakter dominan Toretto dan Hobbs saja. Di F&F 6, satu karakter lagi ditambahkan yakni Shaw. Asyiknya, penambahan karakter Shaw tak menghilangkan pesona Toretto dan Hobbs.
Semua pelakon mampu hadir sesuai porsinya masing-masing meski ada yang kurang maksimal karena keterbatasan karakter yang dimainkannya. Seperti Luke Evans yang sebenarnya lebih bisa maksimal lagi, namun karakter penjahat cerdas dalam film bergenre action memaksanya lebih banyak beraksi daripada berakting. Gina Carano juga sudah pas dengan karakter fighternya. Fight ala Gina sebelas dua belas dengan yang dilakukannya di Haywire. Sebagai atlet gulat profesional, Gina tetap memperlihatkan teknik-teknik kuncian yang ia mahir dan kuasai.
There must be a tank |
Yang membanggakan adalah kehadiran seorang Joe Taslim. Meski minim akting di film ini, namun Joe menjadi pencuri perhatian. Di kemunculan pertamanya saja ia sudah mengucap "Vegh, hantam mereka". Dua kata Bahasa Indonesia yang menjadi satu-satunya Bahasa Indonesia di film ini. Selanjutnya, ia memperlihatkan gaya bertarungnya saat menghajar Sung Kang dan Ludacris. Dan yang terakhir, ia mengendarai kendaraan yang paling canggih di film ini. Good job bro, hope the next, Hollywood will give you more opportunity.
Tak hanya melulu panas oleh aksi, F&F 6 juga terasa segar dengan guyonan terutama one liner joke dari mulut besar Tyrese. Guyonan itu diimbangi juga dengan sindiran Ludacris yang tak kalah kocak.
Awalnya, franchise ini adalah murni film balapan dengan tampilan mobil-mobil wah. Namun lambat laun khusunya sejak fast Five, aksi kebut-kebutan di jalan tersebut hanya menjadi penghias semata. Yang ada adalah misi dengan tidak mengesampingkan kebut-kebutan di jalan raya meski tanpa mobil balap sekalipun.
Sayangnya, meski dikatakan bersetting di Inggris namun saya kok tidak merasakan suasana British di sini. Memang para pelakon adalah American, namun figuran-figurannya kok nggak ada yang beraksen Inggris ya, atau saya yang tidak sadar.
Fast and Furious 6, dari segi script adalah tipikal film kelas B, tetapi dari segi aksi, tak disangsikan jika ini adalah salah satu yang terbaik dari film kelas A. Meski adegan aksinya brainless, namun penonton juga brainless dan terus saja menikmati aksi yang disajikan. Di tengah credit title pun, kita akan dibuat terkejut akan twist yang diberikan. Semoga James Wan (Insidious) selaku penerus Justin tidak akan mengendurkan rentangan ketegangan Fast 7.