29 September 2012

The Bourne Legacy (2012)

There Was Never Just One

Tak ada maksud dari Toni Gilroy untuk mencoba menandingi kehebatan trilogy Bourne yang menawan itu. Sutradara anyar ini sepertinya tahu diri dan mencoba memposisikan diri sejajar dan seimbang dengan 3 serial Bourne sebelumnya. Saya pikir itu adalah jalan terbaik, membuat sekuel, ketimbang membuat reboot yang mungkin hasilnya malah akan sia-sia. Sekuel yang sungguh berat dengan kharisma Matt Damon sebagai Jason Bourne.

Detachment (2012)



Pernahkan anda membayangkan sulitnya menjadi seorang guru. Banyak film yang menunjukkan itu. Tetapi The Detachment (TD) berbeda. Bukan seperti 'The Dangerous Mind' yang hanya menunjukkan kulit luar dari profesi seorang guru, TD mengupas kulit itu dan melihatnya dari dan lebih dalam. Ya, TD memperlihatkan bagaimana sebuah profesi guru beserta problematikanya baik di dalam dan luar sekolah secara psikologis dari angle guru itu sendiri.

Dan yang harus memikul tanggung jawab itu adalah Henry Barthes (Adrien Brody). Sebagai seorang guru pengganti, Barthes dihadapkan pada masalah anak didiknya yang semau gue. Permasalahan bertambah pelik saat sekolah tempat ia mengajar hendak ditutup. Itu pun masih ditambah lagi dengan permasalahan satu-satunya keluarganya yakni kakeknya (Louis Zorich) yang sudah pikun. Masalah belum selesai dengan hadirnya PSK muda belia, Erica (Sami Gayle) yang menuntutnya memberi perhatian lebih. Barthez menghadapi itu semua sambil terus terngiang-ngiang dengan masa lalu nya yang suram di mana ibunya tewas karena overdosis alkohol.

Kompleksnya permasalahan yang ada menjadikan film ini suram. Sesuram Brody yang memang cocok memerankan tokoh menderita. Secara tontonan, TB cukup membosankan. Tetapi secara kualitas, kita bisa berempati terhadap tidak hanya sosok Brody, tetapi juga sosok semua yang mempunyai masalah di film ini. Jika ingin menonton film ini, janganlah berharap terlalu banyak, berharaplah saja pada akting brody. Selanjutnya ikuti saja dan mengalirlah.

Kahaani (2012)

A mother of a story

Mengernyitkan dahi sambil dibarengi gelak tawa, itu ekspresi teman atau kolega saat saya tawarkan untuk melihat film ini. kata India yang saya sebut setelah kata film membuat mereka meremehkan sinema garapan Sujoy Ghosh ini. Ah, saya tak main-main saat menawarkan Kahaani. Lihat dulu baru berkomentar. Dan jangan katakan saya pembual kalau kalian tidak mengatakan WOW usai melihatnya.

Vidya Bagchi (Vidya Balan) berangkat dari Inggris untuk mencari suaminya, Milan Damji (Indraneil Sangupta), yang hilang di Kolkata. Vidya hanya sendiri dan hamil tua. Ya, kondisi itu membuat siapapun pasti merasa simpati dan bersedia membantu, termasuk Inspector Satyaki 'Rana' Sinha (Parambrata Chatterjee). Setelah menelisik kesana kemari dengan segala kesulitannya, dua orang itu akhirnya menemukan 'Milan Damji'.

122 menit durasi film ini seakan tak terasa saat penonton disuguhi petualangan Vidya. Dengan perut buncit, Vidya menelusuri jalanan dan gang-gang sempit India yang kotor dan kumuh (sungguh film yang jujur dan apa adanya). Penonton seakan tahu ada misteri di balik petualangan Vidya. Tetapi mereka tak bisa menebaknya dan lebih memilih bersabar duduk di bangku penonton. Saat misteri itu terpecahkan berkat twist yang brilian, penonton hanya bisa melongo tak percaya. Dan ternyata twist itu sejalan dan sudah ada sejak awal film itu dimulai tanpa penonton menyadarinya.

I recommend this. Believe me. Two thumbs up.

Final Destination 5 (2011)

Death has never been closer. This Summer, death decides how... fate decides when. We all share a common destination. Kill or be Killed

Ini film maksa. Apa-apaan, film jelek dibuat sampai 5 sekuel (bagus di mata produser). Saya nggak pernah lihat yang seri 2-4. Yang seri pertama aja cuma liat setengahnya. Jadi tanpa perbandingan, film ini cuma bagus di awal dan akhir saja, selebihnya, aduh saya ketiduran di tengah-tengah film saking bosannya. Sungguh sayang, twist yang asyik disandingkan dengan naskah yang nggak ada ceritanya, cuma mati, mati dan darah. Tapi katanya kalau dilihat secara 3D, film ini mantap. bisa jadi, secara gambar iya, secara cerita ancurr.

Real Steel (2011)

If you get one shot, make it real. Courage is stronger than steel. Champions aren't born. They're made.

Kisah robot yang berbalut dengan hati manusia. Bukan robotnya yang mempunyai hati, tetapi penontonlah yang memberi hati ke Atom sehingga dia menjadi 'hidup'. Hubungan ayah anak yang memberi hati ke film ini sehingga durasi 2 jam pun tak terasa. Robot-robot di sini lebih membumi dan hangat dibanding robot-robot Autobot dan Decepticon. Melihat Atom sekeluar dari bioskop, penonton pasti membawa hati dibanding setelah melihat Optimus Prime ataupun Bumblebee

The Gruffalo's Child (2011)


Animasi 25 menit yang sungguh lucu. Meski gambarnya tidak halus dan detil banget tetapi penggambaran secara keseluruhan masih sangat bagus. Cocok banget untuk anak-anak. Saya hanya heran, bisa-bisanya kreatornya membuat sebuah binatang yang diberi nama Gruffalo. Sebuah ide yang sungguh luar biasa

Moneyball (2011)

What are you really worth?

