Sesuatu yang besar jika menghasilkan sesuatu yang besar pula adalah wajar. Tetapi bila sesuatu yang besar namun menghasilkan sesuatu yang kecil, maka tak wajar adalah stempelnya. Kebalikannya, jika sesuatu yang kecil menghasilkan yang kecil pula, maka itu adalah wajar juga. Tetapi bila sesuatu yang kecil menghasilkan sesuatu yang besar, maka itu adalah sebuah pencapaian yang membanggakan. Brush With Danger adalah sesuatu yang kecil, yang harus berjuang di tengah gelombang sajian nan maha sempurna dari studio-studio besar Hollywood.
Alice Qiang (Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng) adalah kakak beradik imigran China yang datang ke Amerika secara ilegal. Mereka menyelundup di dalam sebuah kontainer di sebuah pelabuhan. Lepas dari pelabuhan, keduanya mulai mencari penghidupan. Sebuah pasar tumpah menjadi lahan sederhana mereka mencari uang, Livi menjual lukisan dan Ken mempertontonkan keahlian bela dirinya. Teman pertama mereka adalah seorang wanita tua, Elizabeth St. Clouds (Stephanie Hilbert) yang mereka tolong saat dijambret.
Tetapi kehidupan mereka benar-benar berubah saat seorang pria paruh baya bersedia menampung mereka. Adalah Justus Sullivan (Norman Newkirk) yang melakukannya. Justus tertarik dengan bakat melukis Livi. Namun bakat potensial itu pula lah yang membuat mereka harus menghadapi persoalan serius hingga harus melibatkan Nick Thompson (Nikita Breznikov), seorang detektif polisi.
Demi sesuap burger |
Film yang benar-benar buruk pertama yang pernah saya tonton adalah Se7en Below. Saya pikir saya tidak akan nonton model film seperti itu lagi hingga mata ini tertipu menonton Left Behind. Di situs yang memberikan rating itu, Se7en Below jongkok dengan rating 3,1. Left behind 'sedikit lebih baik' dengan tambahan satu koma yang memberinya angka 2 di belakang koma. Mengapa dua film itu saya katakan buruk, karena mereka dibintangi oleh aktor besar atau setidaknya pernah besar, Val Kilmer, Ving Rhames (Se7en Below) dan Nicolas Cage (Left Behind). Dan apa hubungannya dengan Brush With Danger?
Jujur, saya tak puas dengan action bikinan Livi Zheng ini. Bahkan saya bisa melabelinya dengan kata buruk dan memberinya rating 5. Tetapi jika dibandingkan dengan dua film bikinan sineas Hollywood tersebut, Brush With Danger jauh lebih baik. Anda pasti tak pernah mendengar nama Sun and Moon Films sebelumnya kan. PH kecil itulah yang memproduksi Brush With Danger. Dan saya yakin anda juga belum pernah mendengar nama Livi dan Ken Zheng sebelumnya.
Bandingkan dengan dua film kacrut itu yang diproduksi oleh Vitamin A Films dan E Fish Entertainment (Se7en Below) serta Entertainment One dan Stoney Lake Entertainment (Left Behind), sebuah PH yang saya yakin lebih besar jika dibandingkan dengan Sun and Moon Films, terutama Entertainment One (eOne) yang makin berkibar.. Jika pun anda belum pernah mendengar PH itu, anda pasti sudah familiar kan dengan nama Val Kilmer dan Nicolas Cage bukan.
Bicara tentang narasi, Brush With Danger mempunyai cerita yang sangat sederhana, seorang imigran mencari penghidupan layak. Di dalam kesederhanaan itu, banyak sekali hole-hole bertebaran yang seharusnya tak terulang dan bisa menjadi pelajaran bagi Livi di karya selanjutnya. Hole itu membuat semuanya menjadi Awkard, kening jadi berkerut dibuatnya. Tak perlu menutup mata dan telinga untuk hal-hal yang secara akal kurang masuk logika tersebut. Narasi juga tidak memberikan karakter yang kuat untuk peran sentralnya. Kita jadi tidak tahu dari mana itu semua berasal, kenapa ini terjadi, dan kenapa juga itu terjadi. Banyak hal yang terlewat dan seakan hanya lebih mengandalkan keberuntungan semata. Untuk narasi yang ditulis sendiri oleh Ken, saya menilainya buruk karena hanya berkutat pada kulit luarnya saja.
Sapuan kuas yang membawa bencana |
Untuk gambar, film yang digarap pada 2012 ini mempunya view yang lumayan meski masih dalam taraf standar di balik kamera Ryan Purcell. Film ini sendiri mengambil lokasi pengambilan gambar di sudut kota Long Island, New Orleans, dan New York. Sorotan kamera juga mengambil gambar yang apa adanya. Di sini kita tak akan menemui efek apapun. Fight scene di sini memang kalah dahsyat jika dibanding dengan sinema asal mandarin. Tetapi Brush With Danger dengan jujur mengatakan bahwa inilah cara berkelahi yang sebenarnya, dalam arti inilah yang paling mendekati kenyataan di dunia sebenarnya.
Livi yang kelahiran Malang ini berujar bahwa Brush With Danger masuk dalam 323 eligible films atau film yang ikut dalam penilaian Oscar 2015 untuk best picture. Saya jadi bertanya, apa yang dilihat juri Oscar? Saya hanya bisa menebaknya, mungkin tema imigran adalah faktornya. Masuk dalam eligible films secara tersirat diaku Livi sudah merupakan kebanggan tersendiri bagi perempuan 26 tahun ini.
Brush With Danger, karya perdana anak bangsa di dalam lautan Hollywood yang overall buat saya masih mengecewakan. Kekecewaan itu lahir dari kata maklum yang sebelumnya berpengharapan cukup tinggi. Jika ini adalah pintu masuk bagi Livi Zheng untuk karya dia selanjutnya, maka biarlah maklum ini saya simpan dulu.
Setau saya yang masuk daftar 323 eligible film itu salah satunya adalah Annabelle. Dan kita tahu itu bukan film yang bagus. So......
ReplyDeleteKaget emang ngedengernya, sempet ekspektasi tinggi sama ini film. Sinopsis dan Jalan Cerita Film
ReplyDelete