Don't let go |
Setelah hiatus selama 7 bulan lamanya, Alfonso Cuaron is back. Pria asal Meksiko ini datang dengan segudang asa melalui karya teranyarnya Gravity. Dan Cuaron ternyata tak benar-benar hiatus sepenuhnya. 4 tahun dari masa hibernasinya ia gunakan untuk menunggu dan menggarap film berbackground luar angkasa ini. Banyak yang senang dengan kembalinya pria kelahiran 1961 ini. Kenapa? Karena karya Cuaron bukanlah karya kebanyakan. Ia perlu waktu 2 tahun untuk menghadirkan Children of Men (2006) setelah Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004). Dan sebelumnya ia perlu waktu 3 tahun untuk menghadirkan Harry Potter setelah Y Tu Mama Tambien (2001). So, bisa dibayangkan bagaimana kualitas Gravity yang Cuaron telah focus of it selama 4 tahun.
Bio medik engineer Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) sedang dalam misi luar angkasnya untuk memperbaiki teleskop Hubble. Ia didampingi oleh komandan misi Letnan Matthew Kowalski (George Clooney) dan seorang teknisi, Shariff (Paul Sharma). Ini adalah misi luar angkasa pertama bagi Stone. Meski terlihat tegar, namun ia sebenarnya gugup yang ditandai dengan tidak stabilnya grafik kesehatannya. Permasalahan muncul saat pecahan puing satelit Rusia yang hancur melewati lintasan tempat mereka berada. Hubble hancur, begitu juga dengan Explorer yang rencananya akan membawa mereka kembali ke bumi. Hancurnya segala sesuatu itu membuat mereka tak punya pijakan lagi. Mereka mengambang.
Komunikasi dengan Houston terputus dan mereka benar-benar terisolasi di ruangan yang begitu luas. Bagi Stone, ini adalah nightmare. Ia sungguh gugup. Untunglah Kowalski yang menggunakan jetpack datang menolong dan membawanya menuju International Space Station (ISS). Di situ ada spacecraft Rusia, Soyuz. Mereka berhasil mencapainya, namun Kowalski gagal berpijak. Dengan usahanya sendiri, Stone berusaha kembali ke bumi dengan mendekati stasiun luar angkasa Cina, Tiangong.
Sejak Life of PI, rasanya belum ada film yang begitu memanjakan mata seperti Gravity. Tampilan visual inilah yang menjadi jualan Gravity. Apakah scriptnya tak bisa dijual? tidak juga. Meski tidak buruk, namun sinematografi Gravity jauh lebih menjual ketimbang scriptnya. Let's talk about the visualization. Untuk teknologi visualisasi, saya hanya melihat ada 3 film yang dahsyat secara efek mata, Avatar (2009), Life of PI (2012), dan Gravity (2013). Namun soal keindahan, saya hanya bertaruh untuk Life of PI dan Gravity.
Sunrise from the space |
Visualisasi Gravity saya ibaratkan sebuah lilin yang menyala di pekatnya gelap malam. Begitu terang, indah, mencolok, utuh, dan terfokus pada satu titik. Cuaron nampaknya paham betul dengan background gelap pekat yang ia wakilkan melalui gelap dan heningnya luar angkasa. Dan lilin itu adalah seorang Sandra Bullock plus sedikit George Clooney. Sangat wajar jika kita melihat lilin tersebut begitu menyilaukan (memanjakan) mata kita. Di gelapnya malam, praktis pandangan kita terfokus dan terhanyut hanya pada nyala lilin tersebut. Gravity sungguh begitu indah. Apalagi dengan latar bumi yang masih memperlihatkan lanskap-lanskap nya.
Jika Gravity sungguh begitu indah, maka Life of PI setingkat di atasnya. Tak hanya lilin, Ang Lee menaburinya dengan kunang-kunang, cipratan api, sedikit kedipan lampu, remahan bara api, kelap-kelip senter, dan pelangi. So, Life of PI lebih dinamis dalam hal visualisasi. Mengibaratkan Gravity dan Life of PI secara visual adalah membandingkan antara nyala lilin dalam gelap dengan aurora borealis dan australis.
Berbicara tentang script, apa yang anda harapkan hanya dengan 2 tokoh di dalamnya. Script gravity yang ditulis Cuaron bersama anaknya, Jonas, saya pikir sudah bagus. Tindakan Cuaron sudah tepat dengan tidak memberi kilasan flashback yang mungkin bisa menjadi blunder fatal. Karakter masing-masing tokoh sudah dijelaskan melalui deskripsi oleh orang kedua. Dan deskripsi itu sudah cukup bisa memberikan gambaran siapa dan bagaimana mereka, kenapa Stone cenderung gugup sementara Kowalski bisa begitu tenang.
