Sebenarnya, Her sudah saya tonton jauh sebelum ini. Tepatnya beberapa hari sebelum Oscar 2014 diumumkan. Saat itu belum ada niat untuk menulis ulang (review) film ini karena kesibukan saat itu. Tetapi seiring dengan waktu yang semakin luang, saya tak perlu berpikir dua kali untuk mereviewnya (meskipun terlambat). Karena apa, karena sungguh sangat sayang menonton Her tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) adalah seorang duda introvert yang hidup menyendiri di apartemennya. Dia cukup menyesali pernikahannya yang hancur dengan Catherine (Rooney Mara). Pekerjaan Theodore adalah seorang pembuat isi surat bagi orang-orang yang membutuhkan. Suatu hari, Theodore tertarik dengan Operation System (OS) baru yang ditawarkan. Ia mencobanya dan voila, jadilah ia berkenalan dengan Samantha (Scarlett Johansson).
Meskipun dirasa aneh, namun hubungan Theodore dan Samantha semakin akrab. Setiap hari mereka selalu berinteraksi meski hanya sekedar berbincang. Bahkan mereka mencoba sesuatu yang mustahil dilakukan manusia dan sebuah OS. Tetapi mereka tetap mencobanya dengan berbagai cara. Awalnya Theodore memang merasa masygul dengan hubungan tersebut, terlebih dengan pandangan orang lain. Tetapi ia berhasil cuek dan justru menikmatinya.
Apakah ini cerita cinta. The answer is absolutely yes. Cinta bukanlah sesuatu yang hanya berhubungan dengan raga atau fisik semata. Bahkan cinta bisa melampaui hubungan secara konvensional tersebut. Cinta juga tak mempedulikan waktu dan ruang masa depan yang menjadi setting film ini. Suatu ruang yang orang tidak dianggap gila saat berbicara sendirian sambil berjalan. Cinta adalah fleksibel. Seelastis hati ini yang bisa berdegup pelan dan kencang karena cinta. Her adalah buktinya.
Depending on his OS |
Sedari awal, kita sudah dibikin jatuh cinta dengan Her. Lantunan baris-baris surat cinta yang membentuk bait langsung menentramkan hati ini di awal film. Secara perlahan namun pasti, Her bergerak menuju jalurnya. Spektrum warna antar ruang dalam dan ruang luar semakin memperindah alur tersebut. Kebenaran, filosofi, nasihat, dan makna hidup seakan menjadi isi di dalam sebuah inti yang menyenangkan.
Semua kesenangan tersebut dibawakan secara apik oleh pesona-pesona di dalamnya. Ini adalah film 'single' pertama bagi Joaquin Phoenix karena nyaris hanya mengandalkan dirinya saja. 85 persen film hanya didominasi olehnya. Apakah 'Kaisar Roma' ini mampu membawakannya. Sangat mampu. Selain gestur, mimik, dan penampilannya yang sempurna, Joaquin mampu menjiwai perannya dengan sepenuh hati. Kumis lebat, kaca mata tebal dan sama sekali tak stylish, serta sifat canggung adalah usahanya yang terbaik Phoenix di film ini.
Semampu Scarlett Johansson yang menghidupkan sosok Samantha meski hanya dari suaranya saja. Awalnya, saya pikir Samantha adalah Emma Stone. Ternyata saya salah total. Johansson mampu membawakan Samantha dengan sempurna. Di benak ini, Samantha adalah seorang perempuan yang sangat sempurna, so sexy and so smart. Hanya dari suara serak Johansson saja saya bisa membayangkan sosok Samantha seperti itu. Apakah kalian juga demikian? Oh, dengarkan dulu lenguhannya saat dia bercinta.
Rooney Mara, you're still hot |
Rooney Mara dan Amy (Amy Adams) sebenarnya patut diperhitungkan di sini. Sayangnya mereka hanya berfungsi sebagai pelengkap meski aktingnya sangat prima. Amy tak secantik dirinya di American Hustle. Namun Rooney, seperti biasanya, terlihat sangat rupawan dengan lekuk tubuhnya yang terjaga sempurna serta guratan wajah tirus dengan pandangan tajam yang sangat saya suka.
Atas semua hal yang menyenangkan di atas, patutlah kiranya kita berterima kasih kepada seorang Spike Jonze. Berkat dialah warna-warni kehidupan ala Her berhasil dia ciptakan. Jonze dengan sempurna berhasil menerjemahkan narasi yang ditulisnya sendiri. Begitu dalam dan menghayati.
Her adalah sebuah film cinta yang sungguh berbeda. Kadarnya berkali-kali lipat dibanding film sejenisnya. Her adalah sebuah love romance yang lembut, membius, melenakan, dan menghidupkan sisi yang lain dari emosi cinta kita.
I'm lying on the moon, My dear I'll be there soon, ...............
teknologinya canggih tapi kenapa orang-orang di dalam (film) nya keliatan pada jadul ya... ??
ReplyDelete