Tontonan yang menurut saya awalnya membosankan dan absurd. Tetapi dari absurdnya itu saya jadi bisa melihat film ini begitu jelas dengan penyampaian maksudnya. Nggak terasa film ini begitu lancar dinikmati meski berdurasi lebih dari 2 jam. Meski juga sebagian besar hanya berisi dialog-dialog saja. Salute to Brad Pitt for the role for film that based on true story.

Warrior (2011)

Fight for Family. Fight for Country. Family is worth fighting for

Awalnya sempat pesimis dg film yang mengusung tema sport ini, biasalah tema sport paling gitu-gitu aja. Tetapi, oh film ini menyajikan detil-detilnya yg sangat disukai kritikus. Sport yg ditampilkan pun tak biasa, pertarungan gaya bebas. Keluarga, sport dan persaudaraan digarap dg apik oleh Gavin O Connor. Andai saja film ini dirilis sebelum the fighter, film ini layak dapat Oscar

Hugo (2011)

One of the most legendary directors of our time takes you on an extraordinary adventure


Suka dengan kecerahan gambar berbalut animasi CGI di dalam film ini. Warna-warna kontras dan gradasinya menjadikan image CGI tak jauh beda dengan benda real lain di sekelilingnya. Meski terkesan lambat pada awalnya, tetapi Hugo memuaskan dengan cerita hal ihwal salah satu pioneer dunia perfilman, Georges Melies. Saya jadi tahu jika bulan tertembak peluru pada klip Queen 'Heaven for Everyone' adalah ciptaan Papa Georges. Secara gambar, film ini bagus tetapi secara cerita, ada banyak bagian yang bertele-tele yang membuat durasi film ini semakin panjang. Anyway, Grace Moretz tetap cantik.

J Edgar (2011)

The Most Powerful Man in the World

Salut dengan penampilan Leonardo Di Caprio yang secara total mengaplikasikan sosok John Edgar Hoover, pendiri FBI. Leo pasti dengan sangat keras berlatih untuk itu. Sebelum menjadi FBI, adalah Bureau of Investigation (BOI) yang bertugas mengamankan Amerika. Tetapi tanpa embel-embel Federal, sulit bagi BOI untuk masuk melakukan penyelidikan di tiap negara bagian. Edgar Hoover pula yang bertanggungjawab atas pengumpulan sidik jari dan laboratorium FBI, standar penyelidikan masa kini. Dengan segala kontroversialnya, Edgar Hoover selangkah lebih maju dari orang lain di jamannya. Saya jadi tahu kenapa ia memecat Melvin Purvis, seorang federal agent yang berhasil membunuh public enemy, John Dillinger. Edgar Hoover tak ingin kepopuleran Purvis membayangi namanya. Edgar Hoover pandai berkata-kata dan strict dalam keyakinannya (bahkan ia memecat dan menggeser teman-temannya sendiri). Dan dengan berani, J Edgar memperlihatkan bahwa Edgar Hoover adalah seorang gay, dengan pasangan hidupnya Clyde Tolson yang juga adalah asistennya. Sang sutradara, Clint Eastwood, sepertinya tahu benar bagaimana sosok Edgar Hoover, karena ia sudah berumur 42 tahun saat Edgar Hoover meningggal. Sayangnya, film ini mempunyai rangkaian cerita yang tidak berurutan, melompat ke sana kemari. Yang awam mungkin bingung bila tidak mengenal Edgar Hoover.

Sherlock Holmes : A game of Shadows (2011)



Sekuel yang dari segi cerita memang kurang greget tetapi dari segi sinematografi dan efeknya saya pikirlebih bagus. Lihat saja adegam slowmo di hutan saat Holmes - Watson - Simza dikejar-kejar sepasukan tentara Jerman. Adegan prediksi visualisasi Holmes sebelum suatu kejadian terjadi juga tetap bagus meski itu bukan hal yang baru. Permainan setiap karakter di dalamnya semua bagus terlebih Jared Harris yang memerankan Prof. James Moriarty, musuh besar Holmes. Sayangnya porsi dia saya pikir kurang banyak dan kurang detil, padahal titik berat film ini ada di dia. Sebaliknya kemunculan wajah Robert Downey Jr sangat dominan di sini seakan semua karakter hanya menjadi tempelan saja. Saya yakin akan ada sekuel dari cerita detektif karangan Sir Arthur Conan Doyle ini. Moriarty yang belum tentu tewas ditambah lagi '?' pada 'The End' semakin mempertegas adanya kelanjutan cerita detektif paling terkenal di dunia ini. Tontonan yang menghibur.

Contraband (2012)

What would you hide to protect your family?

