You Can't Fight Your Destiny |
Kick-Ass merupakan fenomena tersendiri. Seorang superhero tanpa kekuatan super, gampang digebukin, mudah terluka, apa adanya, dan benar-benar manusiawi. Berbeda banget dengan superhero yang ada di komik-komik. Justru karena begitu manusiawinya, orang-orang pada suka. Hasilnya, kritik dan pemasukannya pun memuaskan. Dan lazimnya Hollywood, semua yang menguntungkan adalah wajib dibuatkan sekuel. Tak terkecuali dengan pemuda naif berspandex hijau ketat ini.
Aksi Kick-Ass memberantas kejahatan telah menjadikannya seorang idola. Banyak orang terinspirasi dan meniru gaya berpakaian serta aksinya. Karena itu di jalanan New York sudah lazim dijumpai orang-orang berpakaian aneh 'memberantas kejahatan'. Namun Kick-Ass sendiri alias Dave Lizewski (Aaron Taylor-Johnson) justru memutuskan untuk pensiun dan kembali ke kehidupan normal. Tetapi kehidupan normal malah menjadikan Dave semakin bosan yang membuatnya kembali ke jalanan sebagai Kick-Ass. Di jalanan, Dave menemukan banyak 'Kick-Ass Kick-Ass' baru. Bahkan mereka bergabung dalam Justice Forever yang diketuai seorang mafia insyaf, Colonel Stars and Stripes (Jim Carrey).
At the other side, Hit Girl alias Mindy Macready (Chloe Grace Moretz) dituntut untuk hidup normal di bawah pengawasan Marcus Williams (Morris Chesnut), rekan ayahnya dulu. Sebelum tewas, ayah Mindy, Big Daddy alias Damon Macready (Nicolas Cage) menginginkan anak satu-satunya itu hidup secara normal. Berusaha melawan keinginan ayahnya, Mindy tetap menjadisuper hero. Mindy akhirnya terpaksa menjalani hidup normal demi pesanterakhir sang ayah atas nasihat Marcus yang tak bisa diabaikannya. Mindy pun berusaha hidup normal meski hal itu tak mudah.
Mother Fucker Russia |
Setelah kematian ayahnya oleh Kick-Ass, Chris D'Amico (Christopher Mintz- Plasse) terus memendam dendam kepada Kick-Ass. Dia pun mengganti identitas Red Mist nya menjadi The Motherfucker. Chris lalu merekrut anggota-anggota gelapnya dengan satu tujuan, melenyapkan Kick-Ass.
Harapan sangat besar tersemat saat sekuel ini dibuat. Film pertamanya aja kreatif, apalagi sekuelnya. Lagipula banyak aspek yang belum tergali dan masih bisa dikembangkan. Mungkin itulah benak para penikmat Kick-Ass sebelum Kick-Ass 2 dimunculkan. Hasilnya, penonton kecewa. Ternyata Kick-Ass 2 jauh dari dugaan semula. Banyak yang berujar jika kepergian Matthew Vaughn sebagai sutradara dan writer adalah penyebabnya. Di Kick-Ass 2, Vaughn memang hanya duduk nyaman di meja produser. Sementara sutradara diisi oleh Jeff Wadlow.
Mewarisi Kick-Ass yang menjadi idola dan mengubahnya ke dalam sekuel memang tidak gampang. Dan Wadlow lebih memilih cara aman, menyajikan apa yang sudah tersaji di film pertamanya. So, relatif tidak ada yang baru di sekuel ini. Bukannya menarik, saya pikir Kick-Ass 2 justru menjadi monoton, baik dalam bentuk dan rasanya. Bila dalam Kick-Ass, semua kebodohan adalah daya tarik, maka dalam Kick-Ass 2, kebodohan adalah kebodohan, tidak berganti nama. Sesuatu yang menjadi blunder. Lihatlah bagaimana rupa kostum yang dikenakan si Motherfucker, atau lihat pula aksi bodoh bin aneh si Mother Russia. Lebih baik tak usah menyalahkan script, karena bukan scriptnya yang jelek, namun eksekusi Wadlow lah yang serba nanggung dan tak percaya diri.
Fight |
Untunglah masih ada Aaron Taylor-Johnson dan Chloe Grace Moretz. Setidaknya mereka masih menyajikan sajian khas gaya predesesornya. Karena yang lain khususnya Jim Carrey tak bisa berbuat banyak di sini. Kalau disuruh berpendapat, saya lebih suka jika Carrey menjadi Carrey yang lucu dengan mimik seribu wajahnya. Namun dia tak melakukan itu dan menampilkan dia seperti orang kebanyakan. Mungkinkah ada sekuelnya nanti, saya tak terlalu berharap.
No comments:
Post a Comment