Before he was a legend, he was a man |
Hercules adalah salah satu tokoh mitologi Yunani kuno yang cukup sering diangkat ke layar kaca baik layar lebar maupun televisi. Serial televisi Hercules paling populer mungkin adalah yang diperankan Kevin Sorbo di Hercules: The Legendary Journeys. Di Indonesia serial ini pernah sangat populer saat diputar di salah satu stasiun televisi swasta. Tahun 1997, Disney membuat film kartun dengan judul namanya. Kartun ini juga meledak.
Awal tahun ini, sebuah film layar lebar yang mengisahkan Hercules juga dibuat. Kellan Lutz dipercaya menjadi putra Zeus ini. Sayangnya, film yang berjudul The Legend of Hercules ini hancur lebur baik dari sisi kritik maupun pendapatan. Orang lebih memilih menunggu Hercules yang diperankan oleh Dwayne Johnson aka The Rock yang juga dibuat tahun ini. Apakah Hercules The Rock ini pantas untuk ditunggu?
Hercules (Dwayne Johnson) adalah seorang tentara bayaran yang selalu meminta emas untuk misi yang ia lakukan. Hercules tak sendiri, ia ditemani lima temannya, Autolycus (Rufus Sewell), Tydeus (Aksel Hennie), Atalanta (Ingrid Bolso Berdal), Iolaus (Reece Ritchie), dan Amphiaraus (Ian McShane). Hercules menjadi tentara bayaran setelah musibah yang ia alami di Athena sehingga Raja Eurystheus (Joseph Fiennes) mengusirnya.
The Mighty Hercules |
Raja Thrace, Lord Cotys (John Hurt), menyewa jasa Hercules dan kawan-kawannya untuk berperang melawan Rhesus (Tobias Santelmann), seorang warlord yang dikatakan Lord Cotys hendak menduduki Thrace. Tugas itu pun diterimanya hingga peperangan tersebut membuka mata Hercules akan kebenaran sesungguhnya yang tidak ia sadari selama ini.
Well, saya pikir Brett Ratner adalah sutradara yang filmnya selalu menghibur dan layak dinikmati meski kualitasnya masih perlu ditanyakan. Apakah Hercules termasuk dalam kategori itu, yes. Absolutely yes. Sedari awal, kita sudah disuguhi gambar-gambar yang menarik dengan tata warna yang dinamis. Pacing film pun masih terus terjaga hingga akhir dengan kekompakan-kekompakan diantara para pelakon dan scriptnya yang terus berjalan dengan baik. Latar dengan set piece yang menarik sangat mendukung kekompakan itu.
Dari jajaran cast, saya pikir The Rock sudah melakukan tugasnya dengan baik. Ia mampu berperan sebagai Hercules yang kuat namun sebenarnya rapuh. Ia pun mampu membangkitkan semangat prajurit dengan teriakan pembakar semangat sebelum berperang. Untuk yang satu ini saya jadi geli saat teringat Kristen Stewart di Snow White and The Huntsman yang melakukannya dengan sangat buruk.
Para cast yang lain pun sudah pas memainkan perannya. Rufuss Sewell yang oportunitis, Aksel Hennie yang liar, Ingris Bolso Berdal yang memaniskan suasana, Reece Ritchie yang bermulut besar, Ian McShane yang wise enough and funny, serta kekasih Cristiano Ronaldo, Irina Shayk yang tampil hanya sekelebatan saja.
The down of Hera |
Saya pikir Hercules versi Bratt Ratner ini layak untuk diperdebatkan, karena apa? Karena setelah selesai nonton, pasti ada yang bertanya-tanya, kenapa cerita Herculesnya kok berbeda dengan yang dibayangkan. Saya pikir wajar saja ada yang bertanya-tanya karena Ratner memang mengadaptasinya dari graphic novel The Thrachian War dari Radical Comics karya Steve Moore.
Graphic Novel tersebut memang sangat memanusiakan Hercules. Implisitnya adalah teman-teman yang dipunyai Hercules. Apa yang dianggap sebagai mitos dari Hercules adalah apa yang dituturkan oleh Iolaus. Apakah itu benar atau tidak, yang penting buang jauh-jauh segala jenis makhluk aneh atau menyeramkan yang akan muncul di film ini.
So, Hercules tetaplah film yang menyenangkan. Layak dinikmati dan membuktikan jika Brett Ratner masihlah belum mempunyai masterpiece untuk dibanggakan.
No comments:
Post a Comment