Memaksakan harus nonton film ini karena Mark Wahlberg adalah salah satu aktor kesukaan saya. Terlebih setelah tahu jika si cakep, Kate Beckinsale, juga berpartisipasi di film remake asal Islandia ini 'Reykjavík-Rotterdam (2008)'. Sayangnya, Kate tidak dapat porsi banyak di film dengan tema penyelundupan ini. Contraband bukanlah film buruk, juga bukan film bagus, yah film yang biasa-biasa saja tetapi tetap bisa dinikmati. Menikmatinya lebih enak di rumah daripada di bioskop. Soal cerita biasa saja dengan banyak karakter yang kalau kita tidak mengingatnya bisa membingungkan. Tensi ketegangannya naik turun dan cenderung kurang tegang, tidak ada aksi tembak menambaknya kali ye. Untunglah permainan aktor dan aktris di dalamnya mampu menjaga Contraband tetap bermutu. Saya masih suka akting Mark kecuali mungkin di 'The Happening'

21 Jump Street (2012)

The only thing getting blown tonight is their cover. They're too old for this shift.
They thought the streets were mean. Then they went back to high school

Film komedi adalah film yang menoleransi keberisikan di gedung bioskop. So, saya enjoy-enjoy aja meski di sebelah kanan kiri saya berisiknya setengah mati. Film ini menawarkan banyolan yang naif, konyol dan slasptick. Jonah Hill tampil memikat di remake film serial remaja awal tahun 90 an ini, dan kelucuan Ice Cube tetap aja seperti itu (nggak berubah). Tapi ini bukan remake sebenarnya karena memang jauh berbeda dengan film aslinya. Tapi nikmati aja, toh saya yakin ini film gak bakal sukses kalau dibuat secara serius. Wow, ada twist di adegan sebelum akhir film. Kapten Jack Sparrow muncul berbalut rupa Johny Depp dan dia berkata kalau dia pernah bermain di film yang judulnya sama ini. Saya aja sampai kaget, gak nyangka kalo pria Harley Davidson itu adalah JD. What a surprise. Nggak hanya JD, temannya, Peter DeLuise, salah satu pemeran 21 Jump Street yang asli juga muncul bareng dia. Ya, JD dan Peter DeLuise jadi cameo. Oh ya, ada yang kurang dari film ini. Film ini kurang......konyol. Andai saja bukan Channing Tatum yang dipasang, mungkin film ini bakalan dua kali lebih konyol. C'mon, lihat saja kekakuan mimiknya. saya sudah lihat dia di Dear John, GI Joe dan Step Up. Dia tidak selucu itu.

Act of Valor (2012)

The only easy day was yesterday
Kisah kepahlawanan dan keberanian anggota Navy Seal, pasukan elit Amerika. Menggunakan aktor-aktor asli dari pasukan gabungan 3 matra itu (SEa Air Land), membuat saya tahu diri dan maklum jika dialog yang mereka ucapkan sangatlah kaku. Bisa dibandingkan bagaimana lancar dan hidup dialog Lisa Morales (Roselyn Sanchez) atau Walter Ross (Nestor Serrano)jika dibandingkan dengan kata-kata yang diucapkan Liutenant Rorke Engel dan Sergeant Dave. Tetapi ini adalah film aksi, so, bukan dialog dan script yang berbicara tetapi aksi yang menjawab. Di sini, ditampilkan berbagai macam alat militer dan gadget yang asli plus ketangguhan personelnya yang kemana-mana harus membawa tas ransel dan peralatan yang beratnya puluhan kilo. Pergerakannya sangat taktis dan terukur sesuai koordinat, benar-benar seorang tentara sungguhan. Saya suka saat salah satu anggota Navy Seal menyembul keluar dari air tanpa menyeka mukanya untuk kemudian menangkap tubuh the villain yang ditembak sniper. Aksi lainnya yang menurut saya spektakuler adalah saat hujan peluru dicurahkan dari gatling gun elektrik GAU-17-A yang terpasang (mounted) di Special Warfare Combatant Craft (SWCC). Film ini disajikan dengan angle like a First Person Shooter (FPS) game. Layaknya Counter Strike, adegan tembak-menembak kadangkala dishoot hanya menghadirkan gagang senapan saja, sebuah tampilan film (bukan game) yang berbeda dan asyik. Otherwise, saya bersyukur saja karena pembom bunuh diri (jihadis) dikatakan bukan dari Indonesia tapi Filipina. Tetapi tetap saja dikatakan bahwa Abu Shabal adalah seorang teroris yang sudah berpindah-pindah kamp pelatihan teroris, dan salah satunya adalah kamp Indonesia. Sebuah film pencitraan pasukan Navy Seal yang berhasil.

The Grey (2011)

Live or Die on This Day


Dingin, saya seakan bisa merasakan keadaan itu karena suara desir angin badai salju Alaska sangat dominan di film ini. Ceritanya cukup pendek, tentang bagaimana perjuangan seorang 7 pekerja pengeboran minyak setelah pesawat yang seharusnya membawa mereka pulang malah jatuh di tengah kawasan bersalju tebal. Selain harus berjuang mengatasi dinginnya salju, mereka juga harus berhadapan dengan serigala salju yang buas. Satu persatu mereka akhirnya harus mati entah itu karena dimangsa serigala, kedinginan atau karena keputusasaan yang mendera. Ending ceritanya ? Anda tentukan saja sendiri karena film ini tak memilikinya. Liam Neeson tampil cukup apik dengan karkater seorang pemimpin yang sebenarnya juga berputus asa dan hendak bunuh diri setelah ditinggal mati istrinya. Once more into the fray, Into the last good fight I'll ever know, Live and die on this day.

