"Cinta tak memandang jenis kelamin. Cintailah siapa yang mencintaimu,
yang membuatmu bahagia. Tak usah pedulikan kata orang". Kutipan kalimat
itu terlontar dari mulut seorang gay kepada Adele (Adele Exarchopoulos)
yang tengah mencari orientasi jati diri. Padahal Adele sudah mempunyai
pacar, Thomas (Jeremie Laheurte), namun ia merasa ada yang kurang dari
hubungan tersebut. Hingga Adele bertemu dengan Emma (Lea Seydoux),
seorang lesbian berambut biru yang justru membuat Adele merasa nyaman
dengan arti sebuah hubungan.
Film berjudul asli 'La vie d'Adèle - Chapitre 1 et 2' ini memang mempunyai dua chapter di dalamnya, meski kita tak diberi petunjuk di mana chapter tersebut memisahkan film ini. Sebenarnya petunjuknya sederhana saja kok, bagi saja film ini saat Emma masih berambut biru dan tidak. Dan amati perubahan apa yang terjadi dengan password biru ini. Awal film berjalan dinamis dengan menghadirkan background Adele yang bisa memberikan kita gambaran bagaimana sosok Adele sebenarnya.
Film berjudul asli 'La vie d'Adèle - Chapitre 1 et 2' ini memang mempunyai dua chapter di dalamnya, meski kita tak diberi petunjuk di mana chapter tersebut memisahkan film ini. Sebenarnya petunjuknya sederhana saja kok, bagi saja film ini saat Emma masih berambut biru dan tidak. Dan amati perubahan apa yang terjadi dengan password biru ini. Awal film berjalan dinamis dengan menghadirkan background Adele yang bisa memberikan kita gambaran bagaimana sosok Adele sebenarnya.
Tak usah tergesa menunggu sosok Emma karena ia baru dihadirkan setelah durasi menunjuk ke menit 40, sebuah waktu yang tidak ada apa-apanya dibanding durasi keseluruhan yang mencapai 3 jam. Kehadiran Emma menyuguhkan adegan Emma-Adele yang secara seni sangat alami, jujur, polos, apa adanya, dan tentu saja menggairahkan. Adegan percintaan sesama jenis (yang paling panjang 7 menit) inilah yang menjadikan Blue is The Warmest Color menjadi begitu kontroversial sehingga anda sah-sah saja mengubah kata 'warm' menjadi 'hot'.
That scene |
Blue is The Warmest Color sangat kuat dalam bercerita dan menampilkan karakternya. Adele dan Lea adalah dua pion yang menjadikan film Prancis ini begitu menyenangkan, romantis, erotis, sekaligus dramatis. Chemistry antara keduanya begitu padu padan dan mengena. Karena Emma lah Adele begitu hidup sekaligus mati. Dan karena Adele lah Emma begitu bergairah dan lepas. Mereka menyatu dalam hangat dan dinginnya gejolak jiwa.
Point score tersendiri buat Adele karena dia adalah karakter utama di film yang diangkat dari graphic novel karangan Julie Maroh berjudul 'Le Bleu est une Couleur Chaude' ini. Hampir sepanjang film, sorotan kamera selalu mengarah ke aktris 21 tahun ini. Dan Adele menebusnya dengan ekspresinya yang berubah dari waktu ke waktu secara sempurna. Lihatlah bagaimana ia begitu cuek saat masih bersekolah, gembira saat bersama Emma, kebingungan saat kehilangan Emma, rapuh saat menata hidup, kosong saat sendirian, dan berpura-pura saat mengajar murid-muridnya.
I love this scene |
Ingat, durasi coming of age ini adalah tiga jam. Bila kalian benar-benar bugar saat menonton, kalian akan begitu menikmati tiap scene yang dishoot secara panjang. Tapi jika sebaliknya, tiap scene di dalamnya berpotensi menjadikan anda mengantuk. Memang Abdellatif Kechiche cukup lebay menggeber adegan berulang dan mungkin bagi beberapa orang dianggap tak perlu. Tapi adegan lebay itu cukup nikmat kok untuk disimak. Sinematografinya pun juga indah.
Untuk menarasikan film yang diganjar Palm D'or Cannes 2013 ini, Kechiche tak sendiri. Sutradara turunan Tunisia-Prancis ini menggandeng Ghalia Lacroix untuk menulis ulang graphic novel ini. Dan hasilnya efektif dan tak buruk. Mau tahu adegan favorit saya, saat Adele dan Emma bertengkar.
Salam kenal,
ReplyDeleteBlogwalking dan senang bisa jumpa blogger movie disini. Keep review,watch movies,and blogging.