01 April 2016

Batman v Superman: Dawn of Justice (2016)



Tiga tahun lalu, Man of Steel membuncahkan ekspektasi penikmat komik, khususnya DC, tinggi di atas awang-awang. Janji untuk membuat sekuel super hero ini sangat dinantikan. Siapa yang bisa menolak kehadiran sekuel ini jika judulnya saja membuat sebuah kejutan, Batman v Superman: Dawn of Justice (BvS). Kehadiran Batman tentu saja adalah kejutannya. Bagaimana bisa dua jagoan paling terkenal dari DC ini tidak hanya disandingkan, tetapi juga ditarungkan dalam satu frame. Seharusnya BvS sudah bisa dinikmati sejak tahun lalu. Tetapi Warner Bros lebih memilih mengundurkan jadwal premiernya di tahun ini.

Masih membawa scene dari Man of Steel, BvS menyorot pertempuran Superman vs Zod dari kaca mata Bruce Wayne (Ben Affleck). Bruce merasa bahwa Superman (Henry Cavill) saat ini adalah penolong, tetapi bisa jadi suatu hari nanti Superman akan berubah menjadi alien yang memangsa bumi. Dari ego pribadi yang dibumbui hasutan dari Lex Luthor (Jesse Eisenberg), Bruce melalui Batman berniat membikin perhitungan dengan Superman.


The Superb
Sebenarnya Superman juga tengah gundah gulana. Setiap hal baik yang dilakukannya seakan menguatkan setiap fitnah yang terus ditujukan untuknya. Meski ada penenang dalam diri Lois Lane (Amy Adams), namun alter ego dari Clark Kent ini harus bisa membersihkan namanya, termasuk memenuhi undangan hearing dari senator Finch (Holly Hunter). Namun siapa sangka hearing itu justru menjadi pemicu perang sebenarnya.

Jujur, muak diri ini sebenarnya dengan jadwal pengunduran filmnya. Curiga hal itu memang disengaja hanya untuk terus mempromosikan BvS melalui bocoran ataupun trailer yang terus menerus dibombastiskan. Dengan banyaknya bocoran dan trailer yang terus dihembuskan, imaji ini jadi ilfil dengan pengharapan dan hype yang bukan-bukan. Dan ternyata itu terjadi.

BvS masih ditangani Zack Snyder. Naskah juga tetap ditulis David Samuel Goyer (Dark Night Trilogy), yang kali ini berkolaborasi dengan Chris Terrio (Argo). Untuk eksekusi, Snyder tetap berjalan pada alurnya, dan hasilnya adalah visual yang masih cantik dalam sorotan kamera seorang Larry Fong. Kekurangan dalam sekuel ini justru datang dari Goyer. Script yang ditulis Goyer dan Terrio terutama untuk konflik utamanya bisa diibaratkan seperti nonton sinetron Indonesia, cukup murahan dan kekanak-kanakan. Kening ini sampai berkerut saat konflik dua super hero itu dimunculkan. Hanya bisa tertawa dan berpikir keras mengapa alasan untuk konfliknya kok bisa seperti itu, logika konfik untuk film sekelas DC pun kurang masuk akal dan penuh hole pula.

B v S
Namun kesalahan Goyer bisa diredakan dengan endingnya yang cukup fair. Ending itu sekaligus sebagai petunjuk bahwa proyek Justice League adalah benar adanya. Sebenarnya ada banyak petunjuk untuk Justice League termasuk kemunculan Diana Prince a.k.a Wonder Woman (Gal Gadot) yang menyedot banyak perhatian. Ditambah lagi dokumen milik Lex Luthor yang berisikan daftar orang-orang yang mempunyai daya linuwih.

Saya pikir BvS merupakan jalan tol DC untuk mengatasi ketertinggalannya yang cukup jauh dengan Marvel. DC ingin segera menyalip MCU Phase 2 milik Marvel yang sudah bergerak cepat menuju MCU Phase 3. Selain Batman, patasnya DC menuju DC Extended Universe tak tanggung-tanggung bisa dilihat dari langsung dimunculkannya musuh besar Superman.

Diana Prince
Sekuel ini sejatinya banyak tertolong oleh para karakter di dalamnya untuk sebuah script yang cukup lemah. Mereka bekerja sangat keras agar semua karakter bisa hidup di sini. Siapa sangka Ben Affleck yang dipandang sebelah mata jadi Batman, justru tampil solid, bahkan yang paling solid. Henry Cavil tetap bermain prima seperti sebelumnya. Dan keraguan atas Gal Gadot berubah menjadi pujian untuknya. Meski secara proporsional fisik Gadot bukanlah fisik ideal Wonder Woman, namun penonton akan melupakan itu. Anggapan soal fisik ideal bisa ditepis Gadot dengan penampilannya yang memukau. Tak ada yang meragukan penampilan dia di sini. Dan Wonder Woman ke depan bisa jadi adalah stereotip dari Gadot.

Well, BvS adalah popcorn milik DC yang malu-malu disebut popcorn. Nanggungnya status itu malah menjadikan BvS tak maksimal khususnya dalam hal narasi yang terlihat membingungkan. Ibarat sebuah berita yang hanya menulis judul bombastis tanpa isi berita yang menarik, maka BvS merupakan sebuah sekuel yang tak jauh beda dari berita salah urus tersebut.

No comments:

Post a Comment