The Raid : Redemption (2011)

1 Ruthless Crime Lord, 20 Elite Cops, 30 Floors of Hell
When there's nowhere left to run or hide... you fight or die.

Meski agak telat nonton ini film (itu juga ditraktir nonton, aslinya mau nungguin link donlotnya), tapi saya nggak kecewa. Berhubung saya suka dan senang film be rating Restircted (violence), maka saya bisa bilang film ini keren abiss. Karna ini film action, maka lupakanlah sisi ceritanya meski bagi saya cerita film ini cukup bagus (karna mempertemukan dua saudara yang bertolak belakang) sayangnya kurang diexplore. Untuk pengucapan dialog, semuanya dibawah rata-rata kecuali Ray Sahetapy. Untuk aksi laga, itu tak perlu dibantah. Koreografinya terbilang bagus meski masih di bawah film-film kungfu Mandarin. Menariknya, The Raid adalah film trilogi, masih ada dua film lagi yang akan dibuat. Saat ini tengah diproduksi film keduanya yakni Berandal. Masih belum paham kan siapa Reza yang disebut Tama, di 'Berandal' mungkin itu akan terjawab. Yang pasti aksi laga film 'Serbuan Maut' ini mengalahkan jalan ceritanya yang terlalu simple. Satu lagi, film ini sungguh sungguh mantap dan keren kecuali teman-teman di samping saya yang selalu ribut terus sepanjang film. Yah, itulah risiko ditraktir nonton.

We Bought A Zoo (2011)

A True Zoo Story

We Bought A Zoo - Ibarat kesejukan air di tengah dahaga, film ini begitu hangat di tengah tema film-film non keluarga. Memang tidak sempurna betul, tetapi senyum lucu dan polos Rosie Mee (Maggie Elizabeth Jones) akan menyingkirkan itu. Memang ada yang dipaksakan, tetapi itu harus terjadi di tengah ketidaksempurnaan seorang Benjamin Mee (Matt Damon). Adegan akhir yang mungkin memaksa kita mengeluarkan air mata bahagia berbanding lurus dengan film yang menurut saya boleh ditonton oleh anak-anak. Ayah yang tidak sempurna, anak ABG yang labil, bocah yang lugu apa adanya dan seorang Elle Fanning yang tetap cantik membuat drama keluarga ini menyejukkan sekaligus hangat untuk dinikmati.

28 September 2012

War of Arrows (2011)

A Hero Is Born The Legend Begins

Film yang saya pikir alami karena tak banyak yang menggunakan panah sebagai obyek film. Adegan pertarungannya pun apa adanya, tidak direkayasa. Tidak seperti Legolas di Lord of the Ring yang sempurna, jagoan di film ini adalah manusia biasa. Ia bisa gugup, ketakutan, salah sasaran dan juga menjerit saat terkena panah. Awalnya film ini berjalan lambat, tetapi lambat laun terasa kencang. Aroma ketegangannya pun terjaga di setiap adegan pertarungannya. Recommended.

50/50 (2011)

It takes a pair to beat the odds

Sebuah kisah yang menjadikan Joseph Gordon Levitt sebagai pengidap kanker tulang belakang. Sebuah tema yang jika di dalam perang seharusnya bisa menjadi pertarungan yang berdarah-darah. Tetapi tidak, tidak ada 1 litre of tears, tak ada derai air mata, tangis dan penyesalan. Yang ada hanyalah sikap wajar, normal dan sedikit kepasrahan dari seorang pengidap kanker. Dan itulah istimewanya film ini meski endingnya juga begitu-begitu saja. Apa adanya dan celetukan humor dari seorang Seth Rogan membuat film ini layak untuk dinikmati. Berpuas hatilah kalian atas kehidupan yang kalian miliki.

The Thing (2011)

It's Not Human. Yet

Thriller horor yang gak menakutkan sama sekali, tetapi cukup menghibur. Ini adalah versi baru dari versi John Carpenter di tahun '82. Bercerita tentang penemuan Alien dan pesawatnya di Antartika yang ternyata Aliennya hidup dan memangsa ilmuwan lainnya dengan 'modus' duplikasi. Film yang lumayan

The Descendants (2011)



Saya pikir ini film yang alami. Sebuah drama keluarga yang mengalir begitu saja dengan permasalahan dan problem di awal, tengah dan akhir cerita. Dipadu dengan pemandnagan indah Hawai yang dilatari musiknya yang khas.Yang membuat mengalir dan alami, tentu saja aktor dan aktrisnya. Tak seperti di filmnya yang lain yang begitu perkasa, macho atau berkuasa, George Clooney di sini benar-benar berlaku seperti manusia biasa dengan banyak kelemahan di dalamnya (I like the way he runs). Dan satu lagi, Shailene woodley (Alexandra King), saya pikir dia akan jadi rising star the next day. Dia cantik, seksi dan aktingnya bagus. So, Do you hate Brian Speer too ?

Underworld Awakening (2012)

Vengeance Returns

Hanya satu kata 'Kate Beckinsale'. Saya tak bisa membayangkan film ini tanpa adanya si cantik jelita ini. Film ketiganya saja, Underworld : Rise of the Lycans sempat flop gara-gara tidak ada Kate di dalamnya. Satu lagi, spesial efek juga memberi nilai tambah film ini. Saya katakan only Kate karena secara script/naskah/cerita, film ini sungguh dangkal.

Abduction (2011)

What if your entire life was a lie?

Seperti yang saya bayangkan sebelum nonton ini film. Hancur, itulah anggapan saya, dan itu terwujud. Siapa yang mewujudkannya, seorang Taylor Lautner. Lihat saja ekspresinya mulai awal sampai akhir film, nyaris ekspresi yang sama. Lihat saja saat berdialog dengan bintang lain macam Sigourney Weaver, kelihatan banget jomplangnya. Sayang sekali, sudah diberi kesempatan untuk menjadi one man show, tetapi disia-sia kan begitu saja.