Sejatinya, peran Stone bukan ditujukan untuk Miss Congeniality. Peran itu awalnya ditawarkan kepada Angelina Jolie yang menolak karena kabarnya Warner Bros tak bersedia membayarnya USD 20 juta dan alasan satu lagi, Jolie ingin lebih fokus ke filmnya, In the Land of Blood and Honey. Lantas peran itu sempat dikaitkan dengan Marion Cotillard, Natalie Portman, hingga Blake Lively. Namun pilihan akhirnya jatuh ke Sandra Bullock. Peran Kowalski sejatinya juga bukan untuk George Clooney. Peran itu awalnya ditawarkan ke Robert Downey Jr. yang menolak karena ingin fokus ke Iron Man 3. Dan voila, mission accomplished. Apapun itu, Gravity telah mengangkat sekali lagi nama mereka yang sudah besar. Mereka telah melakukan tugasnya dengan sangat sangat baik.
Like a baby in the womb |
Sandra Bullock is one of my fave. Di usianya yang sudah menginjak 49 tahun, she's still hot, still sexy. Kulitnya masih kencang dan saya tak melihat ada selulit di bagian tubuhnya. Entahlah, apakah ada perlakuan editing pada bagian tubuhnya atau tidak, yang pasti Sandra is so charming. Dan bicara tentang George Clooney adalah bicara tentang kematangan dan kedewasaan. Uncle George has done it. Dengan kharismanya, George telah memberi sedikit nyawa di sedikit penampilannya untuk Gravity yang kemudian diteruskan oleh Bullock.
Well, untuk sinematografi sedahsyat Gravity pastilah ada satu dua adegan favorit. OK, adegan di ruang angkasa memang ciamik soro, tak sedikit yang menyangkalnya. Tetapi adegan favorit saya justru saat Sandra Bullock masuk ke Soyuz dan menggulung badannya melingkar seperti janin di dalam kandungan. Kabel yang menjadi background terlihat seperti ari-ari si janin. Secara filosofis, mungkin Cuaron bermaksud menyiratkan jika sebuah kehidupan dimulai dari ketiadaan di sebuah alam atau ruang yang begitu luas. Kandungan = ruang angkasa (hampa, sunyi), janin = astronot (kehidupan).
Sebagai penyeimbang dari pujian di atas, sedikit noktah akan saya berikan untuk Gravity. Jika semuanya sudah tertata secara sempurna, maka yang mengganggu menurut saya adalah score nya. Terlebih pada score saat Bullock hendak bertolak ke bumi. Hey, ini bukan film tentang super hero. Sebaiknya Steven Price lebih bisa mengerem suara-suara yang terkesan heroik tersebut dan menggantikannya dengan sesuara yang mungkin bisa lebih menyentuh jiwa secara kalem, bukan berdebar-debar.
Mungkin ini tidak disadari, tetapi sekali lagi Cina dimasukkan ke film blockbuster seperti Gravity. Sebelumnya Iron Man 3 dan Pacific Rim juga memasukkan Cina dalam scriptnya. Cina rupanya tetap menjadi harapan untuk mengeruk pundi-pundi dollar. Secara Cina sekarang sudah menjadi negara dengan tingkat ekonomi sangat tinggi. Dan salah satu syarat entah tertulis atau tidak, adalah memasukkan elemen Cina ke dalam script. Bahkan versi sebuah film yang beredar di Cina dibuat khusus dan berbeda dengan yang beredar di belahan bumi lain. Dalam Gravity, Tiangong adalah senjata untuk merebut hati publik (baca pemerintah) Cina. Padahal kalau soal ruang angkasa, saya pikir Eropa lebih maju daripada Cina.
Mungkin ini tidak disadari, tetapi sekali lagi Cina dimasukkan ke film blockbuster seperti Gravity. Sebelumnya Iron Man 3 dan Pacific Rim juga memasukkan Cina dalam scriptnya. Cina rupanya tetap menjadi harapan untuk mengeruk pundi-pundi dollar. Secara Cina sekarang sudah menjadi negara dengan tingkat ekonomi sangat tinggi. Dan salah satu syarat entah tertulis atau tidak, adalah memasukkan elemen Cina ke dalam script. Bahkan versi sebuah film yang beredar di Cina dibuat khusus dan berbeda dengan yang beredar di belahan bumi lain. Dalam Gravity, Tiangong adalah senjata untuk merebut hati publik (baca pemerintah) Cina. Padahal kalau soal ruang angkasa, saya pikir Eropa lebih maju daripada Cina.
Gravity, salah satu film terbesar dan terdahsyat tahun ini. Recommended and you should not miss it. Saya bakalan kaget jika nantinya Gravity tak mendapat Oscar.
No comments:
Post a Comment