Believe the Unbelievable |
Bagaimana rasanya diledek dengan panggilan air kencing? Coba tanyakan ke Piscine Molitor Patel. Piscine yang berarti kolam renang dalam bahasa Prancis diplesetkan teman-temannya menjadi Pissing (urine) dalam bahasa Inggris. Menyakitkan hati ? Oh, tentu saja. Tetapi Piscine kecil (Gautam Belur) tak bisa berbuat apa-apa. Saat beranjak remaja, Piscine (Ayush Tandon) memproklamirkan dirinya sebagai Pi dengan sugesti Pi adalah rumus jari-jari lingkaran dalam rumusan matematika yang bernilai 3.14.
Pi merupakan anak yang selalu ingin tahu. Untungnya keluarganya termasuk keluarga demokrat yang membebaskan anak-anaknya belajar tentang segala sesuatu. Pi tertarik pada ajaran agama. Bahkan 3 agama sekaligus ia pelajari, Hindu, Islam dan Kristen. Pi juga mempunyai ketertarikan lebih pada biologi.
Di Pondhicerri, India, keluarga Pi mempunyai sebuah kebun binatang. Salah satu koleksi terkenalnya adalah seekor harimau Bengali bernama Richard Parker. Karena pergolakan politik yang terjadi, ayah Pi, Santosh Patel (Adil Hussain), terpaksa harus menjual seluruh hewannya ke Amerika dan memindahkan keluarganya ke Kanada.
Menggunakan kapal barang berbendera Jepang, perjalanan lintas benua itu dimulai. Di tengah jalan kapal diterjang badai dan tenggelam. Pi (Suraj Sharma) yang sempat naik ke sekoci jadi satu-satunya manusia yang selamat. Alih-alih menyelamatkan manusia, Pi malah menyelamatkan Richard Parker ke atas sekoci. Dan tak hanya Pi dan Richard Parker, di sekoci yang kecil itu hadir pula seekor Hyena, Zebra, dan seekor orang utan bernama Orange Juice.
Laksana hukum rimba, yang terkuatlah yang menang. Richard parker is the last animal standing dan Pi adalah the last man standing. Keduanya harus terus berjuang untuk survive selama 227 hari terombang-ambing di tengah lautan.
Sepanjang film (saya nonton yang 3D), saya hanya bisa berkata WOW, WOW, dan WOW. Alurnya tidak murahan dan efek visualnya sungguh luar biasa. Ang Lee mampu membuat efek visual itu bukan hanya sebagai pemanis saja, tetapi juga sebagai isi dan pelengkap alur.
Lihatlah bagaimana suasana malam di lautan luas terpendar cahaya biru yang berasal dari ratusan ubur-ubur. Lihat pula pendaran warna hijau dari kibasan ekor paus (air itu serasa terciprat ke penonton). Dan lihatlah pula distorsi visual dari alam pikiran Pi merasuk muncul menuju imajinasi yang mengingatkan Pi akan keluarga, Anandi, dan kehidupan itu sendiri.
Terrence Malick adalah salah satu pembuat film indah dengan deretan gambar-gambar nyata yang menjelaskan alur film itu. Tetapi gambar indah Malick belum cukup membuat penonton seakan berdiri terbawa imajinasi. Tetapi Ang Lee mampu melakukannya dengan deretan gambar yang menghablur seakan nyata. Berterimakasihlah kepada Claudio Miranda, sang sinematografer.
Acungan jempol juga layak disematkan ke Suraj Sharma. Karena apa, karena ini adalah film pertamanya. Dan Suraj bukanlah orang film. Dia hanyalah ABG biasa yang kebetulan sedang mengantarkan temannya ikut casting, tapi malah dia yang terpilih. Suraj berhasil memerankan Pi secara natural. Pemuda 17 tahun itu sengaja sempat diisolasi dan tak diajak bicara oleh kru film selama 2 bulan agar Suraj benar-benar merasa terasing.
Mungkin bukan twist, tetapi ending Life of PI saya anggap sebagai twist. Difilmkan secara flash back, Pi (Irrfan Khan) menceritakan petualangannya kepada seorang penulis (Rafe Spall). Kisah yang diceritakan Pi seakan terlalu hiperbola dan fantastis sehingga Pi mempunyai versi cerita yang lain yang mungkin lebih masuk di akal. Pi mempersilahkan sang penulis untuk memilih cerita mana yang menurutnya benar.
Diadaptasi dari novel dengan judul sama karangan Yan Martel, Life of PI IMHO merupakan suatu fenomena. Tak kurang dari seorang M. Night Shymalan, Alfonso Cuaron dan Jean-Pierre Jeunet mundur dari proyek film ini. Mereka berpikir Life of PI mustahil difilmkan dengan segala imajinasi yang ada. Kalaupun bisa, tentunya dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
Dengan dana USD 120 juta, Life of Pi rampung diselesaikan Ang Lee. Kekhawatiran tentang BEP tak usah diragukan. Sedikitnya Life of PI sudah mengantongi USD 132 untuk peredarannya di seluruh dunia.
Novel dan film memang berbeda. Apa yang ada di novel belum tentu ada di film begitu juga sebaliknya. Tetapi, buat apa membuat film jika seluruh isi novel dituang ke dalam versi visualnya. Perbedaan itu pasti ada dan tak perlu dipermasalahkan dan diperdebatkan. Baik novel dan film Life of PI sama-sama amazing. Two thumbs up for this entertaining and meaningful of them.
No comments:
Post a Comment