Contagion (2011)

The world goes viral September 9.
Don't talk to anyone, Don't touch anyone. Nothing spreads like fear

Ini film bencana. Bukan bencana gunung meletus, gempa bumi ataupun tsunami. Ini adalah bencana penyakit, yang justru lebih mematikan dari bencana fisik yang sifatnya lokal. Bayangkan jika flu babi bisa menular dari manusia ke manusia. Seberapa cepat umat manusia akan musnah. Bintang-bintang besar semacam Matt Damon, Gwyneth Paltrow, Laurence Fishburne, Marion Cotillard, kate Winslett dan Jude Law bermain dalam porsi kecil dan tidak ada yang istimewa. Seperti Steven Soderbergh lakukan saat membesut Ocean's Eleven. Soderbergh dengan rapi menjlentrehkan film ini secara amat detil. Kita pun bisa merasa sebagai ilmuwan peneliti virus kalo lihat film ini. Bukan tontonan ringan memang, tetapi asyik untuk diikuti.

The Girl With The Dragon Tattoo (2011)

Evil shall with evil be expelled

Wow, ini film yang hebattoo. Awalnya memang berjalan lambat. Namun lambat laun alurnya mulai terisi dan terus terisi dengan perincian dan detil-detil yang mengasyikkan. Di sini, Daniel Craig tidak beraut seperti James Bond sama sekali (di Dream House, rupa DC masih beraut James Bond). Benar-benar beda DC di sini. Dia malah terlihat agak rapuh dengan kaca mata yang dipakainya. Dan jangan lupa, penampilan Rooney Mara yang woww....tentu saja brilliant dan mengasyikkan, memanjakan mata lelaki. Saya pikir ada dua twist di akhir cerita, twist ini dan twist itu. Waktu lebih dari dua jam tak akan terasa menikmati film ini. So, nikmatilah karena ini recommended. Note : Ini adalah film remake Swedia dengan judul yang sama

Dream House (2011)

Once upon a time, there were two little girls who lived in a house

Awalnya menarik dengan twist di tengah cerita. Tetapi setelah twist yang mengejutkan itu, semuanya berubah menjadi predictable. jadinya nggak seru lagi. Tapi Rachel Weisz masih tetap cantik di film ini.

27 September 2012

Wrath of The Titans (2012)

Feel The Wrath

Mungkin saya berpengharapan besar terhadap Wrath of the Titans. Nyatanya, saya malah berpikir kalo prequelnya, Clash of the Titans, justru malah lebih bagus. Tidak ada yang ditawarkan secara baru di film ini. Yang baru hanyalah makhluk-makhluk legenda Yunani kuno yang tak ada di prequelnya (Chimera, Cyclops, Minotaur, Kronos) dan tentunya tatanan rambut baru dari Perseus (Sam Worthington). Saya berpikir jika film ini malah lebih mengada-ada, bagaimana Minotaur begitu mudah dikalahkan Perseus dan akan lebih baik jika Kronos ditampilkan dalam wujud manusia, bukan raksasa api yang justru terkesan absurd dan cari aman, dia kan ayah Zeus - Poseidon - Hades. Kehadiran Andromeda (Rosamund Pike) sebagai love interest Perseus juga tak banyak menolong dan hanya sebagai tempelan saja. But overall, film ini masih bisa dinikmati. Mungkin saja akan ada sequelnya, dan saya berharap iya tapi tentunya dengan naskah yang lebih bagus.

Flash Point (2007)

They Made It Personal... He'll Make Them Pay

Film laga aktor Donnie Yen yang kesekian kalinya. Yang berbeda di Flash Point dibanding film Donnie Yen lain adalah penggunaan martial art gulat dan judo di dalamnya. Dengan teknik mengunci dan memiting, terasa beda aja melihat Donnie melakukannya. Berperan sebagai polisi bernama Jun Ma, Donnie bahu membahu bersama Wilson (Louis Koo) menghancurkan mafia narkoba yang dipimpin 3 bersaudara. Adegan akhir yakni pertarungan Donnie dengan Tony (Collin Chou) adalah adegan pamungkas film ini. Lama sekali mereka bertarung dengan teknik-teknik beladiri yang memukau, menjadikan ini film layak untuk ditonton.

Get The Gringo (2012)

Plan Your Getaway

Mel Gibson Kembali dengan petualangan barunya. Tanpa nama dan hanya mendapat sebutan Gringo, Gibson ditangkap polisi perbatasan Mexico setelah ia baru saja merampok uang seorang pengusaha kaya Amerika. Gringo lantas dijebloskan di sebuah penjara Mexico yang lebih mirip pasar tumpah. Di dalamnya, Gringo bertemu dengan bocah 10 tahun (Kevin Hernandez) dan ibunya (Dolores Heredia). 

Bocah tersebut sejatinya bakal 'dibunuh' dan diambil hatinya oleh orang yang mengendalikan penjara. Berpacu dengan waktu, Gringo harus menyelamatkan hidup bocah malang tersebut sembari menyelamatkan hidupnya sendiri. Seperti film-filmnya, Gibson selalu menyelingi aksinya dengan guyonan yang saya harus tersenyum melihatnya. Film ini tidak jelek dan lebih dari lumayan meski banyak juga hole di dalamnya seperti tidak diceritakan bagaimana Gringo bisa merampok uang pengusaha tersebut. Dan satu lagi, apakah produser film ini tidak mampu membayar seorang wanita cantik ketimbang menampilkan seorang Dolores yang usianya sama menuanya dengan Gibson ?????

Immortals (2011)

The Gods Need A Hero

Kisah epik dewa dewi Yunani kuno yang ditampilkan sangat menghibur mata. Ya, seperti ciri khas Tarsem Singh dalam setiap filmnya. Pasti selalu ada visualisasi yang wah yang ditampilkan baik itu warna, land scape maupun kostum. Saya selalu suka cerita yang berhubungan dengan dewa dewi Yunani. Meski banyak yang bilang kalo Tarsem terlalu berlebihan menabrak pakem cerita dewa dewi, tetapi saya tetap suka. Apalagi adegan slow motion yang ditampilkan di setiap pertarungan begitu asyik untuk dinkmati. Darah yang muncrat dan kesadisan adegan pertarungan malah membuat saya makin suka. Di luar isi cerita yang memang kurang kuat, saya tetap suka film yang mengumbar warna keemasan ini.

Se7en Below (2012)

Evil Has Found A New Home

Saya sepertinya khilaf saat menonton film horor ini. Awalnya, SB sepertinya menjanjikan dengan adegan pembunuhan satu demi satu anggota keluarga oleh anak lelaki adopsi keluarga itu. Adegan lalu melompat ke masa seratus tahun setelah kejadian itu. 5 orang yang tak saling kenal tiba-tiba diisolasi oleh badai ke rumah pembantaian itu. Dari situ seharusnya saya sadar kalo SB sudah mulai mengkhilafkan pikiran. Tapi saya terus saja menonton dengan prasangka yang bukan-bukan. Adegan selanjutnya cukup seram juga tetapi aneh. Seharusnya nggak begitu kok bisa jadi begitu (saya sudah mulai gelisah). Dan benar juga, yang ada sumpah serapah pada akhir cerita. Kok bisa ending ceritanya seperti itu. Gak nyambung blas. Apaan itu agent of destiny. Sudah ah, saya sudahi review film gak bermutu ini.

Fright Night (2011)

You can't run from evil when it lives next door

Lupakan si culun Edward. Lihatlah vampire yg lebih macho daripada si maho itu. Collin Farrel tidak harus melapisi mukanya dengan bedak tebal untuk menjadi seorang vampire seperti yang dilakukan Edward Culun. Film vampire remaja, ya Fright Night ini

The Bucket List (2007)

When he closed his eyes, his heart was opened

Tontonan yang sungguh sangat sedap. Tiada narasi seempuk seperti yang ditutukan seorang Morgan Freeman. Dan tiada ekspresi kemarahan seekspresif Jack Nicholson lakukan. Sungguh suatu padu padan yang unforgettable dilakukan dua orang yang di ujung maut karena kanker. Mati dengan mata tertutup, tetapi hatinya terbuka. Saya juga suka saat Nicholson berkali-kali mengucapkan 'Kopi Luwak'. Ya, kopi asal negara kita ini berkali-kali diperlihatkan sebagai minuman kegemaran Nicholson. A wonderful movie.

Haywire (2011)

They left her no choice

Dibintangi bintang kelas atas macam Michael Douglas, Michael Fassbender, Ewan McGregor, Channing Tatum dan juga Antonio Banderas, film ini menampilkan heroine yang justru bukan dari kelas bintang, Gina Carano. Maklum saja jika Gina tidak diberi porsi banyak saat mengucapkan dialog. Tetapi oleh sutradara, Steven Soderbergh, Gina diberi keleluasaan berfighting. Dan perempuan kelahiran Texas itu melakukannya dengan sangat meyakinkan. Ya, karena ia memang truly mixed martial art fighter sehingga wajar saja ia bisa melakukan tendang, pukulan dan pitingan. Meski digarap secara serius dan meyakinkan, tetapi saya pikir Haywire adalah film sambil lalu saja. Ia akan lewat tanpa hampir meninggalkan kesan apapun. Lumayan sih meski belum bagus.

25 September 2012

John Carter (2012)

Lost in Our World. Found in Another

Secara visual, film produksi Disney ini sungguh bagus dengan makhluk-makhluk animasi ala Avatar yang sangat hidup. Lihatlah bagaimana Thark, sebuah makhluk setinggi 9 kaki bertangan empat, bisa dengan luwesnya bergerak secara sempurna. Atau makhluk kera putih bertaring yang akan membantai Taylor Kitsch dan Tars Tarkas. Belum lagi setting dunia Barsoom aka Mars dengan alam dan bangunan-bangunannya yang aneh. 

Sayangnya, keindahan visual CGI John Carter tidak diimbangi dengan naskah cerita yang mumpuni. Dengan durasi 132 menit, seharusnya film berbujet USD 250 ini bisa mengeksplore karakter-karakter di dalamnya serta membangun chemistry antar pelakunya. Tidak jelek memang, bahkan saya pikir ceritanya bisa tertutupi dengan animasi visualnya yang nampak riil. Tetapi banyak yang tidak setuju, terbukti dengan jebloknya pendapatan John Carter. Bahkan proyek John Carter ini menjadi proyek paling rugi yang pernah dialami Disney, bayangkan ruginya mencapai USD 200 juta atau Rp 1,8 trilyun.

Flowers of War (2011)



Kehinaan bila dibenturkan dengan kesucian dan dibalut dengan pengorbanan serta sifat pasrah bakalan menghasilkan sesuatu yang menghentak dan mengharu biru. Dan itu bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh Zhang Yimou dalam karyanya ini. 

The Amazing Spiderman (2012)

The Untold Story Begins

Ini film baru. Ini reboot, bukan prekuel atau sekuel. So, kalau bisa jangan dibandingkan dengan tiga seri Spiderman buatan Sam Raimi. Susah ya, memang susah sih. Bedanya dibanding film nya si Sam, film bocah Kolomonggo
besutan Marc Webb ini memang lebih setia pada pakem komiknya. 

Coriolanus (2011)

Nature Teaches Beasts to Know Their Friends

Coriolanus (2011) - Apa yang terjadi jika sebuah pementasan teater dijadikan sebuah film. Ya, Coriolanus jawabannya. Di sepanjang film ini syaraf telinga penonton akan dipaksa mendengarkan kata-kata, kalimat-kalimat yang old fashioned berirama sajak nan puitis. Aslinya, Coriolanus memanglah karya lawas seorang William Shakespeare. Dan aslinya juga Coriolanus berbackground suasana zaman Romawi.

Tetapi Ralph Fiennes sebagai sutradara memindahkan latar itu ke zaman modern, yang saya pikir kurang cocok khususnya soal perang antar negara. Untunglah itu semua tertutupi oleh akting seorang Fiennes. Tak ada yang meragukan akting 'Lord Voldermort' di film ini. Dengan mimik so serius dan kata-kata tajam (sesekali secara tak sengaja ludahnya tersemprot), Fiennes lah bintangnya. Gerald Butler sebagai lawan mainnya pun tenggelam perlahan-lahan.

Meski di posternya tergambarkan situasi perang, tetapi ini bukan film perang, sama sekali bukan. Bagi sebagian orang, ini film membosankan dan sungguh berat. Advise me.

Livid (2011)



Ini adalah horor yang sudah lama saya tunggu. Semenjak  baca trailernya, sungguh tertarik dan antusias mau donlot film Prancis ini. Tapi apa daya, saat itu harus puas baca sinopsisnya yang super  seram itu namun link donlotnya masih di awang-awang. Seolah terlupakan, tiba-tiba otak ini teringat lagi. Searching lagi, dan  akhirnya nemu link nya dengan susah payah di tengah banyaknya link  yang didelete.

Cukup puas lihatnya. Horor yang ditampilkan saya pikir sungguh lembut  kalau tidak boleh disebut seram. Misteri-misteri yang awalnya disembuyikan akhirnya perlahan-lahan terkuak. ‘Hantu’ yang ditampilkan  di film sepanjang 88 menit ini termasuk seram. Kalau lihat film horor, saya ini penakut, makanya semua hantu saya bilang seram. Tapi di dunia  sebenarnya saya termasuk berani. Mending ketemu makhluk halus ketimbang ketemu makhluk kasar.

Sayangnya, ending pada Livid bisa dibilang absurd. Sepertinya  endingnya anti klimaks. Mungkin penonton akan bingung dan mengernyitkan dahi saat melihat ending yang tidak jelas itu. Tidak  usah lah bingung, nikmati saja keseraman penari balet tersebut.

My Way (2011)

In a world at war, my enemy is my salvation

‘Jalan Saya’ ini adalah saudara dari Taegukgi (Brotherhood of War) karena dibuat oleh sutradara yang sama , Kang Je Gyu. Je Gyu juga membawa aktor kesayangannya, Jang Dong Gun, sebagai aktor utama seperti dia membintangi Taegukgi, juga sebagai aktor utama. Tetapi My Way satu tingkat lebih besar di atas saudaranya tersebut dalam hal biaya, set dan pemain. Dengan dana 30 miliar won, pemain dari berbagai negara, shooting di 5 negara (Korea, Cina, Prancis, Rusia dan Latvia), menggunakan 5 bahasa (Korea, Jepang, Rusia, Jerman, Inggris dan Cina) dan penggunaan CGI yang lebih canggih, My Way memang tampak sangat besar.

Tetapi tunggu dulu, dalam hal cerita saya pikir Taegukgi lebih enak dicerna karena lebih mempunyai tujuan dan tidak bertele-tele meski sama-sama berdurasi lebih dari 2 jam. Namun dari segi teknis dan tampilan, My Way unggul jauh dari Taegukgi. Bagaimana My Way menghadirkan secara apik dan detil setting pertempuran sekelas D-Day at Normandy, begitu frontalnya My Way saat memperlihatkan bagaimana sedadu-serdadu terlindas tank, bagaimana para tentara tertembak,  terbunuh dan teronggok di kubangan darah yang menggenang. Karena penggemar film perang, saya enjoy menikmati itu.

Bila diibaratkan, sampul My Way jelas lebih bagus, indah dan berkelas ketimbang sampul Taegukgi.

Lock Stock And Two Smoking Barrels (1998)

A Disgrace to Criminals Everywhere

Asyik sekali nonton film ini. Begitu sederhana tetapi sungguh ‘canggih’dan berbeda. Awalnya memang agak bingung karena rada absurd, nggak tahu apa yang mau disampaikan (tapi suka lihat seorang Jason Statham jadi penjual di pasar maling). Dan ternyata Statham bisa ngomong juga, tak kirain cuma bisa mukul ama nendang aja. Ngelantur, balik ke film ya. Laksana salju yang perlahan-lahan mulai mencair di awal musim semi, film yang disutradarai Guy Ritchie ini mulai mengalir pelan ke bentuk yang sebenarnya. Kita jadi bisa tahu apa maksud keempat sahabat itu saat memutuskan bertanding judi dengan uang yang dengan susah payah mereka kumpulkan.

The Hunger Games (2012)

The Games Will Change Everyone. The World Will Be Watching. May the Odds be Ever in your Favor


Awalnya saya nggak ngeh dengan film ini yang katanya bakal menarik, besar dan akbar. Setelahnya saya tahu jika The Hunger Games merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama yang populer di Amrik sono. Novelini adalah teenlit yang dibuat 3 seri (trilogi). Jika di novelnya dikatakan ceritanya hebat, what about the film ?

The Double (2011)

Keep Your Enemies Close

Sebenarnya mempunyai potensi yang bagus untuk menjadi tontonan yang apik. Sayangnya eksekusi yang dilakukan sang sutradara, Michael Brandt, berjalan tidak sempurna. Twist yang terlalu awal dan twist yang cukup mengejutkan tidak mampu membuat The Double tampil memukau.

Lockout (2012)

Take No Prisoners


Saya suka dengan one liner joke. Dan itulah kenapa saya menyukai Lockout. Tetapi mungkin hanya sebatas itu. Karena selebihnya saya biasa saja menonton film ini. Lockout semacam film yang mudah diingat dan mudah dilupakan. Oh ya, one liner joke banyak mengisi scene Lockout karena ada Snow (Guy Pearce), seorang agen yang terancam penjara 30 tahun karena dituduh membunuh atasannya yang juga seorang agen. Sepanjang film ini, saya dipaksa tersenyum mendengar celetukannya.

Silent House (2011)

Experience 88 minutes of real fear captured in real time

Remake dari La Casa Muda yang jika diterjemahkan ke bahasa Inggris artinya memanglah Silent House. Karena remake, maka 90 % idenya meniru mentah-mentah film aslinya termasuk dishoot real time itu. Dan karena remake pula, like or dislike kita harus membandingkan film ini dengan film aslinya.

The Cabin In The Woods (2012)

You Think You Know the Story, Think Again

Menyesal juga sempat melihat trailer film ini. Jadinya ilfil saat lihat filmnya. Bercerita tentang 5 mahasiswa yang plesir ke sebuah kabin tua di tengah hutan. Sesampai di sana mereka mendapat kejutan yang melebihi ekspektasi hingga merenggut satu persatu nyawa. Saya suka film horor, tetapi horor yang murni. Jikapun tidak murni, berilah saya twist yang menjelaskan ketidakmurnian itu. Dan The Cabin In The Woods bukanlah termasuk yang murni itu. Sejak awal, saya tahu jika ini bukan horor.

24 September 2012

La Casa Muda (2012)

Real Fear In Real Time

Hanya membutuhkan 3 pemain dan 4 hari syuting, La Casa Muda unjuk gigi. Dengan embel-embel dishoot secara real time tanpa terputus (78 menit dari 86 menit adegannya dishoot real time tanpa cut), La Casa Muda berani menampilkan pakem horor yang tidak biasanya. Di sini kita seakan menjadi teman di samping seorang Laura (Florencia Colucci) yang menelusuri gelapnya rumah yang seharusnya ia dan ayahnya harus perbaiki.

The Avengers (2012)

Assemble

Awalnya berpikir kalau film superhero ceritanya ya begitu-begitu saja. Ternyata Joss Whedon membalik semua anggapan itu (thanks to him). The Avengers mempunyai porsi akting yang sesuai untuk masing-masing karakternya, termasuk Loki, the villain. Pada awalnya Iron Man mendominasi tetapi pada akhirnya semua mendapat porsi masing-masing terutama Hulk yang sangat mencuri perhatian di akhir-akhir cerita.

1911 (2011)

Fall of the Last Empire
Ada dua yang saya suka dalam film ini. Lanskap yang ditampilkan secara indah dan kalimat-kalimat cerdas dari Sun Yat Sen. Winston Chao menghayati betul perannya sebagai bapak demokrasi Cina itu. Meski jadi aktor utama, tetapi point of interest sepertinya tidak ada pada diri Jackie Chan. Penonton yang mengharapkan aksi bela diri kungfu mungkin akan kecewa karena Jackie tidak menampilkan keahliannya di film ini. Apa memang Jackie sudah mulai memilah film ya, atau memang dia ingin bermain di film yang tidak mempertontonkan keahliannya dan lebih memilih yang mempertontonkan aktingnya. Entahlah, yang pasti ini adalah film ke 100 Jackie, dan film ini juga didedikasikan untuk peringatan 100 tahun revolusi Cina (Xinhai) yang meruntuhkan kekuasaan monarki absolut di negeri naga tersebut.

Mission Impossible : The Ghost Protocol (2012)

No Plan. No Backup. No Choice
Di luar ekspektasi, kalau tahu segini bagusnya, seharusnya harus nonton di awal-awal film ini diputar. Tak berlebihan memang, film MI4 ini relevan atau berbanding lurus dengan trailernya. Tak hanya adegan aksinya yang mengagumkan, jalan ceritanya pun padat dan berbobot. Belum lagi ditambah gadget-gadget yang wow…belum terpikirkan oleh kita. Istana musim panas Kremlin yang hancur, merayap like Spiderman di Burj Khalifa, India dan aksi-aksi di jalanan membuat kita merasakan penderitaan dan capeknya dengan Tom Cruise (Ethan Hunt). Untunglah ada Simon Pegg (Benji) yang dengan guyonan one liner joke nya laksana menyiramkan air di tengah ketersengal-sengalan dan keterperangahan kita. A good script, a good action, a good gadget, a good movie. Film aksi terbaik tahun ini.